Zheng Gusheng
Olimpiade Beijing dilanda pencegahan pandemi yang parah. Sedangkan situasi tragis yang dialami rakyat Tiongkok terulang untuk atlet asing. Setelah pemain Belgia mengeluh berulang kali dikarantina, atlet biathlon Rusia juga menangis dan mengeluh tentang dirinya diperlakukan berbeda, dan makanan selama karantina membuatnya sakit maag.
Pada 3 Februari, Valeria Vasnetsova, seorang atlet Biathlon Rusia yang menjalani karantina wajib di sebuah hotel di Beijing, membagikan di Instagram foto makanan karantina yang didapatkannya. Kotak makan siang sekali pakai berisi pasta tanpa bumbu, steak Charred panggang, saus daging, dan ayam. Tapi, tidak ada sayuran sama sekali.
“Maag saya sakit, wajah saya pucat dan saya memiliki lingkaran hitam di bawah mata saya. Saya harap ini segera berakhir, saya menangis setiap hari, saya sangat lelah, ” tulis Vasnetsova di medsosnya.
Ia juga menyebutkan, sudah berlangsung selama lima hari berturut-turut, dan sudah seperti ini setiap hari untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Dia tidak tahan dengan rasa lapar, dan harus memilih beberapa bagian yang dapat dimakan dari makanan yang tidak dapat dicerna ini untuk ditelan.
Makanan karantina ditempatkan di luar pintu kamarnya setiap hari. Saat dia keluar untuk mengambil makanan, dia melirik kotak makan siang di luar pintu kamar lain di lantai yang sama. Dia menemukan bahwa setiap pintu ditandai untuk membedakan antara staf Olimpiade dan atlet.
Sedangkan para atlet sering diberi makanan yang lebih buruk. Misalnya, di kotak makan siang dokter tim Rusia, yang diisolasi di gedung yang sama dengannya, ada buah-buahan segar, salad, dan udang goreng dengan kembang kol.
“Saya tidak mengerti sama sekali, mengapa kami para pemain diperlakukan berbeda?” tulisnya.
Sementara itu, foto yang diunggah oleh juru bicara delegasi Rusia menunjukkan bahwa situasi Vasnetsova telah membaik dua hari setelah dia mengeluh makanan yang didapatkannya. Salmon, gherkin dan sosis termasuk dalam makanan, dan dia memiliki meja di kamarnya.
Selain Vasnetsova, kepala delegasi Jerman juga mengkritik media yang mengkritik kondisi isolasi atlet Jerman sebagai “tidak masuk akal”.
Sebelum ini, opini publik umumnya khawatir Tiongkok akan menggunakan apa yang disebut “pencegahan epidemi” untuk mengganggu pertandingan. Di antara para atlet dari berbagai negara yang telah dikarantina secara paksa, banyak yang diharapkan bisa meraih emas. Beberapa atlet telah menyerah kompetisi karena mereka tidak memiliki harapan untuk mencabut karantina.
Pada 2 Februari, pelari kereta luncur wanita Belgia Kim Meylemans juga memposting video di Instagram, menangis bahwa setelah dua tes negatif berturut-turut, Tiongkok tidak mencabut karantinanya sesuai dengan peraturan. Akan tetapi, dia dipindahkan ke pusat isolasi lain untuk memperpanjang isolasi. Dia mengatakan, mungkin dirinya tidak bisa ikut bertanding.
Setelah tangisannya menarik perhatian publik, Komite Olimpiade Internasional turun tangan. Sehingga membuat Tiongkok memindahkannya kembali ke Desa Olimpiade Musim Dingin, tetapi dia masih ditempatkan di ruang isolasi.
Di bawah tangan besi pihak Tiongkok untuk pencegahan pandemi, banyak rakyat Tiongkok yang dikarantina di rumah atau dalam isolasi terpusat telah mengalami kejadian yang lebih tragis.
Hanya sedikit dari mereka yang berani secara terbuka meminta pertolongan. Beberapa dari mereka “meminta masalah” sebagian diselesaikan, tetapi dalam kebanyakan kasus “orang yang memrotes” tersebut akhirnya “diselesaikan.” (hui)