Dr. Xie Tian
Kasus Shanghai Aurora College telah menimbulkan gejolak opini dari dalam maupun luar negeri. Para pelajar menggugat guru, menjebak guru yang memberi kuliah, mendidik dan menjernihkan keraguan. Sehingga guru dipecat oleh sekolah, yang menimbulkan amarah publik.
Hampir di saat bersamaan, di Purdue University negara bagian Indiana, AS, juga terjadi seorang mahasiswa asal Tiongkok menggugat seorang mahasiswa Tiongkok lainnya.
Namun demikian, berakhir dengan melegakan, karena akhirnya sang rektor datang menegakkan keadilan, mengecam klan pengikut merah partai komunis Tiongkok (PKT) dan mata-mata pelajarnya, yang menjadi suatu tamparan sangat telak bagi tangan hitam komunis yang otokratis itu.
Karena kasus Shanghai Aurora College dengan kasus di Purdue University AS ini, penulis di hari yang sama telah diwawancarai oleh VoA dan juga New Tang Dynasty TV (NTDTV), kedua media massa ini hampir berbarengan telah mengaitkan kedua peristiwa tersebut.
Di daratan Tiongkok, kasus pelajar mengadukan gurunya mulai sering terjadi beberapa tahun belakangan ini, mengapa kasus di Shanghai Aurora College terkesan begitu buruk dan memicu respon yang begitu besar?
Penyebabnya kemungkinan ada tiga alasan yaitu:
pertama, kasus ini tersebar luas melalui media sosial, pengaruhnya sangat besar, sehingga membuat PKT harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk menekan dan meredamnya, sekaligus menakuti guru-guru yang lain;
kedua karena pelaporan dan pengaduan sebelumnya mayoritas dilakukan diam-diam, yang menyangkut pernyataan anti-partai dan anti-pemerintah, sehingga tekanan dan balasan PKT agak terselubung, reaksi masyarakat pun tidak begitu sengit;
ketiga, isi pengaduan kali ini, sebenarnya adalah semacam sikap mencari kebenaran, seorang guru dari Shanghai Aurora College ini mengatakan, hanya dengan sikap akademis yang cermat, secara jujur dan serius mencari kebenaran, seperti data yang konkrit terkait peristiwa Pembantaian Nanking (Nanjing) dan lain sebagainya.
Akan tetapi, sikap sederhana yang berusaha menggali fakta dan meragukan cara pemerintah seperti ini, bagi rezim komunis Tiongkok justru merupakan hal yang paling mematikan.
Karena didirikannya PKT dan pengukuhan rezim RRT-nya, hanya dilandasi oleh dua pondasi, yakni kebohongan dan kekerasan.
Mencari fakta bagi PKT, adalah ibarat petir di siang bolong, karena kebohongan yang dilakukan oleh PKT sudah terlalu banyak, mulai dari jumlah korban rakyat jelata yang tewas dalam peristiwa Pengepungan Changchun (pada masa Perang Saudara 1946-1949), sampai korban yang dibunuh dalam Kampanye Menindas Kontra-Revolusioner dan Pembersihan Besar-Besaran (Teror Besar-Besaran), sampai jumlah kaum intelek yang ditindas hingga mati dalam Kampanye Anti-Golongan Kanan, hingga korban Falun Gong yang ditindas hingga tewas, serta jumlah praktisi Falun Gong yang dirampas organ tubuhnya hidup-hidup. Semua itu adalah fakta yang selalu dengan mati-matian ditutupi dan diblokir sangat ketat oleh PKT.
Begitu kasus di Shanghai Aurora College ini terbuka, upaya rakyat Tiongkok mencari fakta pun akan terbuka lebar, maka sehari pun PKT tidak akan bisa bertahan hidup lagi.
Pidato rektor Purdue University sangat tegas dan penuh keadilan, ia me-ngutuk keras ekspansi komunisme, ia juga bertujuan demi melindungi fakta, melindungi kebebasan, dan membela hak asasi masyarakat.
Guru di Shanghai Aurora College bersikukuh menggali kebenaran dan kepala sekolah Purdue di Amerika Serikat bersikeras menegakkan keadilan, insiden saling mencerminkan yang satu di dunia Timur yang lainnya di dunia Barat. Tetapi semuanya menunjuk langsung ke PKT, semuanya menggali fakta dan pembelaan kebenaran sebagai yang krusial dari yang paling krusial.
