oleh Xia Yu
Pihak berwenang dari produsen pemanas air terbesar Tiongkok Guangdong Wanhe New Electric mengatakan bahwa sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan geopolitik, pelanggan Amerika Serikat meminta perusahaannya untuk mengalihkan kapasitas produksinya keluar dari Tiongkok.
Perusahaan multinasional sedang melakukan penilaian kembali terhadap operasi global setelah invasi Rusia ke Ukraina, pandemi dan ketegangan yang meningkat antara AS dengan komunis Tiongkok. Perusahaan multinasional juga meningkatkan perhatian terhadap semakin besarnya hubungan Tiongkok – Rusia dan potensi ancaman sanksi.
Kebijakan Nol Kasus yang berjalan selama 3 tahun telah mengganggu industri Tiongkok, memblokir pelabuhan, dan perusahaan yang memiliki pabrik di Amerika Serikat mengalami kekurangan suku cadang yang dibuat di Asia. Banyak perusahaan AS sekarang meminta perusahaan pemasok Tiongkok untuk membangun pabrik di Amerika Serikat, jika tidak mereka akan menghadapi risiko kehilangan bisnis.
Media “Financial Times” melaporkan pada 16 April, bahwa langkah Guangdong Wanhe New Electric menunjukkan bahwa tidak hanya perusahaan asing, tetapi perusahaan Tiongkok juga harus mengubah rantai pasokan mereka.
“(Perusahaan AS) … memiliki persyaratan khusus bagi kami untuk membangun pabrik di negara selain Tiongkok, seperti Vietnam dan Thailand agar dapat melanjutkan kerja sama dengan mereka”, kata Lu Yucong, Direktur Guangdong Wanhe New Electric kepada Financial Times.
Ia mengatakan bahwa kondisi ini menjadi semakin jelas selama dua hingga tiga tahun terakhir. Tidak hanya Amerika Serikat, tetapi negara-negara Eropa juga melakukan aksi anti globalisasi, yang dilihatnya sebagai proteksionisme.
Selain itu, kenaikan tarif terhadap komoditas Tiongkok juga menjadi pukulan bagi perusahaan, tambah Lu Yucong.
“Klien meminta saya memindahkan produksi dari Tiongkok karena kami semua merasa (kenaikan tarif) bahwa kami tidak dapat menurunkan biaya lebih jauh lagi”. Lu mengatakan : “Jadi kami kehilangan keunggulan kompetitif, dan pembeli pun tidak dapat menerimanya”.
Hubungan geopolitik dan Sino – Rusia mendorong perusahaan Tiongkok mengalihkan kapasitas produksi ke Asia Tenggara
Guangdong Wanhe New Electric memutuskan untuk memindahkan beberapa pabriknya dari kawasan industri di Tiongkok selatan ke Mesir dan Thailand.
“Biaya tenaga kerja di Thailand mungkin lebih rendah, tetapi rantai pasokan di sana tidak selengkap di Tiongkok”. “Tujuan dari langkah ini terutama untuk menghindari risiko terkait yang disebabkan oleh gesekan perdagangan antara Tiongkok dengan AS”, kata Lu Yucong.
Data dari Tiongkok menunjukkan bahwa investasi asing langsung ke Tiongkok pada tahun 2022 turun 43% dari tahun sebelumnya, menjadi USD. 190 miliar. Data resmi AS menunjukkan bahwa bagian komoditas asal Tiongkok yang diimpor oleh AS pada tahun 2022 telah turun dari level tertingginya pada tahun 2017 yang 22% menjadi 17%.
Beberapa perusahaan Tiongkok berencana mendirikan basis produksi baru di negara Asia Tenggara, termasuk pabrik pembuat kain Lu Thai Textile dan pembuat ban Jiangsu General Technology.
Dalam Pameran Elektronik Konsumen Sumber Global di Hong Kong minggu lalu, beberapa pabrikan Tiongkok memasang tanda di stan mereka yang mengiklankan kepada pembeli bahwa mereka memiliki pabrik di Vietnam atau negara lain. Pabrik pembuat baterai di acara itu juga mengatakan bahwa pelanggannya di Eropa sedang mengurangi jumlah pesanan karena mereka khawatir dengan hubungan yang lebih erat antara Tiongkok dengan Rusia.
Meksiko berdekatan dengan AS menjadi lokasi bagi perusahaan Tiongkok untuk mendirikan pabrik di luar negeri
Karena berdekatan dengan Amerika Serikat, Meksiko menjadi negara lain yang dipilih oleh perusahaan Tiongkok untuk mengalihkan rantai pasokan, tren yang lebih dikenal sebagai nearshoring. Perusahaan internasional sedang memindahkan produksi lebih dekat ke pelanggan untuk mengurangi jebakan yang disebabkan oleh masalah pengiriman dan ketegangan geopolitik.
Tahun lalu, Bank of America mengatakan bahwa Meksiko memiliki peluang langka untuk bersaing dengan Tiongkok di pasar manufaktur karena krisis rantai pasokan global, NAFTA, dan putusnya hubungan AS – Tiongkok.
The New York Times melaporkan bahwa pada Januari 2022, Perusahaan Manufaktur Furnitur Minhua, salah satu perusahaan furnitur terbesar di Tiongkok menghadapi tantangan berat dalam proses pengiriman sofa dari pabriknya di Tiongkok ke pelanggan di Amerika Serikat, akibat harga angkutan laut melonjak, dan perang dagang antara AS dengan Tiongkok yang sengit. Sekarang Man Wah berencana membangun sebuah pabrik senilai USD. 300 juta di Meksiko.
Pabrik pembuat ban Tiongkok Lizhong sedang membangun pabrik pertamanya di luar Asia di kawasan industri di negara bagian Nuevo Leon, Meksiko. Wang Bing, manajer umum pabrik perusahaan tersebut di Meksiko, mengatakan kepada reporter New York Times bahwa pelanggan utama Lizhong termasuk Ford dan General Motors, yang pernah menekan perusahaan agar mendirikan pabrik di Amerika Serikat.
Banyak perusahaan Barat yang memiliki bisnis di Tiongkok juga sedang mempertimbangkan hal yang sama. AmCham China mengatakan dalam Laporan Lingkungan Bisnis 2023 bahwa 24% anggota yang disurvei sedang mempertimbangkan, atau sudah mulai, mengalihkan kapasitas produksi mereka keluar dari Tiongkok. Angka ini meningkat sebesar 10% dari tahun sebelumnya.
Perusahaan pengecer pakaian jadi Spanyol seperti Mango juga mengatakan bahwa pihaknya sudah sejak tahun lalu mulai mendiversifikasi rantai pasokan, dan memindahkan sebagian produksi ke luar Tiongkok.
Kepala agen pengadaan sebuah pabrik yang berbasis di Hong Kong mengatakan bahwa klien baratnya sedang berupaya memindahkan bagian dari rantai pasokan mereka ke luar Tiongkok. (sin)