Cuma di Bawah 4% dari 2.000 Orang Guru Wanita di Tiongkok yang Bersedia Memiliki 3 Anak

oleh Zhao Fenghua

Kebijakan keluarga berencana 1 anak telah menjerumuskan Republik Rakyat Tiongkok ke dalam krisis kependudukan yang serius. Bagaimana tidak, untuk apa pihak berwenang Tiongkok sekarang mendorong anak-anak muda usia produktif untuk menikah dan memiliki anak lebih dari dua. Namun, sebuah laporan hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa di antara hampir 2.000 orang guru wanita di daratan Tiongkok, hanya kurang dari 4% yang bersedia memiliki 3 orang anak

Keinginan memiliki anak menurun, kurang dari 4% yang ingin punya tiga anak

Beberapa media di daratan Tiongkok yang mengutip sebuah makalah edisi pertama tahun 2022 dari ‘Journal of China Women’s University’ memberitakan, bahwa penulis makalah melalui jajak pendapat tentang masalah pekerjaan, kehidupan berumah tangga, persalinan yang mendapat respon dari total 1.907 orang guru wanita, menemukan bahwa hanya kurang 4 % dari mereka yang berkeinginan untuk memiliki 3 orang anak. 

Jajak pendapat ini diikuti oleh kaum wanita (mayoritas adalah guru) dari 13 provinsi (kotamadya/daerah otonom) di Tiongkok, di antaranya responden dari Jilin, Qinghai, Guizhou, Sichuan dan Yunnan kebanyakan adalah berprofesi sebagai guru. Dan, 78.55% guru wanita ini sudah berkeluarga, 16,99% belum menikah, dan 4,46% bercerai dan menjanda.

Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa lebih dari separo guru wanita yang bersedia memiliki 3 orang anak berasal dari etnis minoritas, sementara seperempat wanita yang belum memiliki pekerjaan dan sepertiga guru wanita yang belum menikah sama sekali tidak ingin memiliki anak.

Survei menemukan bahwa persentase dari guru wanita yang hanya pingin 1 anak adalah yang paling dominan, yakni mencapai 38,96%, diikuti oleh 2 orang anak sebesar 18,91%, dan yang tidak ingin memiliki anak sebesar 18,77%. Sedangkan persentase memiliki 3 orang anak paling rendah, hanya 3,36%.

Proporsi guru wanita belum menikah yang tidak ingin memiliki anak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang sudah menikah. Di antaranya, 36,73% menginginkan 1 orang anak. 32,41% tidak ingin memiliki anak. 29,63% menginginkan 2 orang anak. Dan hanya 1,23% yang menginginkan 3 orang anak.

Analisis menemukan bahwa masalah-masalah ekonomi, pendidikan, perumahan, dan intensitas pekerjaan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kesediaan guru wanita untuk memiliki 3 orang anak.

Hasil jajak pendapat tersebut memicu diskusi panas di kalangan netizen.

Seorang netizen memposting tulisan di Weibo : Wah ! di bawah 4% !

Ada netizen yang berkomentar : Lihatlah nasib ibu 8 orang anak di Xuzhou, masih ada ruang untuk penurunan niat memiliki anak.

Ada netizen menulis : Kaum wanita bahkan tidak memiliki rasa aman yang paling dasar, bagaimana mungkin timbul keinginan untuk melahirkan !

Dorongan pemerintah untuk ber-KB 3 anak kurang ditanggapi generasi muda Tiongkok

Sejak 1980, pemerintah komunis Tiongkok memberlakukan kebijakan keluarga berencana 1 anak. Beberapa cendekiawan percaya bahwa kebijakan satu anak telah membunuh lebih dari 400 juta janin. Kebijakan keluarga berencana yang diterapkan sangat ketat oleh pemerintah telah menyebabkan tingkat kelahiran di daratan Tiongkok anjlok dari tahun ke tahun, yang membawa masyarakat ke dalam situasi krisis penuaan yang serius.

Pada 2020, pemerintah Tiongkok kembali melakukan sensus penduduk ketujuh. Dan hasilnya menunjukkan bahwa populasi berusia 65 tahun ke atas di daratan Tiongkok telah menyita 13,50% dari total populasi. Tingkat penuaan populasi Tiongkok ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang hanya sebesar 9,3%.

Akibat kurangnya transparansi pada sistem yang dijalankan pemerintah Tiongkok, data populasi sebenarnya masih harus diverifikasi lebih lanjut. Namun, beberapa orang ahli berpendapat bahwa dari perspektif niat pemerintah Tiongkok untuk mendorong keluarga muda di Tiongkok untuk memiliki 3 orang anak, dapat mencerminkan bahwa situasi krisis populasi yang dialami Tiongkok saat ini mungkin lebih serius daripada yang diumumkan secara resmi.

Demi menanggapi krisis populasi, pihak berwenang telah dengan penuh semangat menerapkan kebijakan tiga anak mulai Mei 2021. Namun, data survei menunjukkan bahwa keinginan untuk memiliki anak dari kelompok usia subur umumnya rendah.

Generasi muda di Tiongkok bahkan “tidak terusik” oleh kebijakan KB baru pemerintah Tiongkok. Saat ini semakin banyak anak-anak muda yang memilih untuk menganut ‘pemahaman tangping’ (sebuah tren yang cenderung menentang kerja keras yang merupakan aksi pemberontakan terhadap beban tekanan dari pemerintah). Mereka memilih untuk tidak membeli rumah, tidak membeli kendaraan, tidak berpacaran, tidak ingin berkeluarga, tidak bersedia memiliki anak, hidup secara sederhana. Mereka sudah sadar dan menolak dijadikan sebagai ayam potong oleh pemerintah. (sin)