3. Data Pinjaman Baru Menyusut 89%, Menonjolkan Tidak Adanya Kepercayaan Pasar
Pada 11 Agustus barusan, bank sentral RRT telah mengumumkan data tambahan baru pinjaman perbankan bulan Juli, pada Juli lalu penambahan pinjaman perbankan di Tiongkok adalah sebesar 345,9 milyar yuan, atau telah turun 89% dibandingkan Juni, turun hingga titik terendah selama 14 tahun terakhir sejak 2009, jauh lebih rendah daripada perkiraan para analis, bahkan kurang dari setengah yang diperkirakan banyak pakar. Hal ini dianggap sebagai bukti kuat terbaru bahwa negara body ekonomi kedua terkuat dunia ini telah terjerumus ke dalam deflasi jangka panjang.
Selain itu, data pemerintah juga menunjukkan, nilai ekspor impor Tiongkok mengalami penurunan drastis, inflasi pada sektor konsumsi dan produksi telah anjlok hingga angka minus. Singkat kata, tiga kereta penggerak perekonomian PKT yakni investasi, ekspor, dan konsumsi pada dasarnya telah macet total.
Walaupun pada Juli lalu pemerintah Beijing telah mengeluarkan sejumlah dokumen dan tindakan untuk menstimulus konsumsi dan memudahkan perusahaan swasta, tapi karena hanya sekedar dokumen, yang hanya mengobati gejala tanpa mengatasi sumber masalahnya, sama sekali tidak dapat meningkatkan keyakinan masyarakat, dan masyarakat sama sekali tidak berniat berkonsumsi akibat pengangguran, berkurangnya pendapatan, dan pesimis terhadap masa depan. Ini berarti niat penguasa untuk membangkitkan perekonomian lewat “sirkulasi domestik” sama sekali tidak bisa dijalankan. Dan kehancuran yang dipercepat seperti ini merupakan tanda awal kehancuran ekonomi.
Kedua adalah bom waktu politik.
Menlu Qin Gang dilengserkan, semua petinggi Angkatan Roket disingkirkan, serta memobilisasi gerakan anti-spionase nasional, pejabat tertinggi berulang kali menekankan kesetiaan, seluruh jajaran birokrat mengiyakan di muka menentang di belakang, atau tiarap diam, membersihkan tubuh militer berkelanjutan, dan birokrat dengan dalih pemberantasan korupsi, semua itu menandakan internal PKT masih bergejolak, pada permukaan Xi Jinping telah meraih kekuasaan tertinggi, semua orang sekelilingnya adalah orang kepercayaannya, tetapi orang yang hatinya tidak tunduk pada Xi juga sangat banyak.
Rapat Beidaihe (diadakan setiap tahun pada musim panas di kota peristirahatan di Provinsi Hebei. Di sinilah para pemimpin dan tetua PKT dari generasi sebelumnya bertemu dalam suasana informal untuk diskusi tertutup yang akan mengatur nada untuk masalah domestik utama. Redaksi) tahun ini kelihatannya tenang dan damai, para sesepuh PKT yang tidak punya kuasa, tidak seorang pun berani menantang kekuasaan Xi, tetapi delapan pertanyaan dari seorang sesepuh mantan dewan Komite Tetap Politbiro yang diungkap oleh media massa luar negeri pada 2019, sampai sekarang tidak ada solusinya.
Kedelapan pertanyaan itu adalah: 1. Bagaimana solusi masalah Hong Kong? 2. Jika perekonomian Tiongkok terus begini, bisakah melewati tahun depan? 3. Masyarakat Tiongkok di bawah tekanan tinggi seperti ini bisakah bertahan melewati tahun depan? 4. Hubungan (tegang) AS-RRT seperti ini, mampukah partai komunis dan pemerintah Tiongkok bertahan hingga tahun depan? Masalah multi aspek di Tiongkok saat ini tidak bisa ditolak, tidak bisa diubah, seperti masalah Xinjiang. Di dalam partai (sekarang) semua orang dalam bahaya, jika dalam negeri mengalami kerusuhan, bagaimana menyelesaikannya?! 5. Di era ini apakah partai komunis mampu mengendalikan internet dan media sosial? 6. Jika defisit keuangan dan hutang luar negeri Tiongkok mengalami ledakan kedua-duanya, apa akibatnya? 7. Negara Barat yang dipimpin AS, jika menyatakan semua aset (PKT) di luar negeri sebagai aset ilegal, lalu disita, apa yang harus dilakukan oleh PKT? 8. Sistem operasional negara yang dijalankan oleh Komisi Keamanan Nasional (sekarang), faktanya telah menghapus Komite Tetap Politbiro, apakah model ini dapat dipertahankan?
Selama tiga tahun pandemi, krisis dari kedelapan pertanyaan itu mayoritas telah tertunda, tapi meninjau ulang di tahun ini belum kadaluarsa, karena masalah-masalah itu kian hari kian parah dan mendesak. Seperti Beijing walaupun telah meredam gerakan demokrasi Hong Kong dengan kekuatan militer, tapi anjloknya pasar properti di Hong Kong, banyaknya penduduk Hong Kong yang migrasi ke luar negeri, semakin banyak perusahaan juga modal asing yang meninggalkan Hong Kong, dan status Hong Kong sebagai pelabuhan bebas yang tidak diakui AS dan lain sebagainya, telah membuat Hong Kong tak lagi memiliki daya tarik seperti dulu. Apakah Beijing ada cara yang baik untuk menyelesaikannya?