Guru Shanghai Aurora College yakni Song Gengyi tidak meragukan, terjadinya peristiwa Pembantaian Nanking. Dia hanya menjelaskan perkiraan selisih jatuhnya jumlah korban terlalu besar, juga tidak mengatakan jumlah korban terlalu dibesar- besarkan, hanya menunjukkan jumlah korban antara 3.000 sampai 500.000 orang. Dengan kata lain, dia bahkan menilai bahwa angka 300.000 orang pun kemungkinan terlalu dikecilkan.
Namun demikian, pernyataan yang sangat moderat seperti ini pun, menuai pengaduan oleh pelajar yang tidak berhati nurani dan guru itu dipecat oleh pemerintah yang tidak berhati nurani pula, sungguh keterlaluan! Seluruh guru di kalangan pendidikan di Tiongkok, seharusnya akan ketakutan, cemas, dan bersedih.
Jika dunia pendidikan Tiongkok terus membuat para guru dalam situasi kondisi ketakutan seperti ini, tidak berani berkata-kata, dan hanya mengajar sesuai buku pelajaran saja, serta menjadi mesin propaganda bagi PKT, maka tidak akan ada transfer keilmuan, pendidikan, atau penguraian keraguan. Terlebih lagi jangan berharap akan ada inovasi, penemuan, atau pengetahuan baru, dan apabila terus menerus seperti itu, maka pendidikan di Tiongkok dipastikan bakal mandeg.
Kelanjutan dan perkembangan kasus Shanghai Aurora College, juga menunjukkan masyarakat Tiongkok telah mengalami kemunduran secara menyeluruh.
Seorang guru asal Provinsi Hunan bernama Li Tian- tian yang mendukung guru Song Gengyi, malah kemudian juga dijebloskan ke dalam rumah sakit jiwa.
Dalam kasus Purdue University, mahasiswa Tiongkok yang pro-PKT dan menguntit mahasiswa Tiongkok lain yang mengorganisir kegiatan peringatan 4 Juni Tragedi Tiananmen, dilaporkan kepada Konsulat jenderal Tiongkok setempat, yang langsung membahayakan kedua orang tua mahasiswa yang masih tinggal di Tiongkok tersebut.
Tiongkok hari ini, bahkan di lingkungan WN Tiongkok di luar negeri di tengah masyarakat bebas sekalipun, tak tahunya harga dari berbicara fakta, adalah keselamatan jiwa pribadi dan keluarga di rumah!
Rezim Komunis Tiongkok memberlakukan policy tekanan tinggi dan despotisme di dalam negeri, dibantu dengan metode teknologi canggih teranyar, taraf pengawasan dan kendali terhadap seluruh rakyatnya tiada duanya dan tidak pernah ada sebelumnya di dalam sejarah.
Tapi, Beijing memanfaatkan mahasiswa Tiongkok di luar negeri untuk melakukan pengawasan ideologi terhadap sesama mahasiswa Tiongkok. Bahkan, mencampuri kebebasan berpendapat dari akademi perguruan tinggi di AS, hal ini telah melampaui batasan masyarakat AS.
Rektor Purdue University, Profesor Mitch Daniels di luar kebiasaan melontarkan kata-kata paling keras terhadap PKT, yang mana telah mengintervensi perguruan tinggi AS, keberanian dan rasa keadilannya telah mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi.
Rezim RRT menjulurkan pengaruh jahatnya hingga ke Amerika dan seluruh dunia, PKT dan para wakilnya selalu mendesak dan memojokkan orang lain, telah menimbulkan kemarahan publik. Akan tetapi, malahan membuat masyarakat dan kalangan akademisi AS waspada, yang berubah menjadi kehilangan kesabaran, dan mulai membalasnya.
Shanghai Aurora College dan seluruh sistem pendidikan Tiongkok membutuhkan kebebasan akademis dan berpendapat yang sejati seperti yang telah ditunjukkan oleh Purdue University, serta rasa keadilan dan juga keberanian besar dalam meng- hadapi rezim otokrasi. Aurora di Tiongkok, membutuhkan Purdue di Amerika.
