oleh Luo Ya
Setelah liburan Tahun Baru Imlek berakhir, semua pihak termasuk Dewan Negara dan pemerintah daerah Tiongkok, semua menekankan untuk menjadikan perjuangan demi kepentingan ekonomi sebagai prioritas utama tahun ini. Namun demikian, para pengusaha Guangdong tak optimis dengan prospek ekonomi tahun ini, mereka percaya bahwa setelah pelonggaran pencegahan epidemi, sejumlah besar perusahaan masih akan memilih untuk memindahkan usahanya ke Asia Tenggara.
Pada 28 Januari, PM. Li Keqiang memimpin rapat kerja Komite Tetap Nasional pada hari kerja pertama setelah liburan Tahun Baru Imlek 2023. Dalam rapat, ia menuntut semua pihak untuk mendorong peningkatan konsumsi, memulihkan dan menjaga stabilitas perdagangan, investasi luar negeri. Selain itu, ia juga menuntut agar paling tidak pada tahun ini, roda ekonomi sudah dapat berputar secara normal bahkan diusahakan lebih cepat.
Pada hari yang sama, Provinsi Guangdong juga mengadakan apa yang disebut “pertemuan pembangunan berkualitas tinggi” yang dihadiri oleh ribuan orang. Mereka mengklaim bahwa lebih dari 500 perusahaan telah berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Selain itu, sejumlah provinsi dan kota seperti Zhejiang, Anhui, Jiangsu, Chongqing dan lainnya juga secara berturut-turut mengadakan konferensi yang bertemakan “perjuangan demi kepentingan ekonomi Tiongkok”.
Seorang pengusaha Guangdong bermarga Liu mengatakan : “Saya baru-baru ini melihat bahwa para pemimpin tertinggi dari banyak provinsi, kota, dan kabupaten dari pemerintah daerah bertindak sebagai tuan rumah untuk mengundang para pengusaha setempat menghadiri beberapa forum yang mereka adakan. Saya pikir itu tidak berguna, karena kredibilitas pemerintah ini telah secara bertahap menurun sejak epidemi. Banyak dari pengusaha mengatakan bahwa kehadiran mereka hanya untuk meramaikan saja, cuma sekedar “mendampingi” para pejabat yang terbeban tugas. Bagaimana pun ada sejumlah kebijakan yang gagal diterapkan, selain itu, suatu kenyataan bahwa memburuknya ekonomi itu sebenarnya adalah akibat dari proses dari mekanisme memilih yang superior dan mengeliminasi yang inferior.”
Zhang Hua, seorang media independen di Beijing juga berpendapat bahwa PKT segera akan mengadakan Dua Sesi pada bulan Maret mendatang, tetapi ekspektasi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah telah menurun, juga meragukan kredibilitas pemerintah, termasuk apakah kebijakan pemerintah cukup ampuh dalam mendorong investasi perusahaan ?
Zhang Hua menjelaskan : “Lagi pula penguasa akan mengatakan bahwa kebijakan perlu dikaitkan dengan pasar, lalu apa prasyarat untuk menghubungkan kebijakan dengan pasar ? Pertama-tama, harus memiliki pasar, kedua, bisakah kebijakan dapat disesuaikan dengan kepentingan pasar ? Jika kebijakan berkontradiksi dengan pasar, walaupun sudah terkait , tetapi pengusaha tidak dapat memproduksi dan mengoperasikannya, jadi sama saja dengan sia-sia.”
Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He baru-baru ini mengunjungi Swiss dan menghadiri pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, dia juga mengimbau perusahaan asing untuk berinvestasi di Tiongkok, ia mengatakan bahwa “Tiongkok sudah siap”. Namun para pebisnis dalam negeri saja tidak optimis dengan prospek ekonomi Tiongkok, bagaimana asing ?
