Mahasiswi Animator 3D di Sheridan College yang Memenangkan Penghargaan Menyerukan Pembebasan Ibunya yang Dipenjara di Tiongkok

oleh Michael Wing

Seorang pemenang penghargaan, mahasiswi animasi digital yang masih muda, yang mana keluarganya menderita penganiayaan spiritual selama beberapa dekade di Tiongkok tiba di Kanada pada Agustus 2020 untuk menghindari pelecehan dan mengamankan masa depannya. 

Tetapi, hampir setahun kemudian, ia mengetahui bahwa ibunya, sekali lagi, ditempatkan dalam tahanan. Ini adalah kisah mahasiswi tersebut.

Mahasiswi berbakat berusia 24 tahun di Sheridan College di Ontario, yang terkenal di dunia–—di mana pada usia 4 tahun dibawa sebagai seorang sandera oleh polisi Tiongkok dalam upaya untuk menangkap kedua orang tuanya –— sekarang berbicara untuk mencari pembebasan segera untuk ibunya yang menghadapi penganiayaan karena memeluk iman rohaninya.

Lucy Mingyuan Liu, yang ayahnya adalah seorang seniman yang berprestasi dan ibunya adalah seorang mantan dekan di sebuah universitas di Tiongkok, berbakat dalam lukisan 2D tradisional. 

Ia berkelana ke animasi digital 3D penuh baru-baru ini, menarik banyak perhatian di tahun pertamanya di Sheridan College—sebuah kampus tempat Disney dan Pixar menemukan talenta terbaik untuk mengisi armada-armadanya.

Reel demo animasi 3D Lucy Mingyuan Liu dari penari CGI. (Courtesy dari Lucy Mingyuan Liu)

Sheridan College mengadakan sebuah panggilan Zoom pada Mei 2021 dan mempresentasikan penghargaan Tibor Madjar untuk Animasi Keseluruhan Terbaik. 

Lucy Mingyuan Liu adalah pemenangnya. Kumpulan cuplikan pendek tari klasik yang sangat indah membuat para juri terpesona.

Lucy Mingyuan Liu mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah wawancara bahwa di CGI (computer-generated imagery), menjiwai gambar secara realistis adalah salah satu tantangan terberat.

Penari koreografinya yang benar secara anatomis dan anggun hanya muncul dari sebuah pikiran yang membara dengan inspirasi—–para juri menyadari hal itu.

Terinspirasi oleh Penari Surgawi

Penari pencitraan yang dihasilkan komputer milik Lucy Mingyuan Liu tidak muncul dalam sebuah ruang hampa. Karakter tersebut terinspirasi oleh Shen Yun Performing Arts, perusahaan tari dan musik Tiongkok klasik utama dunia yang didedikasikan untuk menghidupkan kembali  kebudayaan tradisional Tiongkok berusia 5.000 tahun yang diilhami secara surgawi.

Lucy Mingyuan Liu dengan ayahnya, Yong Liu, dan ibunya , Yan Liu. (Courtesy of Lucy Mingyuan Liu)

Lucy Mingyuan Liu, yang mempraktikkan Falun Gong, sistem self-kultivasi yang dianiaya, tumbuh di tengah meditator yang tenang dan praktisi qigong yang hidup dengan nilai-nilai Sejati, Baik, dan Sabar. 

Kedua orang tua Lucy Mingyuan Liu, seperti halnya banyak praktisi Falun Gong lainnya, menderita di bawah penganiayaan Partai Komunis Tiongkok karena keyakinannya.

“Sangat menyedihkan bahwa menegakkan keyakinan spiritual seseorang telah menjadi ‘kejahatan terbesar dan paling berbahaya’ di Tiongkok saat ini,” kata Lucy Mingyuan Liu. 

“Praktisi-praktisi Falun Gong menghadapi diskriminasi dan keterasingan setiap hari, untuk berusaha menjadi orang yang baik,” ujarnya. 

