Fu Yao
Scott Drummond adalah atlet yang sangat berbakat. pemuda di Amerika Serikat ini direkrut menjadi tentara, dan Drummond adalah salah satunya pada 1971. Namun, Drummond diperbolehkan tinggal di pasukannya untuk terus bermain bola karena keterampilan bola basketnya yang luar biasa, sementara banyak saudara laki-lakinya dikirim ke garis depan di Vietnam, dan sebagian dari mereka tewas dalam perang.
Tentara Amerika mendekati ajal masuk ke Surga
Tampaknya sejak awal takdir sudah ditetapkan, ia tidak hanya terhindar dari perang, tetapi takdir juga membuatnya berhadapan dengan kematian beserta pengalaman khusus.
Puluhan tahun lalu, pada suatu hari ketika Drummond yang kala itu berusia 28 tahun, sedang bermain ski ketika tiba-tiba ia mengalami kecelakaan di lereng gunung. Saat itu, Drummond hanya merasakan tangannya agak tidak beres, ia melepas sarung tangannya dan kaget karena ibu jarinya terkilir berat dan tergantung lemas di atas kulit.
Orang-orang bergegas membawanya ke rumah sakit, alih-alih untuk berobat ia malah dikirim ke surga dan berkeliling satu putaran.
Benar, ia telah mengalami sebuah pengalaman mendekati kematian.
Dislokasi jari bukanlah masalah besar, namun bagaimana mungkin sampai mendekati kematian?
Drummond mengenang, sebelum operasi, ahli anestesi seharusnya memberinya obat, tetapi si ahli anestesi itu tiba-tiba dipanggil. Terpaksa hanya meninggalkan seorang perawat untuk melakukan anestesi, tetapi sang perawat belum pernah melakukan Teknik Block Bier (Anestesi regional intravena atau anestesi Blok Bier, yang ditemukan oleh Mr. Bier, adalah teknik anestesi pada ekstremitas tubuh di mana anestesi lokal disuntikkan secara intravena dan diisolasi dari sirkulasi pada area target), yaitu menggunakan tourniquet (alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada anggota tubuh untuk menghentikan aliran darah) guna menyesuaikan anestesi lokal untuk operasi, sehingga dia melakukan kesalahan. Akibatnya, cairan bius mengalir ke lengan Drummond dan masuk ke jantungnya saat dokter melakukan operasi. Lebih celaka lagi, anestesi yang digunakan perawat adalah lidokain, yang kemudian baru diketahui bahwa Drummond alergi terhadap lidokain. Tiba-tiba saja, Drummond berhenti bernapas.
Perawat itu menerobos keluar ruang operasi dengan panik sembari berteriak, dia telah membunuh Drummond. Para staf medis mulai bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa Drummond dan dokter juga melanjutkan pengoperasian ibu jarinya.
Semua ini dilihat jelas oleh Drummond. Ia berkata, dirinya seolah telah diangkat langsung dari raganya.”Saya berdiri di sana melihat tubuh saya. Saya melihat dari atas semua hal yang berada di bawah, melihat ke bawah, melihat tubuh saya terbaring di atas meja operasi.”
Tiba-tiba, sebuah pesan muncul di benaknya yang berbunyi: “waktunya untuk pergi”.
Drummond mengatakan bahwa di saat itu ia jelas merasakan ada seseorang di sisinya. Tapi ia tidak bisa melihat orang itu, ia hanya bisa berkomunikasi dengannya melalui pikiran, dan orang itu berbicara dengan Drummond melalui pikiran.
Kemudian adegannya berubah dengan cepat, Drummond melihat dirinya berdiri di ladang, dan ladang itu sangat indah, dengan rerumputan jangkung yang tumbuh setinggi pinggangnya. “Rumput itu mengalir, mengalir ke arah saya, di benak saya, saya merasakan cinta yang berasal dari sang rumput,” katanya.
Pada saat itu, pesan lain muncul di benaknya: “Jangan menoleh ke belakang.”
Drummond mengetahui, dirinya sudah pergi. Ia terus bergerak maju dan menemukan bahwa dirinya “dapat melihat ke kiri dan ke kanan, juga bisa melihat ke depan, tetapi tidak diizinkan untuk menoleh ke belakang”. “Di paling kiri ada pohon besar, berupa hutan belantara. Pepohonan yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” kenangnya.
