THE ASSOCIATED PRESS
Para peneliti mengatakan, mereka telah mengonfirmasi sebuah planet ekstrasurya (sebuah planet yang mengorbit bintang lain) menggunakan James Webb Space Telescope (JWST) NASA yang baru untuk pertama kalinya.
Planet yang dikenal sebagai “LHS 475 b” ini berukuran hampir sama persis dengan Bumi. Para peneliti mengatakan, planet ini beberapa ratus derajat lebih hangat dari Bumi.
Mempresentasikan temuan mereka di acara American Astronomical Society (AAS) di Seattle pada 11 Januari lalu, para peneliti dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory (JHUAPL) menjelaskan bagaimana mereka menggunakan teleskop Webb generasi berikutnya untuk mengonfirmasi sebuah planet ekstrasurya.
LHS 475 b relatif dekat, hanya berjarak sekitar 41 tahun cahaya, di konstelasi Octans.
Instrumen Spektrograf Inframerah Dekat Webb menangkap dua pengamatan transit, yakni ketika planet melintas di depan bintangnya, sehingga hal itu sedikit meredupkan cahayanya, pada Agustus dan September tahun lalu. Apa yang terungkap adalah sebuah planet berbatu seukuran Bumi yang menyelesaikan orbit mataharinya hanya dalam dua hari.
Planet itu juga hangat, beberapa ratus derajat lebih hangat daripada Bumi.
“Dengan menyesuaikan model transit kami berdasarkan pengamatan ini dan mengesampingkan berbagai skenario positif palsu yang dapat mengarah ke sebuah planet, data murni ini membantu memvalidasi dan mengonfirmasi penemuan planet ekstrasurya seukuran Bumi ini. Terlebih lagi, kedalaman transit, jumlah cahaya yang terhalang memberi kita ukuran radius planet, yang ternyata hampir sama persis dengan jari-jari Bumi, sekitar 99 persen diameter Bumi,” jelas peneliti Jacob Lustig-Yaeger dari JHUAPL.
“Sangat menyenangkan mendapatkan kumpulan data ini di planet seukuran Bumi. Dan meskipun planet ini memiliki radius yang sama dengan Bumi, kemungkinan itu satu-satunya kesamaan yang dimilikinya dengan Bumi, karena suhunya sekitar beberapa ratus derajat lebih hangat daripada Bumi.”
Meskipun data menunjukkan bahwa ini adalah planet seukuran Bumi, para peneliti belum mengetahui apakah planet tersebut memiliki atmosfer.
Meskipun planet ini mungkin tidak memiliki atmosfer, para peneliti mengatakan, ada beberapa komposisi atmosfer yang belum mereka kesampingkan, seperti atmosfer murni karbon dioksida.
“Planet ini sangat mungkin menjadi benda tanpa udara yang telah kehilangan atmosfer yang pernah dimilikinya,” jelas Lustig-Yaeger.
“Tapi ia juga mungkin memiliki atmosfer kompak yang tidak sensitif bagi kita yang bisa terdiri dari karbon dioksida, bisa berupa atmosfer tipis yang akan menghasilkan fitur spektroskopi yang sangat kecil, atau bisa jadi atmosfer tebal yang terdiri dari karbon dioksida seperti Venus, yang memiliki awan yang tinggi yang juga akan menghasilkan spektrum transmisi yang sangat datar.”
Penerus Teleskop Luar Angkasa Hubble senilai $10 miliar milik NASA dan Badan Antariksa Eropa itu meluncur pada akhir 2021 dan telah mengamati kosmos dalam inframerah sejak musim panas 2022.
Para ilmuwan berharap untuk melihat terbentuknya alam semesta dengan Webb, mengintip kembali ke saat bintang dan galaksi pertama terbentuk 13,7 miliar tahun yang lalu.
Observatorium itu diposisikan 1,6 juta kilometer dari Bumi. (osc)