Belum lama ini di kalangan DPR AS kembali muncul suara untuk menyita aset yang dimiliki para pejabat tinggi PKT yang berlokasi di Amerika, begitu AS bertindak, berapa banyak pejabat akan menuai akibatnya? Seiring dengan semakin bertambah besarnya kemungkinan semacam itu, hal tersebut juga terus meruntuhkan PKT dari dalam.
Selain itu, krisis PKT dalam hal keuangan, juga membuat para pejabat yang telah mengabdi habis-habisan pada PKT tidak bisa menerima kenyataan. Belum lama ini, Provinsi Zhejiang meminta warga agar “kencangkan ikat pinggang”, Kota Dalian telah menunda pembagian gaji polisi, dan lain-lain, semua ini memberitahu masyarakat akan satu fakta: Keuangan PKT telah mengalami krisis.
Surat kabar The Economic Observer pada 11 Agustus lalu menerbitkan liputan investigasi berjudul “Direktur Keuangan Setengah Tahun Ini”, lebih mengungkap fakta keuangan PKT. Dalam berita disebutkan, pejabat lembaga keuangan di pusat, provinsi, dan kota/kabupaten telah menjelaskan kondisi sebagian pekerjaan departemennya masing-masing pada semester pertama tahun ini, faktanya sangat mengejutkan: Perusahaan bodong membuat laporan palsu membantu pemerintah “membesarkan data pendapatan keuangan”; hutang proyek yang tidak sesuai standar dikemas sedemikian rupa untuk “menambah” pendapatan keuangan; kondisi keuangan daerah lebih besar pengeluaran daripada pendapatan, mengandalkan investasi pemerintah untuk “uang dari saku kiri dipindahkan ke saku kanan” supaya data laporan “terlihat bagus”; barisan pensiun begitu besar, pengeluaran mutlak terlalu tinggi, proyek investasi hanya bisa “ditolak”; tiga perempat waktu dan tenaga para pejabat digunakan untuk menulis berbagai laporan pemeriksaan; di banyak tempat dalam banyak aspek bahkan “tiga jaminan” yang fundamental pun tidak terpenuhi…
Bahkan pemerintah pun mengakui, pejabat PKT telah mengalami mentalitas kiamat, tidak hanya tampak pada kelalaian pada tugas dan sikap yang pasif, juga terlihat dari dipindahkannya keluarga mereka berikut aset-asetnya ke luar negeri, bersiap sewaktu-waktu melarikan diri. Lalu seberapa besar kemungkinan akan terjadi kudeta di internal PKT? Harus dikatakan kemungkinan itu terus meningkat, dan ada satu kemungkinan: sanksi dari luar, mendorong kaum berwawasan di internal PKT, untuk mengambil tindakan sesuai aspirasi rakyat dan kehendak Langit, yakni menggulingkan PKT.
Ketiga adalah bom waktu pada tingkat sosial.
Arogansi PKT terhadap luar negeri, membuat dunia mengenali sosok asli PKT yang jahat; pemerintahan dengan kekerasan tekanan tinggi terhadap dalam negeri, ditambah ekonomi yang terus memburuk, pemerasan sistem keuangan yang bobrok terhadap rakyat, serta PKT yang menolak tanggung jawab atas bencana alam yang diakibatkannya, semua itu membuat kebencian rakyat kian hari kian bertambah, juga sekali demi sekali membuat rakyat menjadi semakin sadar. Di saat yang sama, perlawanan rakyat dengan berbagai cara juga semakin sering terjadi, dan membuat penguasa lokal kelelahan menghadapinya.
Dengan bencana banjir di Hepei utara dan timur laut Tiongkok kali ini, di media sosial tidak lagi muncul “XX tetap semangat”, masyarakat juga tidak lagi memberikan donasi, bahkan dengan menyumbang 10 sen menyindir penguasa; para korban bencana pun berani maju melawan, dan meminta ganti rugi. Di saat yang sama di luar negeri semakin banyak pelajar Tiongkok yang studi di luar negeri dan etnis Tionghoa yang menetap di luar negeri melakukan gerakan anti komunis, memperjuangkan demokrasi kebebasan bagi rakyat di Tiongkok.
Di mata penulis, bom waktu di bidang politik, ekonomi, dan sosial, tidak akan eksis independen, melainkan ada seutas benang yang menghubungkan ketiganya. Kini, ketiganya telah mulai bunyi berdetak, besar kemungkinan suatu saat tak lama lagi, akan menyatu dan mempercepat membentuk kekuatan gabungan.
Seorang pengguna X yang sebelumnya disebut Twitter menyimpulkan sangat baik kondisi PKT saat ini: “Konflik internal terus bergulir cepat, kepungan eksternal berjalan cepat, kekacauan semakin cepat, kelumpuhan semakin cepat, kehancuran semakin cepat, keruntuhan semakin cepat!” Dan para petinggi Zhongnanhai tidak berdaya terhadap bom waktu ini, dan tidak ada cara yang baik untuk menetralisirnya, karena munculnya masalah-masalah ini bersumber pada pemerintahan otoriter PKT sendiri. Jika hendak menetralisirnya, satu-satunya cara adalah menetralisir PKT terlebih dahulu. (sud/whs)