Warna dalam pemandangan ini sangat mencolok. Warna yang belum pernah dilihat oleh Drummond sebelumnya. “Segala sesuatu yang kita lihat di bumi adalah tiga dimensi. Apabila Anda memperbesarnya 10 kali, itulah warna daun di pepohonan. Warna hijau yang sangat cemerlang,” katanya.
Di antara Drummond dan hutan, terhampar sebidang bunga liar setinggi pinggang, dan selain itu semua bunga liar ini menghadap ke arahnya. Drummond merasakan bahwa ia dan bunga liar juga terhubung, bunga-bunga ini juga memancarkan cinta, yang merupakan semacam perasaan yang sangat damai.
Melihat ke depan, ada segumpal awan, kata Drummond, warna awan tersebut putih cemerlang bagaikan mutiara.
Tiba-tiba, sebuah video muncul, dan Drummond melihat kehidupannya sendiri, dari usia 8 hingga 20 tahun. Dia berkata: “Ini tidak seperti aliran video; Itu semua dilakukan di benak saya; Itu semua di benak saya, tetapi saya hidup didalamnya. Saya telah hidup sekali lagi. Saya melihat keluarga saya; Saya melihat pengorbanan yang dilakukan orang tua saya untuk saya dan olahraga saya, membawa saya ke semua pertandingan dan semua acara dan segalanya; semua itu muncul berkat cinta yang murni.”
Dalam proses peninjauan kembali sejarah hidupnya, Drummond menemukan bahwa meskipun seringkali ada area abu-abu pada saat mengukur baik dan buruk di dunia manusia, tetapi segala sesuatu di dunia ini sesungguhnya adalah “kalau tidak hitam berarti putih” dan “kalau tidak baik berarti buruk”.
Dia pernah berpartisipasi dalam olahraga profesional dan olahraga di perguruan tinggi, semuanya dilakukan dengan segala cara agar sukses. Padahal beberapa dari hal-hal itu dilakukan dengan tidak benar. Ia juga berkata, “Dalam dunia bisnis, demi meraih posisi tinggi, sering kali Anda harus menginjak kepala orang-orang lain, saya menyadari bahwa hal yang saya lakukan itu tidak benar.”
Setelah menyaksikan kehidupan lampau ini, Drummond kembali ke depan gumpalan awan, ia berjalan menuju awan. Dari dalam awan, menjulur sebuah tangan. Drummond tidak bisa memastikan warna tangan itu karena ia betul-betul sangat murni. Lengan bawah tangan itu lebih besar dari miliknya, dan seseorang berada di dalam awan, orang itu, sedikit lebih tinggi darinya.
Drummond yakin bahwa itu adalah Tuhan. Tuhan mengatakan kepadanya: “Sekarang bukan waktumu (untuk mati), kamu masih memiliki lebih banyak hal untuk dikerjakan.”
Ajaibnya, hingga saat ini Drummond masih terus menerima pesan lanjutan setiap hari.
Sampai disini, semuanya sudah berakhir. Rohnya diantar kembali ke dalam tubuhnya.
Ia menemukan dirinya berbaring di atas tandu dan didorong keluar dari kamar. Tiba-tiba, seluruh tubuhnya mulai bergantian bergerak. Seolah-olah ada pertempuran besar yang terjadi di dalam tubuhnya, karena dari sisi dirinya yang mengerti, ia tidak ingin kembali.
Belakangan dia baru tahu bahwa sebelum ia kembali, ia telah dinyatakan meninggal selama sekitar 20 menit.
Drummond akhirnya keluar dari mara bahaya.
Dalam 40 tahun berikutnya, “membantu orang lain” merupakan arah dari upaya hidupnya. “Alasan saya dikirim kembali adalah karena saya terlalu egois dalam kehidupan saya selama ini. Saya masih belum belajar bagaimana bersikap ramah kepada orang lain dan menghormati mereka sebagaimana seharusnya,” katanya.
Drummond menyadari bahwa ia telah memperoleh sebuah kesempatan yang lain di Bumi, dan ia harus memegang erat kesempatan ini. Karena ia berharap ketika lain kali ia kembali lagi, dapat memiliki sebuah rapor yang lebih baik.