Tetapi, “Aurora” dan “Purdue”, di balik nama perguruan tinggi Tiongkok dan Amerika itu, di balik penampilan aksara Tiongkok yang indah itu, mungkin memiliki selapis makna yang lain dan sebuah peringatan yang bermakna mendalam
Masyarakat di dunia yang memiliki agama/kepercayaan mengetahui, setiap masalah yang terjadi setiap hari di tengah masyarakat, semuanya merupakan pengaturan yang cermat oleh Sang Pencipta, peristiwa yang terjadi di Shanghai Aurora College dan Purdue University AS, tentu semestinya juga tanpa kecuali.
Aurora dalam Bahasa Mandarin adalah “Zhen Dan (dibaca: cen tan)”, terjemahan dari bahasa Sansekerta “Cīna-sthāna” yang merupakan sebutan kuno untuk negeri Tiongkok kala itu. Sejak masa Dinasti Utara-Selatan (420-589), dan dalam kitab suci agama Buddha “Zhen Dan” adalah sebutan umum bagi Tiongkok sekarang.
Banyak orang Tionghoa yang tidak menyukai penggunaan istilah “Cina” dalam menyebut Tiongkok, padahal sebenarnya, “Cina” dan “Zhen Dan (Cīna-sthāna)” berasal dari kata yang sama, orang Tiongkok sekarang pada umumnya juga mulai menerima sebutan “Indochina”.
“Zhen Dan” atau “Cīna-sthāna” berasal dari Bahasa Sansekerta, disebut juga “Cīna-rattha” atau “Mahā-cīna-sthāna”, yang merupakan hasil transliterasi dari kata “Cīna-sthāna”.
Kata “Sthāna” berasal dari rumpun bahasa Indo-Eropa yang sangat umum dijumpai, yang memiliki makna suatu tempat di- mana banyak sekali orang berkumpul (misalnya Pakistan, Uzbekistan, Turkmenistan dan lain sebagainya).
Antara 1903 hingga 1952, Gereja Katolik Prancis mendirikan “Zhen Dan University” dengan berpondasi pada Shanghai Aurora University.
Hingga hari ini, selain Shanghai Zhendan Vocational College yang sangat top ini, di kedua wilayah (daratan Tiongkok dan pulau Taiwan) banyak lembaga atau instansi yang menggunakan nama “Zhen Dan”, seperti Aurora Group yang berkantor pusat di Taiwan, dan afiliasinya yang masih bernaung di bawah panji Aurora Group yakni Aurora Art Museum yang berlokasi di Shanghai.
Purdue University adalah salah satu almamater dari penulis, nama Purdue University ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin menjadi 普 度 (Pu Du) memang sangat tepat, memiliki makna belas kasih Buddha menyelamatkan makhluk hidup.
Saat datang menuntut ilmu ke Amerika 30 tahun silam, saat mengawali pendidikan di Purdue University penulis sendiri terkesima dengan terjemahan nama Bahasa Inggrisnya, dari “Purdue” ditransliterasikan menjadi “Pu Du”, pengucapannya sangat mirip, kata-katanya sederhana, namun memiliki makna yang sangat mendalam.
“Pu Du” artinya menyelamatkan, menyelamatkan mahluk hidup, sungguh baik. Tapi apa sebenarnya makna “penyelamatan mahluk hidup” yang sejati? Para Arya (orang suci) memberi wejangan, ketika manusia berniat kembali ke asalnya dimana ia bermula. Maka makhluk tingkat tinggi akan membantunya. Namun demikian, untuk benar-benar mencapai kebebasan sejati, hanya dengan menemukan aliran hukum alam semesta yang orisinil, berkultivasi mematut diri dengan hukum alam semesta, baru dapat dianggap benar-benar “menyelamatkan makhluk hidup”.
Mengapa “Zhen Dan” atau Aurora ini membutuhkan Purdue? Peristiwa di Shanghai Aurora College mengungkapkan, dunia pendidikan di Tiongkok membutuhkan filosofi pendidikan yang bebas dan terbuka seperti yang diperlihatkan oleh Purdue University sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi di dunia terbuka, harus secara tuntas membersihkan pengaruh buruk partai komunis.
Dari dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, Tiongkok sebagai Zhen Dan, bukankah juga butuh untuk diselamatkan?
Tiongkok sudah terlalu lama diracuni oleh PKT, etika dan moral manusia merosot, nafsu akan materi begitu besar, hitam dan putih sudah diputarbalikkan. Dan, sekarang berada di tengah kekacauan akhir zaman, perekonomiannya mulai merosot, masyarakat bobrok, mengandalkan kemampuan dan kekuatan manusia saja sudah tidak mampu menyelamatkannya! (Sud)