Falun Gong (atau Falun Dafa) adalah sebuah disiplin spiritual yang menjadi populer di Tiongkok pada tahun  1990-an karena ajaran moral dan manfaat kesehatannya, tetapi hal tersebut mendapat kecaman dari Partai Komunis–—rezim totaliter yang menganggap pijakan Falun Gong yang berkembang di masyarakat Tiongkok sebagai sebuah ancaman terhadap ideologi dan kekuasaan Marxis yang dipegang rezim totaliter. 

Mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin kemudian memprakarsai sebuah kampanye penganiayaan pada Juli 1999 untuk memberantas Falun Gong dan para praktisinya, yang terus berlanjut hingga saat ini.

Beberapa gambar oleh Lucy Liu. (Courtesy dari Lucy Mingyuan Liu)

Seperti banyak orang lain, kedua orangtua Lucy Mingyuan Liu, ketika ia masih duduk di sekolah menengah umum, kedua orang tuanya kehilangan pekerjaannya dan dijatuhi hukuman penjara beberapa tahun karena berlatih Falun Gong, setelah itu ia merasa khawatir dan menangis setiap hari sampai kedua orang tuanya tiba di rumah.

Dihadapkan dengan penganiayaan nasional, kedua orangtua Lucy mengkhawatirkannya.

“Kedua orang tua saya mengatakan adalah tidak aman bagi saya untuk tinggal di Tiongkok, jadi mereka menginginkan saya untuk datang ke luar negeri,” kata Lucy Mingyuan Liu. 

“Mereka memutuskan untuk mengirim saya ke Kanada agar bayang-bayang penganiayaan itu tidak dapat lagi menghantui karir dan kehidupan masa depan saya. Saya tahu pemerintah Kanada adalah yang paling baik, atau sangat mendukung Falun Gong, jadi saya memiliki kesan yang baik mengenai Kanada.”

“Dan saya tahu bahwa Sheridan College di Kanada adalah yang terbaik; itu sebabnya saya memilih animasi.”

Sebuah Awal yang Baru dan Sebuah Misi

Lucy Mingyuan Liu mendarat di Kanada pada musim panas tahun 2020. Sekarang di program kedua, ia memiliki harapan yang tinggi untuk suatu hari bekerja di sebuah studio yang besar.

“Beberapa perusahaan seperti Disney, akan menjadi pekerjaan impian, dari program terakhir saya, saya tahu hanya ada satu atau dua mahasiswa yang akhirnya bekerja di sana,” katanya. 

Foto masa kecil Lucy bersama ibunya. (Courtesy dari Lucy Mingyuan Liu)

Dengan program Animasi Digital pertama bagi Lucy Mingyuan Liu yang telah dicapainya, akhirnya ia memasuki program kedua yaitu Makhluk Digital yang lebih canggih,

menjelajahi lebih jauh dunia 3D dari tekstur, detail, dan realisme. 

Hal tersebut seperti membuat kartun anak-anak kelas TV menjadi lebih canggih menjadi film panjang-penuh kelas-film, katanya.

Setiap helai bulu dan sisik dibuat dengan susah payah dan dianimasi dalam 3D. Sekarang Lucy Mingyuan Liu membuat sebuah merboy (seorang anak laki-laki dengan ekor ikan) untuk tugas besar yang ia lakukan berikutnya. Tetapi pada bulan September 2021, Partai Komunis Tiongkok kembali meruntuhkan kepercayaan dirinya yang baru saja bangkit.

“Ayah saya menelepon saya dan berkata, ‘Ibumu ditangkap lagi,'” kenang Lucy Mingyuan Liu.

Ibu Lucy Mingyuan Liu, bernama Yan Liu, dibawa ke Pusat Penahanan Kunming di Provinsi Yunan, Tiongkok, di mana hanya pengacaranya yang diizinkan mengunjunginya dua kali, suaminya sendiri tidak diizinkan untuk mengunjunginya.

 “Sekarang, bahkan pengacara tersebut tidak diizinkan untuk bertemu dengan ibu saya,” kata Lucy Mingyuan Liu. 

Orang-orang yang pernah ke sana memberitahukan kepadanya bahwa lingkungan di dalam pusat penahanan tersebut benar-benar menakutkan.

