ETIndonesia- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat rentan terjadi di Provinsi Riau. Wilayah ini memiliki lahan gambut terluas di Sumatra, yaitu 52 persen dari total luas lahan gambut yang ada. Latihan menjadi salah satu upaya pencegahan dan mitigasi dalam penanggulangan bencana.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution menyampaikan, bencana karhutla di wilayahnya, Simulasi atau gladi penanggulangan dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dari berbagai pemangku kepentingan. Melalui kesiapsiagaan, mitigasi secepat mungkin dapat mengurangi dampak karhutla.
Edy Natar mengatakan, simulasi akan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah Provinsi Riau terhadap potensi bahaya karhutla.
“Pemerintah daerah dapat mampu untuk menginisiasi dan memfasilitasi secara mandiri pelaksanaan simulasi di waktu yang akan datang,” ujarnya pada pembukaan Simulasi Penanggulangan Bencana di Provinsi Riau, Selasa (7/6) dikutip dari siaran pers BNPB.
Sementara itu, Kepala Bidang Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB Joko Sri Wismoko menyampaikan, simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan di Provinsi Riau.
Sri Wismoko menyampakan, pemerintah daerah dapat membangun sistem dan prosedur koordinasi dan komando yang lebih baik dalam potensi bahaya dan penanggulangan bencana karhutla. Menghadapi ancaman, BNPB menggarisbawahi latihan ini sangat berkaitan dengan rencana kontinjensi dan prosedur penanggulangan bencana karhutla.
“Menyiapkan bahan rekomendasi perbaikan rencana kontinjensi dan atau SOP terkait penanganan darurat bencana di daerah ancaman Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,” ujar Sri Wismoko dalam rilis Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
BNPB bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau untuk latihan pada 7 – 10 Juni 2022. Latihan terdiri dari simulasi dalam ruang atau _table top exercise_ (TTX) dan simulasi pos komando atau _command post exercise_ (CPX).
“Latihan ini juga membangun sistem dan prosedur koordinasi dan komando yang lebih baik antar _stakeholder_ terkait dalam penanggulangan bencana,” ujar Sri Wismoko yang mewakili Kepala Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB.
Karhutla Provinsi Riau dalam setahun terjadi dalam dua periode yaitu, Februari – awal Maret dan Mei – September. Karhutla pada Hal ini berkaitan erat dengan adanya dua puncak kemarau dalam 1 tahun pada bulan-bulan tersebut. Peristiwa Kebakaran hutan dan lahan, terjadi dengan intensitas keterpaparan wilayah, kerusakan, dan dampak kerugian yang beragam.
Widyaiswara Ahli Madya BNPB AG. Bayu Pradana mengatakan, latihan ini melibatkan narasumber dari BNPB, BMKG, KLHK, BPBD dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Peserta berasal dari BPBD, organisasi perangkat daerah terkait, akademisi, dunia usaha, relawan dan media massa yang berasal dari Provinsi Riau.
“Latihan TTX dan CPX melibatkan 32 peserta dari para pemangku kepentingan,” ujar Bayu yang juga narasumber latihan.
Rekapitulasi sementara tahun 2022, luas karhutla di wilayah Provinsi Riau mencapai 1.668 hektar. (asr)