Dari 20 menit di dunia manusia, Drummond telah mengalami perjalanan ke surga. Namun, ada juga orang yang keliling di neraka hanya dalam waktu 20 menit.
Pria Tersentuh oleh Kasih Tuhan, diceritakan dalam buku “23 Minutes in Hell”
Bill Wiese, seorang agen real estate di California Selatan, adalah Kristiani yang taat. Pada 22 November 1998, Wiese dan istrinya pulang dan segera pergi tidur setelah menghadiri upacara keagamaan rutin, semuanya berjalan sangat normal.
Tak terasa hari sudah tengah malam. Wiese terbangun di tengah tidurnya, ia merasa agak haus dan bangun hendak minum segelas air. Tiba-tiba saja, ia menemukan bahwa rohnya ditarik keluar dari tubuhnya. Segera, ia melihat dirinya melewati terowongan yang sangat panjang, setelah ia amati lagi, ia sudah berada di neraka.
Wiese berkata bahwa ia berada di dalam sel, adalah sebuah penjara bawah tanah, dengan lantai batu dan dinding batu, disana dipenuhi asap, selain kotor juga bau, seperti bau belerang yang terbakar. Pada saat ini, ia merasa semakin lama semakin panas. Bersamaan dengan itu, di dalam benaknya, telah muncul serangkaian tanda tanya besar: “Bagaimana saya bisa hidup? Mengapa saya berada di sini? Bagaimana saya bisa sampai di sini?”
Saat ia bertanya-tanya, Wiese melihat dua setan besar muncul di dalam sel, sambil mulut mereka komat-kamit, tetapi itu semua adalah kata-kata menghujat Tuhan. Kedua setan itu langsung mendatanginya, dan salah satu dari mereka menangkapnya dengan mudah serta melemparnya ke dinding seperti membuang gelas. Wiese merasa sepertinya tulangnya patah.
Setan lainnya menggunakan cakarnya untuk menembus dada Wiese, dan mencabik-cabik dagingnya. Namun, meskipun Wiese dalam keadaan roh, tetapi tetap masih memiliki indera perasa, dia amat sangat kesakitan, dan memohon kepada setan-setan ini, namun mereka tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun, kejam, tidak berbelas kasih sama sekali terhadap manusia.
Wiese berkata, selama di Neraka, ia masih merasakan ada jarak dan waktu bahkan mengetahui dengan pasti bahwa makhluk-makhluk itu dikirim untuk menyiksanya selamanya. Ia bercerita, “Panca inderamu di neraka sangat tajam, mengetahui jauh lebih banyak dari yang bisa kamu ketahui di bumi.”
Entah bagaimana, Wiese mendapati bahwa dirinya terbaring di dalam sel, dan sekitarnya menjadi sangat pekat, sehitam aspal, yang merupakan kegelapan yang belum pernah dia alami. Dia berkata bahwa kegelapan neraka berada di luar imajinasi manusia. Kemudian, ia menemukan bahwa dirinya bisa merangkak, ia melihat sebuah pintu, lalu merangkak ke arah pintu. Ia terus merangkak keluar dari sel, tetapi tiba-tiba mendengar jeritan jutaan atau miliaran orang.
Wiese cukup yakin bahwa jumlahnya dalam “miliaran” dan mereka sangat keras. Wiese menutupi telinganya, tetapi sama sekali tidak membantu. Wiese berkata, “Sangat keras sekali, suara itu menembusmu, kamu tidak bisa bersembunyi dari jeritan, dan rasa takut akan menguasaimu. “Wiese juga merasakan bahwa “rasa ketakutan” seperti itu selalu mendesak dan manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas darinya. Itu adalah semacam keputusasaan.
Selain kegelapan, di neraka juga ada kekeringan yang tanpa akhir dan tidak ada air. Wiese menggambarkan perasaan semacam itu, seolah-olah Anda sedang berlari maraton di lembah kematian dan setelah berlari selama beberapa hari, mulut Anda kering, namun tidak bisa mendapatkan setetes air pun, suatu keadaan yang penuh dengan keputusasaan.
