oleh Xu Jian
Sebelum epidemi, Doris Fu berharap masa depan dirinya dan keluarga : Memiliki mobil baru, rumah yang relatif besar, menikmati hidangan restoran di akhir pekan, berlibur ke pulau …. Namun harapan hidupnya sekarang adalah : Tidak lagi mengunjungi salon kecantikan, tidak lagi menggunakan kosmetik luar negeri.
Perubahan harapan dari seorang wanita karir Shanghai berusia 39 tahun ini cukup dramatis. Namun, ia hanya merupakan salah satu dari jutaan kaum muda Tiongkok berusia 20-an hingga 30-an yang berusaha sedapat mungkin menahan diri untuk menghemat uang belanjanya di tengah situasi tingkat pengangguran yang terus melonjak, kebijakan Nol Kasus Infeksi yang ekstrem dan pasar real estate yang lesu, sehingga perekonomian nyaris tidak berjalan. Yang mereka inginkan sekarang adalah memiliki tabungan yang cukup dengan cara mengencangkan tali ikat pinggang.
Pakar : Situasi konsumsi di kalangan anak muda saat ini cukup mengkhawatirkan
Kaum muda Tiongkok sedang mengurangi konsumsi dan berlomba-lomba untuk berbagi secara online gaya hidup hemat dan menganalisa tentang kiat menghemat uang. Itu membuat para pembuat kebijakan Tiongkok khawatir. Karena dengan menurunnya konsumsi yang menyumbang lebih dari setengah PDB Tiongkok jelas membuat pertumbuhan ekonomi Tiongkok langsung anjlok.
Benjamin Cavender, Direktur Pelaksana China Market Research Group (CMR) mengatakan : “Sudah selama 16 tahun kami mengamati perilaku konsumsi pasar di sini, tetapi situasi konsumsi kaum muda Tiongkok saat ini adalah yang paling mengkhawatirkan di mata saya”.
Kebijakan Nol Kasus Infeksi terapan Beijing yang mencakup lockdown ekstrem, larangan perjalanan, dan pembatasan aktivitas masyarakat telah memberikan pukulan berat bagi ekonomi Tiongkok. Belum lagi soal otoritas berwenang Tiongkok yang menindas keras perusahaan teknologi besar, itu semua berdampak besar pada lapangan kerja bagi kaum muda.
Menurut data resmi Tiongkok, bahwa tingkat pengangguran untuk kaum muda berusia 16 – 24 tahun mencapai rekor 20% pada Juli tahun ini. Banyak anak-anak muda terutama yang bekerja di bidang ritel dan e-commerce terpaksa menerima pemotongan gaji hanya karena ingin mempertahankan pekerjaan mereka. Demikian menurut survei dari 2 industri.
Menurut data dari perusahaan rekrutmen online bahwa, upah rata-rata di 38 kota besar Tiongkok turun 1% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Hal ini juga menjadi penyebab kaum muda sekarang lebih suka menabung daripada membelanjakan uangnya secara royal.
Meskipun penjualan ritel di Tiongkok naik 2,7% YoY di Juli tahun ini dan pada Agustus naik menjadi 5,4%, tetapi masih di bawah 7% yang dicapai pada tahun 2019 sebelum adanya COVID-19. Dalam 8 bulan pertama tahun ini, dana simpanan asal rumah tangga Tiongkok yang terkumpul di perbankan Tiongkok mencapai RMB. 10,8 triliun, naik dari RMB. 6,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Tiongkok adalah satu-satunya ekonomi utama dunia yang memangkas suku bunga tahun ini untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Bank-bank besar milik negara di Tiongkok mulai 15 September memangkas suku bunga deposito masyarakat dalam upaya mengekang tabungan demi mendorong tingkat konsumsi.
Makan malam dengan uang “RMB. 10,-“
Setelah bertahun-tahun gaji naik, kredit mudah, dan berlomba-lomba belanja online. kaum muda Tiongkok tiba-tiba beralih ke hidup berhemat, berbagi trik cara berhemat lewat media sosial seperti Xiaohongshu, atau Bilibili. Di sana kita bisa melihat mereka berbagi cara untuk hidup berhemat.
Seorang wanita Hangzhou berusia 20-an memposting lebih dari seratus rekaman video tentang cara membuat makan malam senilai RMB.10,- di media sosial. Ia sudah mendapatkan ratusan ribu pengikut. Dalam video berdurasi satu menit dengan hampir 400.000 penayangan, dia memasak makan malam dengan fillet ikan seharga RMB.4,-, udang beku seharga RMB.5,-, dan sayuran seharga RMB.2,-.
Topik tentang cara menghemat uang belanja juga menjadi ramai dibicarakan orang. Misalnya, topik “Bagaimana menggunakan uang RMB. 1.600,- untuk hidup sebulan di Kota Shanghai”, adalah postingan di medsos yang sangat menantang.
Ada juga seorang gadis bermarga Yang, mengaku belum melunasi setumpuk tagihan kartu kredit pada waktu sebelum epidemi. Ia kemudian membuka akun “kelompok penelitian konsumsi rendah” di media “Douban” dengan lebih dari 150.000 anggota pengikut sekarang. Cara-caranya untuk menghemat uang meliputi : Tidak lagi minum kopi di Starbucks, tidak lagi membeli kosmetik buatan Prancis, bahkan membeli pakaian yang dijual di toko barang bekas.
Para ahli menganalisis bahwa berhemat di kalangan kaum muda bakal menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap ekonomi Tiongkok yang sudah melemah. Tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok pada kuartal kedua tahun ini hanya 0,4%, mendekati angka resesi. Chen Zhiwu, seorang profesor keuangan di Universitas Hong Kong mengatakan : “Karena sulitnya mencari pekerjaan dan tekanan ekonomi yang berkelanjutan, kaum muda memiliki rasa tidak aman dan ketidakpastian yang belum pernah mereka alami sebelumnya”. (sin)