Manusia disebut sebagai makhluk yang paling mulia di atas segala makhluk hidup, segala makhluk justru sedang menertawakan manusia dari posisinya masing-masing. Apakah tumbuhan memiliki jiwa? Apakah merupakan bentuk kehidupan? Di sinilah letak konflik di tengah perdebatan antara vegetarian atau nonvegetarian. Warga di Kepulauan Solomon menebang pohon tanpa menggunakan kapak, namun dapat membuat pohon roboh, ada apa gerangan?
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, setiap kali dia muncul, suasana di seluruh klinik pun menjadi tegang, sorot mata semua pengunjung akan tertegun karena suaranya. Anak itu mengalami rabun jauh dengan tingkat minus pada mata kiri 0,3, dan mata kanan 0,4, serta mengalami Skoliosis (tulang belakang lengkung ke samping, red.), paha kanannya agak kecil, porsi makannya sangat sedikit, bertubuh ceking, wajahnya pucat kekuningan. Tapi energinya sangat besar, dengan temperamen pemarah, berbicara acapkali dengan berteriak. Ayah anak itu membawanya berobat ke berbagai dokter, mulai dari dokter spesialis fisiatri (fisik dan rehabilitasi), spesialis mata, internis, spesialis anak, dan juga psikiater, ayah yang kaya raya itu telah memeras otak mengupayakan segalanya, sudah menghabiskan begitu banyak biaya, waktu, dan tenaga, namun kondisi kesehatan sang putra belum juga membaik, benar-benar tidak berdaya.
Kasih sayang orang tua yang terlalu berlebihan, membuat penyakit si anak juga semakin meluas. Setelah sang ayah menceritakan hasil dari berbagai pengobatan dan terapi bagi si anak, saya memeriksa kondisi anak itu, sepertinya tidak separah yang dijelaskan oleh ayahnya. Anak laki-laki itu sangat nakal, matanya ibarat sepasang mata elang yang menyapu ke seluruh ruangan klinik, karena kerabat mereka dokter medis Barat, dan sudah memberinya obat-obatan, maka saya hanya melakukan terapi tusuk jarum saja.
Saya bertanya pada sang ayah, “Apakah Anda sudah membicarakan soal terapi tusuk jarum dengan anak Anda ini?” Sang ayah dengan tegas menjawab, “Saya mengemudi mobil selama 2 jam perjalanan, justru dengan tujuan membawanya untuk diterapi tusuk jarum.” Tanpa menunggu sang ayah menyelesaikan kata-katanya, anak itu langsung membantah, “Aku tidak setuju!” Lalu disusul ayah dan anak terlibat perdebatan sengit. Jangan remehkan anak laki-laki yang pucat dan kurus itu, dia ternyata jago bersilat lidah, cerdas, dan tidak mau kalah. Sepertinya sang ayah tidak berdaya, tapi akhirnya tetap dimenangkan ayahnya, dengan keunggulannya berbadan tinggi besar, tangan besinya membuat anaknya tak kuasa melawan.
Penanganan tusuk jarum: Ter- lebih dulu meningkatkan Qi (dibaca: chi = energi vital) dari unsur Yang, lalu tusuk titik Baihui, bocah itu menguasai jurus ular, mampu meliuk-liuk ke sana kemari berusaha untuk meng- hindar, sangat tidak mudah sampai akhirnya bisa menusuk titik Taiyang yang mengatasi masalah mata; anak itu terus mengumpat dan menjerit, serta kakinya terus menendang ke sana kemari, saya ibarat pemain bola yang mendapat operan lalu berusaha dengan cepat menggolkan bola, setelah bersusah payah akhirnya bisa menusuk titik Zusanli yang mengatasi organ lambung dan usus sekaligus tulang dan otot. Ibarat perang tarik ulur, gelombang demi gelombang, ayah si anak dan saya bermandikan keringat, tubuh saya terkena beberapa kali tendangan tanpa bayangan. Saya beritahu ayahnya, “Tusuk jarum seperti ini efeknya kurang baik! Sebaiknya Anda pikirkan cara lain, mungkin dengan cara memotivasinya, agar dia mau kooperatif melakukan terapi.”
Setelah itu sang ayah menggunakan cara membelikannya mainan agar anaknya mau terapi tusuk jarum, kali pertama cukup efektif, saya buru- buru menambahkan tusukan, memperlancar peredaran darah di sekitar kepala, tusuk di titik Fengchi; untuk pandangan mata, tusuk di titik Zan- zhu; masalah tulang belakang, tusuk di titik Houxi; menyelaraskan usus dan lambung, tusuk titik Hegu; masalah kakinya, tusuk titik Kunlun dan Qiuxu; meredakan temperamennya, tusuk titik Shenting.
Kedua kali datang berobat, mainan anak-anak sudah tidak menarik lagi bagi si bocah, dan mulai mengacau lagi di klinik, kali ini jurusnya semakin banyak, dan bahkan memojokkan saya dengan kata-kata pedas, juga mengancam akan memeras imbalan yang lebih besar! Setiap kali datang berobat, ayah dan anak selalu bertengkar. Setelah tusuk jarum anak itu terkadang memanfaatkan kelengahan kami lalu mencabut jarum- nya, sungguh kasihan ayah yang masih berusia 40 tahun itu sudah penuh dengan uban.