Mr. Liu yang pengusaha Guangdong mengatakan : “Dalam beberapa tahun terakhir epidemi, jika pabrik-pabrik ini masih bisa bertahan, itu semata karena mereka masih mendapatkan pesanan dari pelanggan, tetapi kiranya perusahaan itu beroperasi dalam keadaan merugi, atau setidaknya break event. Hanya sedikit perusahaan yang bisa memperoleh keuntungan. Itu termasuk beberapa teman di sekitar saya yang menjalankan pabrik dengan karyawan yang sekitar 200 hingga 300 orang. Rata-rata dari mereka tidak banyak berharap, karena tidak melihat ada harapan.”
Mr. Liu mengatakan bahwa volume bisnis industri elektronik konsumen yang berorientasi ekspor pada tahun lalu telah menyusut setidaknya 40%, dan sampai sekarang belum terlihat ada tanda-tanda pemulihan. Sedangkan untuk industri yang berfokus pada pasar domestik dan pelanggan, pemesanan pada periode puncak bisa mencapai 50% hingga 60% itu sudah dapat dinilai sangat bagus.
Kolumnis Epoch Times Wang He berpendapat bahwa 3 tahun epidemi telah berdampak kompleks terhadap ekonomi Tiongkok. Setelah lockdown Kota Shanghai dan insiden Foxconn, sejumlah besar perusahaan telah memilih untuk hengkang dari Tiongkok, ditambah dengan perang dagang AS – Tiongkok dan perang Rusia – Ukraina, semua menjadi dorong kuat bagi rantai pasokan global untuk melakukan penyesuaian.
“Salah satu variabel terbesar di tahun 2023 adalah bagaimana epidemi akan berkembang dan setinggi apa kematian akibat epidemi ? Jika PKT tidak dapat lagi menahannya, ia tidak akan dapat terus menutup-nutupi jumlah kasus. Apalagi jika hal ini sudah tersebar luas. Dengan kata lain, situasi akan mempercepat pemindahan (usaha kecil dan menengah) dalam skala besar, dan memindahkan basis industri mereka di luar negeri,” kata Wang He.
Dalam situasi di mana perusahaan asing menarik modalnya sedangkan impor dan ekspor terus melemah, bahkan jika provinsi besar ekonomi seperti Guangdong diperintahkan untuk mati-matian berjuang demi kepentingan pertumbuhan ekonomi, belum tentu ia dapat berhasil.
Mr. Liu mengatakan : “Memasuki Februari. Banyak industri di Tiongkok mungkin dapat melewatinya dengan stabil, mungkin ada pesanan. Kemudian memasuki bulan Mei dan Juni, saya pikir sejumlah besar perusahaan akan tutup lagi, karena setelah pemerintah melonggarkan pencegahan epidemi, banyak perusahaan swasta dalam negeri masih memiliki beberapa pelanggan di luar negeri, bisa saja mempertimbangkan ide untuk memindahkan pabriknya ke Asia Tenggara, Vietnam mungkin yang menjadi pilihan favorit.”
Di bawah situasi ekonomi saat ini, di satu sisi, para pencari kerja baru meratapi sulitnya mendapat pekerjaan, di sisi lain, sejumlah besar pemilik usaha sedang kesulitan untuk mendapatkan pekerja untuk lini produksi dan pelayan restoran yang dirasa masih kekurangan.
Zhang Hua mengatakan : “Sangat sulit bagi anak muda untuk mencari pekerjaan sekarang. Kesulitannya bukan hanya satu hal. Pokoknya kesimpulannya cukup sederhana. Yakni dibutuhkan pengalaman sosial. Tetapi beberapa orang yang baru saja lulus dari perguruan tinggi atau sekolah yang bagus jelas tidak memiliki pengalaman sosial. Bagi orang yang memiliki pengalaman sosial, mereka diragukan mengenai kualifikasi akademiknya, jadi kedua sisi ini saling bertentangan.”
Pengusaha Tuan Liu berkata terus terang bahwa sulit untuk menarik bakat jika gajinya terlalu rendah, tetapi pemilik bisnis tidak mendapat untung untuk menaikkan gaji, yang membuat rekrutmen semakin sulit. (sin)