oleh Su Guanmi
Penelitian menemukan bahwa orang yang kekurangan vitamin D rentan terhadap penyakit parah dan kematian, dan efektivitas perlindungan dari vaksin juga tidak akan maksimal secara total. Disebutkan bahwa kebanyakan orang sekarang kekurangan vitamin D. Tetapi 3 cara berikut dapat digunakan untuk melengkapinya dengan aman dan efektif.
1/4 jumlah pasien COVID-19 meninggal dunia karena kekurangan vitamin D
Sebuah laporan penelitian dari Israel yang diterbitkan pada platform pracetak medis menunjukkan bahwa, seperempat jumlah pasien yang terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) meninggal dunia karena kekurangan vitamin D.
Subyek penelitian ini adalah 1.176 orang pasien COVID-19 di Galilee Medical Center. Di antara mereka, 253 orang memiliki catatan konsentrasi vitamin D dalam darah mereka, dan sekitar setengah dari 1.176 orang pasien itu yang kekurangan vitamin D. Dan, 26% dari pasien dengan kekurangan vitamin D meninggal dunia. Tetapi yang meninggal dunia dari mereka yang konsentrasi vitamin D dalam darahnya cukup hanya 3%.
Penelitian ini menggunakan data dari pasien sebelum masuk rumah sakit, dan dengan hati-hati mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, diabetes dan lainnya. Penelitian akhirnya menyimpulkan bahwa kekurangan vitamin D merupakan faktor independen yang secara signifikan mempengaruhi status berat ringannya penyakit pasien.
Amir Bashkin, Ahli endokrin mengatakan kepada media ‘The Times’ : “Penelitian ini memberikan petunjuk yang berarti, bahwasanya jika konsentrasi vitamin D pada diri pasien yang baru terinfeksi itu sangat rendah, maka hal itu dapat dengan cepat membuat sakitnya memburuk, bahkan mungkin menyebabkan kematian”.
Sejak COVID-19 merebak secara global, telah terjadi banyak penelitian terkait hubungan vitamin D dengan COVID-19, dan penelitian yang disebutkan di atas adalah salah satunya.
Profesor Yang Jingduan, Direktur Yang Institute of Integrative Medicine di Amerika Serikat mengatakan bahwa vitamin D memainkan peran penting dalam kesehatan manusia, memiliki reseptor di tulang, berbagai organ dan sel kekebalan, yang dapat mempengaruhi fungsi kekebalan manusia.
Ketika seseorang terinfeksi virus korona jenis baru (COVID-19) ini, jika sistem kekebalan bereaksi berlebihan dalam proses melawan virus dan melepaskan terlalu banyak zat inflamasi, maka ia dapat merusak jaringan umum, dan jangkauannya mungkin sistemik, seperti sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Menyebabkan penyakit menjadi parah atau bahkan kematian. “Vitamin D dapat mengurangi respon imun yang berlebihan, mengatur dan memperbaiki kondisi tubuh”, kata Profesor Yang Jingduan.
Tinggi rendahnya konsentrasi vitamin D dalam tubuh mempengaruhi perlindungan vaksin COVID-19
Sejak lama dunia medis telah menemukan, jika dalam tubuh orang memiliki cukup vitamin D, kekebalan tubuh akan meningkat, yang mana dapat membantu tubuh melawan berbagai virus dan bakteri yang menyerang.
Selama epidemi ini, beberapa penelitian yang dilakukan para ahli telah memberikan kesimpulan, bahwa orang yang kekurangan vitamin D dalam tubuh mereka lebih mungkin untuk tertular COVID-19. Misalnya, sebuah artikel hasil penelitian tahun lalu yang dimuat pada ‘JAMA Network Open’ menyebutkan : Orang yang kekurangan vitamin D memiliki risiko tertular virus COVID-19 setinggi 77%.
Sekarang, maka penelitian baru menunjukkan bahwa konsentrasi vitamin D dalam tubuh juga akan mempengaruhi efektivitas perlindungan vaksin COVID-19.
