oleh Li Mei dan Jiang Diya
Real estat Tiongkok sedang memasuki fase kritis. Demi penyelamatan situasi tersebut, otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada Kamis (31 Agustus) meluncurkan kebijakan lainnya yakni menurunkan suku bunga deposito, dan menurunkan suku bunga KPR untuk rumah pertama dan kedua. Namun, hal ini belum mampu menarik minat masyarakat, sehingga mereka masih enggan membeli rumah.
Hu Yang, seorang warga Shanghai yang berkecimpung di industri real estat mengatakan : “Karena harga perumahan di Shanghai terlalu mahal, jadi hal ini di luar kemampuan perkiraan kami.”
Li Yang, warga Shanghai mengatakan : “Tidak peduli seberapa rendah suku bunga hendak diturunkan bank, sekali pun tanpa bunga, saya juga tidak akan mempertimbangkan menarik dana simpanan untuk dibelikan rumah, karena saya sudah tidak punya uang. Tetapi jika saya punya uang, saya lebih memilih pergi tamasya, Betul tidak ?”
Pejabat pemerintah Tiongkok kembali merilis kebijakan perumahan baru pada hari Kamis, otoritas sekarang tidak lagi menerapkan perbedaan antara kota yang “dibatasi pembelian perumahan” dan yang “tidak dibatasi pembelian perumahan”.
Selain itu, rasio uang muka untuk pemilikan rumah pertama dan kedua telah diturunkan menjadi 20% dan 30%, Pada waktu yang sama, otoritas perbankan menurunkan suku bunga KPR untuk rumah pertama rata-rata sekitar 0,8 poin persentase. Masyarakat juga diberikan kesempatan untuk menegosiasikan tingkat bunga KPR yang ada.
Meski begitu, masyarakat masih secara blak-blakan mengatakan : “Tidak mampu membeli rumah”.
Li Yang, warga Shanghai mengatakan : “Untuk saat ini, saya tidak berniat membeli rumah. Tapi sesungguhnya, mau kebijakan apa pun yang diusulkan otoritas, minat masyarakat untuk membeli rumah tidak akan tertarik.”
Menurut data resmi pemerintah Tiongkok, harga perumahan di pasar real estat Tiongkok bulan Juli tahun ini secara keseluruhan mengalami penurunan.
Para analis percaya bahwa karena lesunya pasar perumahan di Tiongkok, orang-orang takut untuk menginvestasikan uang di pasar perumahan, jadi besar kemungkinan harga perumahan masih akan terus turun di masa depan.
John Lam, kepala penelitian pasar real estate UBS di Tiongkok dan Hong Kong mengatakan : “Jika volume penjualan terus menurun, atau pelonggaran kebijakan tidak memberikan dampak nyata, maka kita mungkin akan terus melihat penurunan harga”.
Faktanya, sektor real estate, yang menyumbang sekitar 25% dari perekonomian Tiongkok, berada dalam tren penurunan sejak tahun 2021.
Zhang Xunhai, Presiden dan Chief Operating Officer Delta Electronics mengatakan : “Dampak real estate (Tiongkok) tidak terbatas pada industri real estat, tetapi mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, sehingga akan menyebabkan seluruh permintaan di Tiongkok menurun, jadi semua industri akan terkena dampaknya.”
Para analis memperkirakan bahwa otoritas Beijing akan mengumumkan lebih banyak langkah untuk melonggarkan pasar perumahan, namun mereka masih memperkirakan volume transaksi pada paruh kedua tahun ini masih bisa menurun sebesar 15%, dan 10% pada tahun 2024. (sin)