Setiap kali datang berobat, ayahnya selalu menjelaskan kembali masalah anaknya, seakan bermaksud ingin mengumumkannya kepada seluruh dunia. Suatu kali usai terapi tusuk jarum, saya meminta sang ibu membawa anaknya bermain di luar, dan berkata pada ayahnya, “Pak, sepertinya penyakit Anda bahkan lebih parah, Anda terlalu membesar-besarkan masalah anak Anda! Dengan selalu mengkritik semua kekurangannya, Anda memarahinya di depan banyak orang, hal ini akan menyakiti perasaannya. Anda selalu membawanya ke dokter, membuat anak mengira penyakitnya sangat banyak, hal ini akan menimbulkan sugesti dan membuat apa yang di pikirannya kemudian menjadi kenyataan, masalah yang timbul akan semakin banyak, juga merampas masa kanak- kanak yang bahagia bagi si anak.” Ayah yang otoriter patriarkis itu tidak merespons!
Apa yang harus saya lakukan? Begitu pikiran saya berputar lalu terlontar: “Saya beritahukan Anda satu hal: Di timur laut Australia ada suatu kepulauan bernama Solomon, negara itu agak terbelakang, acapkali masih menggunakan cara primitif untuk mengatasi masalah, setiap kali mereka hendak menebang pohon, tidak menggunakan kapak atau alat apa pun, bagaimana menebang pohon tanpa parang?” Dengan membuat pikiran si ayah berbelok tajam, dia hanya memandangi saya dengan kebingungan.
Saya melanjutkan, “Cara mereka adalah, seluruh warga kampung mengelilingi pohon yang hendak ditebang, lalu semua orang mencaci maki si pohon malang, tak lama kemudian pohon itu pun layu dan mati, kemudian tumbang, benar-benar ‘tumbang karena suara’! Niat pikiran manusia begitu kuatnya, pohon yang juga memiliki jiwa, tidak sanggup menahannya, apalagi seorang manusia? Anak kecil adalah tubuh murni Yang, dan unsur Yang-nya sedang kuat-kuatnya, aktif adalah fenomena alami aspek Yang sedang kuat-kuatnya, anak yang berusia 5 tahun tidak ada masalah yang tidak terkonsentrasi, jangan memvonis dia hiperaktif.
Organ-dalam anak-anak belum sepenuhnya tumbuh sempurna, Qi berikut sari pati ginjal dan liver-nya belum memadai, dengan sendirinya waktu pemusatan pikirannya masih pendek, juga karena rasa ingin tahunya yang besar sehingga dia ingin menjelajah kesana kemari, apalagi putra Anda begitu cerdas, tentu semakin mudah merasa bosan, jika tidak, Anda menginginkan dia seperti apakah? Apakah mau, dia duduk manis diam saja, untuk apa?” Sang ayah menjelaskan panjang lebar tentang semua kebaikan yang telah dilakukan untuk anaknya, mungkin karena merasa malu dengan perkataan saya, tapi tutur katanya masih saja keras-kepala!
Lingkaran setan ini kapan baru bisa berakhir? Lalu saya melanjutkan, “Anda membawa anak berobat, selalu menuntut dokter memberikan kepastian, bukankah itu Anda sendiri yang meminta penyakit? Penyakit rasa curiga Anda telah memaksa setiap dokter memberikan satu macam penyakit kepada putra Anda, akibatnya?
Anda menjadi semakin takut, lihat saja berapa banyak produk kesehatan yang diberikan kepada anak Anda, tapi dia tetap saja kurus dan pucat, tidak mempunyai keluguan seorang anak kecil, melainkan sangat egois,arogan, dan licik. Saat ditusuk jarum selalu berteriak, tapi tidak ada setetes pun air mata, Andalah yang memaksanya hari demi hari menjadi semakin jahat, apakah Anda sedang memberinya pelatihan iblis?” Mendengar itu sang ayah sangat tidak senang!
Kata-kata bijak terkadang memang menusuk di telinga! Tapi bagaimana dengan anak itu? Saya menambahkan, “Selain dibawa berobat, Anda menambahkan les privat untuk mengajarkan bahasa, matematika, dan piano. Yang paling penting bagi anak adalah bermain, bermain di tengah alam dapat membina mental anak, dapat meregangkan otot dan tulangnya, dalam bermain dapat menumbuhkan kecerdasan, dan bermain dengan sepenuh hati tentu saja dapat menyehatkan tubuhnya. Usus dan lambung anak masih lunak, sebaiknya dia mengonsumsi bahan makanan alami, makanan hasil olahan tidak baik bagi usus dan lambung. Dan sebaiknya dia tidak diberi obat-obatan dari psikiatri, jangan karena Anda mau
serba praktis, lalu mematikan seorang jenius, menurut saya selain nakal, selebihnya anak Anda sangat normal!” Dalam hal mengobati penyakit anak-anak, kadang-kadang harus bersamaan mengobati kedua orang tuanya.
Setelah setengah tahun berjuang, “perang” antara ayah dan anak ini perlahan mulai mereda, hanya tersisa sedikit pergesekan, dalam banyak hal anak itu mulai menampakkan kemajuan, juga sudah terdengar gelak tawanya, kadang kala sudah bisa dengan tenang dan diam diterapi tusuk jarum tanpa membuat gaduh. Saya berpikir pohon di Kepulauan Solomon yang dicaci maki, bukankah merasa amat sedih dan putus asa? Akankah mereka membenci kekejaman umat manusia? (SUD)