University of Patras di Yunani merekrut 712 orang responden yang sudah 3 bulan mendapatkan suntikan lengkap vaksin BNT Pfizer untuk diuji mengenai antibodi mereka. Dari percobaan tersebut ditemukan bahwa tinggi rendahnya antibodi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, merokok, dan konsentrasi vitamin D dalam tubuh.
Pria di atas usia 40 tahun memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah daripada wanita. Merokok akan mengurangi konsentrasi antibodi. Orang dengan konsentrasi vitamin D yang lebih tinggi dalam tubuh memiliki titer antibodi yang lebih tinggi.
Laporan di atas telah diterbitkan pada platform pracetak makalah medis ‘medRxiv’ pada bulan September tahun ini. Meskipun belum ditinjau oleh rekan-rekan, namun Dr. Yang Jingduan percaya bahwa konsentrasi vitamin D dalam tubuh memang dapat mempengaruhi efek vaksin. “Kekuatan vaksin tergantung pada fungsi kekebalan tubuh”, katanya. Vaksin tidak secara langsung membunuh virus, tetapi mengandalkan fungsi kekebalan untuk memberikan perlindungan. Oleh karena itu, suplementasi vitamin D yang tepat dapat meningkatkan kekebalan dan juga dapat meningkatkan efektivitas perlindungan vaksin.
3 cara efektif untuk meningkatkan konsentrasi vitamin D dalam tubuh
Vitamin D lebih sulit diperoleh dari makanan, jadi yang terbaik adalah berjemur di bawah sinar matahari selama 15 sehari untuk mendapatkan vitamin D. Tetapi memang banyak faktor yang mempengaruhi orang terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan waktu dalam hidup dihabiskan dalam ruangan, sehingga tidak cukup mendapatkan sinar matahari langsung. Belum lagi terhambat oleh iklim (seperti musim dingin, musim hujan), polusi udara, dan lain-lain.
Selain itu, orang berkulit gelap mungkin juga kekurangan vitamin D. Karena melanin di kulit akan berperan sebagai pemblokir sinar matahari alami. Contoh : Meskipun India memiliki banyak sinar matahari, banyak orang India kekurangan vitamin D. Salah satu alasan epidemi COVID-19 menyebar sangat serius diyakini juga berkaitan erat dengan konsentrasi vitamin D pada tubuh warna kulit yang berbeda dan panjang pendeknya waktu terkena sinat matahari.
Oleh karena itu, mengkonsumsi suplemen vitamin D telah menjadi cara yang paling nyaman dan cepat dalam meningkatkan konsentrasi.
Dr. Chen Wei-hwa, direktur Loving Clinic di Taipei menjelaskan bahwa asupan vitamin D harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 400 hingga 800 IU (International Unit), tetapi selama masa epidemi ini dapat ditingkatkan menjadi 1.000 IU. Dia menegaskan bahwa karena vitamin D larut dalam lemak, berbeda dengan vitamin yang bisa larut dalam air, sehingga asupan yang berlebihan dapat dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, jangan mengkonsumsi vitamin lebih dari 2.000 IU sehari, karena takut ada efek samping.
Selain itu, setiap orang membutuhkan jumlah asupan yang berbeda-beda. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pemberian suplemen vitamin D :
1. Periksa konsentrasi vitamin D terlebih dahulu : Sebelum memberikan suplemen, Dr. Yang Jingduan merekomendasikan untuk cek konsentrasi vitamin D dalam tubuh di rumah sakit sehingga dapat diketahui berapa banyak yang harus ditambahkan. Coba diuji kembali setelah mengkonsumsi vitamin D untuk jangka waktu tertentu guna mengetahui tinggi rendahnya asupan untuk penyesuaian lebih lanjut.
Indeks konsentrasi vitamin D adalah antara 25 dan 100, 50 sampai 100 adalah tingkat ideal, namun di bawah angka 25 adalah kekurangan vitamin D.
2. Diminum bersama makanan : Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak, sehingga mudah diserap saat dikonsumsi bersama makanan.
3. Suplemen Harian : Sebaiknya diminum sekali sehari, atau minimal sekali seminggu, bagi mareka yang sangat kekurangan konsentrasi vitamin D dalam tubuhnya, bisa dinaikkan dengan cara suntikan. (sin)