Ia mengatakan, neraka dipenuhi dengan asap, ada sel, penjara, lubang api, juga terdapat lautan api di area yang sangat luas. Sedangkan bau setan itu seperti selokan air busuk, daging busuk, telur berjamur, yogurt basi, dan semua hal buruk yang dapat Anda pikirkan, semuanya bercampur-aduk menjadi satu, lantas dimultiplikasikan seribu kali, jika Anda menghirupnya dengan hidung, ibaratnya seperti menghirup racun super berbisa yang dapat membunuh orang.
Tepat disaat itu, sesosok iblis tiba-tiba menangkap Wiese. Ia diseret kembali ke selnya, di mana si iblis akan menganiaya dan menyiksanya lagi. Ia tahu bahwa kali ini, iblis itu akan menghancurkan kepalanya, juga ada iblis lain akan datang bersama-sama serta meraih lengan dan kaki Wiese …….. Sampai disini, ia tidak ingin menggambarkan rasa sakitnya seperti itu lagi, karena setiap kali dia mengenang , bagi dirinya, itu adalah siksaan.
Bersyukur pada saat yang tepat, Tuhan telah muncul. Cahaya Tuhan menyinari sekeliling, Wiese segera menjatuhkan diri ke lantai dan menyembah Tuhan. Wiese berkata bahwa pada saat itu, hanya hal itulah satu-satunya yang bisa ia lakukan.
Tiba-tiba, Wiese menemukan bahwa dirinya telah meninggalkan neraka. Namun ia masih berada di sisi Tuhan, Wiese mencoba menenangkan dirinya sendiri dan mengajukan sebuah pertanyaan kepada Tuhan: “Mengapa Anda mengirim saya ke tempat itu?”
Tuhan berkata kepadanya, “Karena orang-orang tidak percaya bahwa tempat seperti itu ada.” Tuhan kemudian berkata kepadanya, “Katakan kepada orang-orang, aku benci tempat itu, karena itu bukan niatku, aku tidak menciptanya untuk para manusia, itu disediakan untuk para iblis dan malaikat yang bejat. Aku tidak ingin ada satupun manusia yang aku ciptakan datang ke tempat ini. Anda harus memberitahu mereka, aku memberimu sebuah mulut, pergi dan katakanlah kepada mereka.”
Pada saat itu, Wiese merasa Tuhan memenuhi tubuhnya dengan niat pikiran-Nya dan membiarkannya menyentuh hati Tuhan.
“Saya telah dipenuhi” kata Wiese, “Dia mengizinkan saya untuk menyentuh hati-Nya dan membiarkan saya menyadari betapa dia mencintai manusia di dunia, dan itu adalah cinta yang luar biasa! Saya bahkan tidak bisa menerimanya. Cinta-Nya yang begitu maha besar sehingga tubuh kita yang kecil tiada arti, benar-benar tak mampu menerima. Kita semua mencintai istri dan anak-anak kita. Namun, betapapun kita mencintai mereka, itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan cinta yang Tuhan berikan kepada kita. Cinta-Nya adalah begitu besar tak terbatas dan melampaui cinta kita.”
Mendadak saja, Wiese telah melihat tubuhnya sendiri sedang terbaring diam di ranjang rumah sakit. Di saat itu ia bahkan agak ragu, dan bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah orang yang terbaring di sini ini benar-benar adalah saya?”
Wiese pada akhirnya kembali ke dunia dengan selamat, setelah peristiwa itu berlalu satu tahun ia pun akhirnya baru pilih. Ia mengubah pandangan sebelumnya tentang kehidupan, dan sangat berterima kasih secara mendalam kepada Tuhan, dan berterima kasih atas penebusan Tuhan.
Ia menulis perjalanannya ke neraka ini ke dalam buku “23 Minutes in Hell” (23 Minutes di Neraka) yang diterbitkan pada 2006 dan juga masuk ke dalam daftar buku terlaris “New York Times”.
Tak peduli itu perjalanan Drummond ke surga atau perjalanan Wiese ke neraka, semuanya itu membuat mereka memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan belajar dari Tuhan tentang kasih.
Mungkin, jalan keilahian adalah tentang mengasihi orang lain, jagalah kebajikan di dalam hatimu. (lin/Whs)