“Polisi mengirim kasus ibu saya ke kejaksaan untuk kedua kalinya sekitar 30 Desember 2021. Kejaksaan kini sedang mempersiapkan persidangan bagi ibu saya, dan sejauh yang saya tahu, pengadilan terhadap praktisi-praktisi Falun Gong itu diadakan secara rahasia; pihak kejaksaan tidak akan memberitahu anggota-anggota keluarga atau pengacara praktisi-praktisi Falun Gong,” ujarnya. 

Hal ini sangat memprihatinkan, bagi praktisi Falun Gong di penjara atau kamp kerja paksa, selain penyiksaan dan kematian, organ-organ mereka berisiko untuk dipanen –—jantung, ginjal, paru-paru, hati, dan semuanya–—dan dijual untuk keuntungan dalam industri transplantasi organ bernilai miliaran dolar yang disetujui negara Tiongkok.

Mengekspresikan harapan yang redup, Lucy Mingyuan Liu mengatakan bahwa awalnya rasa percaya dirinya dalam memenangkan penghargaan Tibor Madjar, berubah menjadi kekhawatiran yang mengganggu bagi keluarganya, sehingga mengganggu konsentrasinya. Tetapi terus merasa tertekan, dengan bantuan dari praktisi-praktisi Falun Gong di Kanada setempat, ia menyerukan penderitaan ibunya kepada dunia.

Suara untuk yang Tidak Bersuara

Menantang suhu beku di Toronto pada 18 November 2021, Lucy Mingyuan Liu bersama-sama dengan praktisi Falun Gong lainnya di luar Konsulat Tiongkok di sepanjang jalan Santo George. 

Dengan mikrofon di tangan, Lucy Mingyuan Liu memohon kepada pejabat–—Tiongkok dan Kanada–—untuk bertindak demi kepentingan  ibunya.

“Saya berharap cerita saya akan menjangkau mereka yang bekerja di bidang penegakan hukum di Tiongkok, sehingga mereka dapat mempertimbangkan kembali apakah mereka melaksanakan keadilan atau menghambat keadilan,” katanya.

Berbicara dengan keras, seperti Lucy Mingyuan Liu, sebelumnya telah mendorong anggota parlemen Kanada untuk menelepon penjara Tiongkok untuk membantu praktisi Falun Gong–—seperti yang menimpa Yinghua Chen, sekarang aman berada di Kanada, yang disiksa di sebuah penjara wanita di Provinsi Hebei selama empat tahun. 

Lucy Liu berbicara di luar Konsulat Tiongkok di Toronto. (Courtesy dari Lucy Mingyuan Liu)

Seruan dari luar negeri memaksa sipir-sipir penjara, yang takut mempermalukan Partai Komunis Tiongkok secara internasional, bersikap santai, tidak menyiksa secara brutal, dan akhirnya melepaskan Yinghua Chen.

Dengan harapan melindungi ibunya yang dipenjara, Lucy Mingyuan Liu memulai sebuah petisi untuk Perdana Menteri Kanada pada 1 Desember 2021.

“Tragedi dan trauma yang saya alami sebagai seorang anak terkait penganiayaan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata,” katanya dalam surat petisinya. 

“Saya bangkit… untuk meminta semua orang Kanada yang saleh, anggota-anggota parlemen, dan pemerintah kita untuk membantu saya dan meminta rezim komunis Tiongkok untuk segera membebaskan ibu saya dan mengakhiri penganiayaan terhadap Falun Gong.”

Menjaga Mimpi Tetap Hidup

Sebelum penganiayaan dimulai di Tiongkok, anggota keluarga Lucy Mingyuan Liu adalah cukup kaya, menjalani hidup yang bahagia–—sampai rezim komunis dalam semalam membalikkan “kehidupan indah” mereka.

Ayah Lucy Mingyuan Liu, bernama Yong Liu, adalah salah satu artis papan atas di Tiongkok dan seorang guru seni yang dihormati. 

Ibu Lucy Mingyuan Liu adalah seorang profesor bahasa Inggris yang terhormat di Universitas Jilin–Lambton College, di kota Changchun, sebuah kemitraan antara Universitas Jilin dengan Universitas Memorial Newfoundland, Kanada. 

