Andrew Thornebrooke
Gambar satelit baru mengungkapkan tiruan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat di sebuah padang pasir di barat Tiongkok. Struktur tersebut, dirancang tampak mirip seperti sebuah kapal induk pesawat terbang dan kapal-kapal perusak Amerika Serikat, kemungkinan besar dimaksudkan untuk digunakan sebagai target-target dalam pelatihan militer.
Gambar-gambar itu diambil oleh Maxar Technologies, sebuah perusahaan pencitraan yang berbasis di Colorado. Gambar-gambar itu diambil melalui satelit di atas wilayah Ruoqiang di Gurun Taklamakan, sebuah wilayah yang tidak dikenal di Provinsi Xinjiang Tiongkok.
Sebuah pernyataan oleh U.S. Naval Institute (USNI) menyebutkan lokasi di mana target yang difoto sebelumnya, digunakan untuk pengujian rudal, termasuk uji-uji coba rudal pembunuh kapal induk Tiongkok, DF-21D, pada tahun 2013.
“Jangkauan baru ini menunjukkan bahwa Tiongkok terus-menerus fokus pada kemampuan anti-kapal induk, dengan sebuah penekanan pada kapal-kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat,” kata USNI.
Iran juga telah menggunakan kapal-kapal tiruan Amerika Serikat di masa lalu, termasuk sebuah insiden di mana Iran meledakkan sebuah kapal induk tiruan Amerika Serikat selama latihan militer di Selat Hormuz. Tetapi U.S. Naval Institute menyatakan bahwa fasilitas pengujian Tiongkok adalah lebih kompleks.
“Tidak seperti target berbentuk kapal induk Angkatan Laut Iran di Teluk Persia, fasilitas baru ini menunjukkan tanda-tanda sebuah jangkauan target berinstrumen yang canggih,” demikian U.S. Naval Institute.
Gambar-gambar baru mendokumentasikan sebuah sistem kereta api di lokasi pengujian, menunjukkan bahwa beberapa kapal tiruan akan digunakan sebagai target yang bergerak untuk rudal Tiongkok.
Rezim Tiongkok semakin memfokuskan pengembangan militernya pada kemampuan anti-kapal induk seperti rudal anti-kapal jarak menengah dan hipersonik. Ini adalah dalam bagian karena jenis kemampuan angkatan laut yang dikerahkan oleh Amerika Serikat.
Tiongkok memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan sekitar 355 kapal dibandingkan dengan penghitungan Amerika Serikat sekitar 297 kapal. Namun, Amerika Serikat memiliki 20 kapal induk pesawat, sedangkan Tiongkok hanya memiliki dua kapal induk pesawat. Dengan demikian, Tiongkok berinvestasi secara besar-besaran dalam kemampuan anti-kapal induk.
Menurut sebuah laporan Pentagon baru mengenai kekuatan militer Tiongkok, Beijing secara khusus berinvestasi dalam kemampuan yang “dirancang untuk menahan kapal-kapal induk pesawat musuh berisiko ketika berada dalam jarak 1.500 km [930 mil] dari pantai Tiongkok.”
Laporan itu juga menguraikan bahwa Tiongkok diperkirakan akan meningkatkan angkatan lautnya menjadi 420 kapal pada tahun 2025 dan menjadi 460 kapal pada tahun 2030. Sebagian besar dari pertumbuhan itu berupa kapal-kapal tempur permukaan yang utama yang mampu meluncurkan rudal-rudal jelajah anti-kapal yang canggih, menurut laporan tersebut.
Demikian juga, Indeks Kekuatan Militer Amerika Serikat tahunan terbaru, yang diterbitkan oleh Heritage Foundation pada Oktober, menyoroti perbedaan yang semakin besar antara Angkatan Laut Amerika Serikat dengan Angkatan Laut Tiongkok. Laporan itu menilai kemampuan Angkatan Laut Amerika Serikat secara keseluruhan adalah “lemah,” dan kemampuan maupun kesiapan Angkatan Laut Amerika Serikat adalah “sangat kecil,” cenderung lemah.
Salah satu alasan untuk hal ini adalah bahwa Amerika Serikat melebih-lebihkan kemampuan untuk memanfaatkan kapal induknya, menurut Dakota Wood, seorang rekan senior di Heritage Foundation yang berbasis di Washington.
“Seringkali anda akan mendengar perbandingan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat memiliki begitu banyak banyak kapal induk yang jumlahnya adalah gabungan kapal induk yang dimiliki negara-negara lain, tetapi hanya sebuah persentase dari kemampuan angkatan laut itu tersedia kapan saja, dan anda harus mengambilnya dan memproyeksikan itu di luar negeri,” kata Dakota Wood pada sebuah acara peluncuran untuk Index Kekuatan Militer Amerika Serikat itu.
Senator Partai Republik Mike Gallagher (R-Wis.) mengungkapkan kekhawatiran yang serupa selama sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Project 2049 Institute, yang berfokus pada Indo-Pasifik pada Oktober.
“Saya sangat prihatin dengan kegagalan kita untuk membangun sebuah angkatan laut yang lebih besar, Saya pikir anda melihat sebuah keseimbangan kekuatan yang kurang menguntungkan dari hari ke hari,” kata Mike Gallagher.
Gambar-gambar yang baru muncul pada saat rezim Tiongkok sedang meningkatkan kampanye pelecehan militer terhadap Taiwan, dengan mengirimkan sebuah rekor 149 pesawat ke zona pertahanan udara Taiwan selama periode empat hari di awal bulan Oktober.
Kepemimpinan Tiongkok telah bersumpah untuk menyatukan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dengan Daratan Tiongkok, secara paksa jika diperlukan. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan: Taiwan akan melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk mempertahankan cara hidup demokratisnya.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Oktober, bahwa Amerika Serikat memiliki sebuah “komitmen” untuk membela Taiwan jika terjadi sebuah invasi, menunjuk sebuah kebijakan lama Amerika Serikat terhadap Taiwan. Namun, pemerintahan Joe Biden kemudian tidak memberi komentar. (Vv)