Etindonesia. Aku pikir setiap wanita suka menjalani kehidupan konsumtif, tetapi kehidupan semacam ini didasarkan pada dasar materi tertentu, tanpa sumber keuangan, dan menikmati kehidupan seperti ini secara membabi buta pasti akan mengarah pada hancurnya rumah tangga.
Aku adalah seorang pria yang sangat pemalu dengan sedikit kepribadian introvert. Sejak SMA, aku suka menyendiri, dan aku tidak punya banyak teman. Aku suka menyendiri di rumah untuk membaca buku dan tidak suka ngobrol. Saat aku mulait bekerja, itu tidak banyak berubah.
Sejak aku mulai bekerja, lintasan hidupku adalah antara rumah dan tempat kerja. Pada dasarnya aku tinggal di rumah pada akhir pekan. Meskipun aku menikmati kehidupan jomblo ini, orangtuaku sangat cemas karena mereka melihat aku hampir berusia 30 tahun. Mereka juga ingin memeluk cucu mereka sesegera mungkin.
Agar aku bisa lebih cepat menikah, ibuku membawa aku pergi ke berbagai kencan buta. Kemudian, aku bertemu dengan istriku saat ini melalui kencan buta. Pertama kali kami bertemu, dan kami merasa cocok, jadi kami mulai berkencan, dan kami menikah sebulan kemudian.
Kaena perkawinan kilat semacam inilah, aku tidak mengenal istriku secara mendalam, yang menyebabkan beberapa waktu setelah menikah aku menyadari bahwa istriku adalah wanita yang konsumtif dan boros. Gaji bulanan istriku hanya 5 Juta, tetapi dia menghabiskan 10 juta untuk makanan, pakaian, dan kosmetik setiap bulan.
Dia tidak punya cukup uang untuknya setiap bulan. Aku harus membantunya melunasi kartu kreditnya. Sejak aku menikahinya, pada dasarnya aku menjadi semakin tertekan dalam hidup. Aku tidak keberatan dengan masalah belanja istriku, tetapi aku minta dia untuk tidak menghabiskan terlalu banyak.
Sudah setahun aku menanggung kelakuan istriku ini. Aku tidak ingin kejadian ini mempengaruhi hubungan kami sebagai suami istri. Mungkin toleransiku yang membuat istriku semakin menjadi-jadi. Sehari sebelumnya, kami bertengkar, dan dia pulang ke rumah ibunya.
Orangtuaku mengira aku telah menggertak istriku dan mendesak aku untuk pergi ke rumah istriku untuk menjemputnya kembali. Aku juga mendengarkan kata-kata orangtuaku dan pergi untuk membawa pulang istriku, tetapi istriku meminta aku memberinya 175 juta, dia baru mau pulang bersamaku.
Aku tidak menyangka istriku menjadi orang yang serakah. Aku telah bekerja keras untuk keluarga ini, tetapi istriku menyia-nyiakannya. Masih bisakah aku punya istri seperti itu?
Hari itu, aku mengajukan gugatan cerai dengan istriku, dan memberitahu orangtuaku alasan perceraian kami, mereka berdua mendukung perceraianku.(yn)
Sumber: uos.news