oleh Liu Minghuan
Pada 22 Mei 2021 sekitar pukul 11:47 waktu setempat, seorang pria di Kota Dalian, Tiongkok sengaja menerobos lampu merah untuk menabrak sejumlah pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan di zebra cross hingga 5 orang tewas. Baru-baru ini, pengadilan tingkat kedua mengumumkan putusan yang menguatkan hasil putusan pengadilan tingkat pertama yang menjatuhkan hukuman mati terhadap pengemudi maut itu
Menurut berita yang dirilis Pengadilan Tinggi Liaoning, Tiongkok bahwa, pada 9 Februari, Pengadilan Tinggi Provinsi Liaoning mengeluarkan putusan pengadilan tingkat kedua atas kasus yang menggugat Liu Dong, pengemudi mobil MBW berwarna hitam yang membahayakan keselamatan masyarakat. Pengadilan memutuskan untuk menolak banding dan mempertahankan hasil putusan pengadilan tingkat pertama.
Pengadilan menyatakan bahwa Liu Dong melampiaskan emosinya dengan cara yang ekstrem karena kegagalan investasinya. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi di jalan raya di pusat kota, dan dengan sengaja menerobos lampu merah untuk menabrak pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan di zebra cross. Tindakan itu menimbulkan banyak korban luka-luka dan meninggal dunia, serta kerugian materi bagi orang lain.
Sebelumnya, putusan tingkat pertama dari Pengadilan Menengah Dalian di Provinsi Liaoning telah menjatuhkan vonis mati terhadap Liu Dong. Dikarenakan tindakannya yang membahayakan keamanan publik.
Pada 22 Mei tahun lalu, sebuah BMW hitam yang melaju dengan kecepatan tinggi sengaja menerobos lampu merah untuk menabrak para pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan di Kota Dalian, Provinsi Lianing. Beberapa pejalan kaki yang tertabrak sampai terlempar ke udara dan jatuh di aspal yang beberapa meter jauhnya dari ia berjalan.
Video pengawasan jalan tempat kejadian menunjukkan bahwa di persimpangan jalan yang berlampu lalu lintas, ketika 20 hingga 30 orang pejalan kaki sedang menyeberang jalan di zebra cross, sebuah mobil BMW berlari kencang ke arah zebra cross dan menabrak kerumunan yang sedang menyeberang jalan.
Kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi tanpa mengurangi kecepatan sebelum dan sesudah menabrak kerumunan pejalan kaki. Beberapa orang pejalan kaki itu langsung terlempar.
Beberapa orang saksi mengatakan bahwa, banyak pejalan kaki yang tertabrak dan terlempar, bahkan ada korban yang tubuhnya hancur.
Kantor Informasi Kota Dalian pada 23 Mei 2021 memberitakan bahwa tersangka Liu Dong ini melampiaskan kegagalan investasinya juga kehilangan kepercayaan untuk hidup, melalui tindakan balas dendam sosial.
Isi pemberitaan juga menunjukkan bahwa sekitar pukul 11:40 hari itu, Liu Dong yang mengendarai mobil BMW hitam saat tiba di persimpangan Jalan Wuhui dan Jalan Youhao, Distrik Zhongshan tiba-tiba mempercepat laju mobilnya dari 0 km/m hingga 108 km/m dalam waktu 7 detik (padahal batasan kecepatan laju kendaraan pada area tersebut adalah 60 km/jam) untuk menabrak kerumunan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan. Akibat serudukan maut itu, 5 orang meninggal dunia dan 5 orang lainnya mengalami luka-luka.
Akhir-akhir ini, insiden serupa telah sering terjadi di daratan Tiongkok.
Pada 7 Juli 2020 sekitar pukul 12:17 di Distrik Xixiu, Kota Anshun, Provinsi Guizhou, sebuah bus yang sedang berjalan tiba-tiba berbelok 90 derajat untuk keluar dari ruas jalan, dan mempercepat lajunya untuk “terjun bebas” ke dalam Waduk Danau Hongshan. Kejadian menyebabkan tewasnya 21 orang, dan luka-luka 16 orang lainnya.
Menurut laporan, sekitar pukul 10 pada hari itu, sopir bernama Zhang Baogang yang membawa bus untuk terjun bebas ke danau itu rumahnya sedang dibongkar paksa oleh pihak berwenang. Dan, gaji bulanannya telah mengalami dua kali penurunan sehingga penghasilan tinggal satu atau dua ribu yuan (setara Rp. 2,2 juta hingga Rp. 4,5 juta) sebulan.
Pada 12 September 2018, seorang pria di Hengdong, Kota Hengyang mengendarai SUV Land Rover berwarna merah untuk menabrak kerumunan orang di alun-alun yang sedang menari dan bersantai. Setelah korban berjatuhan akibat serudukan mobilnya, pria tersebut turun dari mobil dan langsung menyerang orang dengan pisau di tangannya. Insiden ini menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas dan 44 orang lainnya luka-luka. Setelah penyelidikan dilakukan, otoritas melaporkan bahwa pelaku melakukan tindakan balas dendam sosial karena menderita ketidakadilan sosial.
Insiden itu sempat memicu diskusi panas di kalangan warganet. Beberapa netizen mengutuk pelaku karena membunuh orang tak bersalah. Beberapa netizen bahkan berpendapat bahwa, kasus sosial balas dendam orang lemah terhadap orang lemah ini merupakan akibat dari masalah politik dan sosial. Untuk mengekang terjadinya perbuatan keji seperti itu, kita hanya bisa mulai dengan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan manajemen sosial dan kelembagaan. (sin)