Tetapi, melihat penindasan secara bertahap meningkat di Changchun membuat mereka berkemas, meninggalkan karier mereka yang sukses, dan pindah sejauh 3.000 mil ke Provinsi Yunnan di mana mereka tidak mengenal siapa pun. 

Untung, pasangan berbakat tersebut mendapatkan pekerjaan mengajar universitas di sana –— namun kemudian mengundurkan diri dan bersembunyi, takut akan Partai Komunis Tiongkok.

Tetapi penganiayaan nasional menemukan mereka.

“Suatu hari di musim dingin 2001, lebih dari 20 petugas polisi muncul di kampus, berupaya menciduk ibu saya dari ruang kelasnya,” kata Lucy Mingyuan Liu. 

Orang tua Lucy, ayah Long Liu dan ibu Yan Liu. (Courtesy dari Lucy Mingyuan Liu)

“Seorang wanita petugas kebersihan diam-diam membiarkan ibu saya keluar dari pintu keluar samping untuk darurat kebakaran. Ibu saya meninggalkan lokasi kampus dan bersembunyi di sebuah tempat yang aman.”

Keluarga itu terpaksa hidup dalam pengasingan dan bersembunyi. Pada 2012, ayah Lucy Mingyuan Liu  ditangkap dan divonis empat tahun penjara. 

Sementara ayahnya menghadapi penganiayaan di tahanan, Lucy Mingyuan Liu, yang saat itu sedang belajar di kelas 12, mengetahui bahwa ibunya dikeluarkan dari pekerjaan mengajar di universitas. Pada 2015, ketika Lucy Mingyuan Liu sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke universitas seni terkemuka, ibunya dihukum selama tiga tahun.

Lucy Mingyuan Liu mengatakan bahwa orangtuanya telah menderita siksaan, cuci otak, dan budak kerja paksa. 

Pada 2018, kedua orang tuanya dibebaskan dari penjara, dan keluarga berencana menata kehidupan mereka yang terkoyak-koyak dengan ketahanan dan keberanian. 

Saat ini, dengan ibunya ditahan di penjara, Lucy Mingyuan Liu tidak percaya hal itu terjadi lagi.

“Selama bertahun-tahun, orangtua saya adalah tempat perlindungan dan perisai saya, melindungi saya dari badai dan guntur di tengah penganiayaan,” kata Lucy Mingyuan Liu. 

“Saat ini, saya ingin menjadi tameng bagi orang tua saya dan nilai-nilai hati nurani dan hidup yang mereka junjung tinggi,” tambahnya. 

Lucy Mingyuan Liu baru-baru ini berbicara dalam sebuah video, mencari dukungan untuk ibunya yang mana segera  dibebaskan dan membantu mengakhiri penganiayaan Partai Komunis Tiongkok selama dua dekade terhadap iman sang ibu.

Selain bekerja untuk Disney atau Pixar, Lucy Mingyuan Liu bercita-cita suatu hari nanti menggunakan animasi digital untuk memperkuat seruannya dan mengungkap kekejaman di Tiongkok. 

Ia juga memimpikan menggunakan pencitraan yang dihasilkan komputer untuk menunjukkan kepada orang-orang “sisi terang Falun Gong”–—keindahan dari tiga nilai inti yaitu Sejati, Baik dan Sabar—seperti yang dilakukan penari 3D-nya yang secara ajaib membuat para jurinya terkesan.

“Saya tahu penganiayaan itu, semua hal ini, terjadi karena media, propaganda,” katanya. 

“Saya ingin menggunakan metode animasi ini untuk membuat sebuah film mengenai kebenaran akan penganiayaan itu. Sebuah film adalah sebuah cara yang sangat baik untuk membuat sebuah pengaruh,” tambahnya. 

“Saya ingin membuat sebuah film mengenai kisah keluarga saya, menunjukkan bagaimana keyakinan kami memberi kami kehidupan yang indah dan juga membiarkan orang-orang melihat penganiayaan Partai Komunis Tiongkok terhadap keyakinan,” pungkasnya. (Vv)