oleh Lee Yun-Jeong – Epoch Times Korea Selatan
Seorang pendeta Korea mengatakan bahwa artikel pendiri Falun Gong, Master Li Hongzhi, yang berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia” dapat menjadi panduan menuju surga.
Pada Rabu (8/3/2023), The Epoch Times bertemu dengan Pendeta Kang Seok-jeong di sebuah kafe di Myeongdong, pusat kota Seoul, Korea Selatan.
Pendeta Kang adalah kepala cabang regional tenggara dari Citizens for Unveiling Confucius Institutes (CUCI). Pendeta Kang telah mendonorkan darahnya lebih dari 500 kali selama 60 tahun, terlihat muda dan energik meskipun usianya telah menginjak 78 tahun.
“Empat tokoh suci besar umat manusia adalah Sakyamuni, Konfusius, Yesus, dan Socrates, tetapi jika saya harus menambahkan satu lagi, saya pikir itu adalah Master Li Hongzhi,” kata Pendeta Kang ketika ditanya tentang kesan keseluruhannya terhadap artikel Li.
“Judul artikelnya adalah ‘Mengapa Ada Umat Manusia,’ dan jawabannya adalah bahwa kita hanya bisa diselamatkan dengan kembali ke tujuan awal Tuhan menciptakan kita,” katanya.
Kembali ke Tujuan Tuhan Menciptakan Manusia
Sebagai seorang pendeta Kristen, Kang berkata: “Saya bersimpati dengan ungkapan Master Li bahwa Sang Pencipta membuat bentangan yang lebih luas di luar bumi. Saya pikir itu berarti hal yang sama dengan sisi timur Taman Eden dalam agama Kristen.”
“Seluruh alam semesta diciptakan secara misterius sehingga persepsi dan kebijaksanaan manusia tidak dapat mengetahui semuanya, dan ada batas-batas untuk apa yang dapat diungkapkan.”
Kang mengatakan bahwa penggunaan istilah “surga”, “kerajaan Tuhan”, dan frasa “manusia diciptakan oleh Tuhan dari tanah” oleh Mr Li juga mirip dengan agama Kristen.
“Dalam artikelnya, Li menyiratkan bahwa kita harus kembali ke tujuan awal Sang Pencipta memerintahkan makhluk-makhluk ilahi untuk menciptakan manusia dari debu,” katanya.
“Kita tampaknya menjalani hidup untuk diri kita sendiri, tetapi pada akhirnya, ini adalah hidup untuk Tuhan, dan kita telah melupakan hal itu,” tambahnya.
Ia menambahkan, “Masing-masing dari kita memiliki keluarga sendiri, negara sendiri, rakyat sendiri, dan lain-lain., tetapi dalam masalah umum umat manusia, jika kita kembali ke tujuan mendasar yang mana Sang Pencipta menciptakan kita, hati kita akan merasa tenang dan kita tidak lagi cemas.”
Mengenai reinkarnasi: “Pada hakikatnya Iman Kristen kita, kita mati untuk hidup selamanya. Ini adalah tentang masuk surga dan hidup selamanya,” katanya.
“Cara untuk hidup selamanya adalah dengan kembali ke tujuan awal Sang Pencipta atau Tuhan menciptakan kita,” kata Kang, “dan semua orang seperti itu dapat diselamatkan.”
Melepaskan Keserakahan
Kang juga menyuarakan gagasan tentang mengapa hidup terasa sulit dan bagaimana cara menghadapinya. “Sering kali kita mengalami kesulitan di dunia ini karena kita serakah,” katanya. “Melalui artikel ini, saya menyadari bahwa jika kita melepaskan keserakahan dan mengosongkan pikiran, tidak ada yang sulit.”
“Ajaran Mr Li membuat saya merenungkan kehidupan saya sendiri,” katanya.
“Hal ini memperkuat keyakinan saya bahwa orang harus berpikir dan bertindak lebih hati-hati agar tidak melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam hidup. Jika saya memikirkan apakah saya melakukan ini untuk orang lain, dan memikirkan orang lain, saya tidak perlu bersusah payah, dan sukacita saya akan berlipat ganda.”
“Saya memahaminya sebagai ajaran yang membuat kita berpikir bahwa dunia ini seluas langit dan kedalaman kehidupan lebih dalam dari lautan,” kata Kang, “dan hanya dengan hidup seperti itu, kita dapat merasakan kehidupan yang indah.”
Kang, yang telah membaca tulisan Mr Li lebih dari lima kali, berkata: “Anda mungkin tidak memahami artikel ini setelah membacanya sekali atau dua kali, tetapi setelah membacanya berulang kali untuk ketiga dan keempat kalinya, saya merasa seperti seorang Taois hanya dengan membacanya, dan ada perasaan terharu … tersentuh.”
Falun Gong Membawa Kedamaian Batin dan Bermanfaat bagi Masyarakat
Kang juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Falun Gong melalui artikel tersebut.
Falun Gong, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual yang melibatkan latihan meditasi dan ajaran moral yang didasarkan pada Sejati-Baik-Sabar.
Sejak Juli 1999, rezim Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah menganiaya Falun Gong dengan kejam, dengan ratusan ribu pengikutnya ditahan di penjara, kamp kerja paksa, dan pusat-pusat pencucian otak, sering kali juga disiksa. Ribuan orang tewas, menurut Falun Dafa Information Center, meskipun jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.
“PKT menganiaya Falun Gong karena mereka pikir itu akan memperluas kekuasaannya dan mengendalikan PKT, tetapi menurut pendapat saya, tidak ada hubungannya,” katanya, seraya menambahkan, “Ini dapat menenangkan hati orang-orang dan membuat mereka merasa damai dan stabil, yang sebenarnya dapat membuat mereka lebih setia kepada tanah air dan negara.”
“Tidak peduli seberapa besar penganiayaan yang dilakukan oleh PKT, Falun Gong tidak akan lenyap, tetapi akan menyebar,” kata Kang, mengacu pada penganiayaan yang dilakukan oleh PKT selama 24 tahun terhadap Falun Gong sejak tahun 1999. “Api yang menyala di dalam hati kita tidak dapat dipadamkan oleh manusia, hanya oleh Tuhan,” katanya.
‘Saya Berharap ini Akan Dibagikan Secara Luas’
Kang juga mengatakan bahwa jika tulisan ini dibagikan secara luas, maka akan menginspirasi orang-orang untuk menata hati mereka sendiri.
“Ini adalah tulisan yang menginspirasi yang membuat Anda berpikir tentang bagaimana hidup di dunia dan memberi Anda pelajaran untuk menata hati Anda sendiri,” katanya.
“Saya pikir semakin banyak tulisan ini disebarkan, semakin banyak orang membacanya, semakin banyak orang yang tergerak untuk mengendalikan dan menata hati mereka sendiri,” katanya.
“Saya ingin semua orang membacanya, tetapi saya ingin merekomendasikannya kepada para politisi dan profesor yang pertama,” katanya, menjelaskan bahwa “jika para intelektual membacanya terlebih dahulu dan mengosongkan pikiran mereka, mereka dapat menjadi perintis yang baik untuk apa yang disebut sebagai gerakan ‘reformasi pikiran’.”
Kang berkata: “Dunia telah menjadi begitu tercemar dan kehilangan esensinya. Fondasi telah memudar, dan moralitas benar-benar telah runtuh. Saya berharap banyak orang akan membaca karya ini sebagai textbook untuk pendidikan karakter atau dalam forum dan pelajaran.” (asr)