oleh Tang Rui dan Xiong Bin
Epidemi lanjutan COVID-19 ini terus menyebabkan peningkatan kasus kematian, termasuk kematian mendadak di kalangan anak-anak muda. Krematorium di Beijing dan sejumlah tempat lainnya sampai kewalahan dalam menangani kremasi jenazah. Tetapi meski demikian, Partai Komunis Tiongkok (PKT) masih saja terus menyembunyikan fakta.
Pada 24 Desember, Luo Qi, seorang media keuangan yang cukup populer di Tiongkok meninggal dunia di usia 36 tahun karena pneumonia parah.
Seorang warga Tiongkok mengatakan : “Sebagai orang yang seumuran saya merasa sedih dan kasihan dengan Luo Qi, wanita berusia 36 tahun yang tidak dapat melewati tahun 2023 ini”.
Pada 25 Desember, berita kematian Luo Qi masuk dalam daftar pencarian terpopuler di Internet. Masyarakat meratapi virus partai komunis Tiongkok (COVID-19) yang belum juga meninggalkan Tiongkok, bahkan sekarang anak muda pun menjadi korbannya.
“Saya memang pernah mendengar bahwa banyak orang tua dan anak-anak meninggal karena pneumonia, tetapi saat ini anak-anak muda juga sudah sulit menolaknya,” kata warga Tiongkok.
Sejak Oktober tahun ini, epidemi di Tiongkok telah memasuki tingkat puncaknya, pihak berwenang pada awalnya menyangkal adanya patogen baru dan menggunakan mycoplasma pneumonia dan influenza sebagai biang kerok untuk menutupi perkembangan epidemi lanjutan COVID-19 ini. Ketika banyak negara mengumumkan peningkatan kasus infeksi COVID-19 varian JN.1, Administrasi Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok baru pada 15 Desember mengubah pendapatnya dan mau menyatakan bahwa sejak bulan November tahun ini JN.1 sudah ditemukan di Tiongkok.
Namun data dari Pusat Informasi Biologi Nasional Tiongkok menunjukkan, bahwa pihak berwenang Shanghai sebenarnya sudah melaporkan penemuan strain JN.1 pada awal bulan Oktober tahun ini.
“Mereka (PKT) telah lama mengetahui bahwa jenis virus baru ini telah muncul, tetapi mereka (PKT) tidak mau mempublikasikannya. Lalu mengapa mereka sekarang mengakuinya ? Saya pikir PKT sudah tidak dapat menyembunyikannya lagi,” ujar Komentator politik terkini Tang Jingyuan.
Epidemi ini pertama kali menyebar di antara anak-anak yang tinggal di kota-kota wilayah utara Tiongkok, namun dengan cepat menyebar ke seluruh negeri dan menyerang orang dewasa, sampai kematian di kalangan anak-anak muda pun melonjak tajam.
“Fenomena yang sangat janggal, karena banyak anak muda yang meninggal mendadak. Pada akhir bulan lalu, seseorang pemuda berusia 30 tahun di tempat kerja saya yang badannya sehat tiba-tiba ambruk dan meninggal saat bekerja. Penjelasan yang diberikan pihak rumah sakit adalah kematian jantung mendadak (sudden cardiac death), yang juga terjadi pada karyawan di unit lain,” rutur Mr. Li, warga negara Beijing.
Mr. Liu, warga Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei mengatakan : “Cepat sekali prosesnya. Beberapa orang rekan saya yang masih muda, sekitar 50-an (tahun). Ada yang dikabarkan sudah meninggal. Ada yang tiba-tiba merasa tidak nyaman di tempat kerja lalu meninggal dunia, bahkan ada yang berdiri di halter sedang menunggu kedatangan bus, tiba-tiba jatuh di sana”.
Sejak awal Beijing telah menjadi daerah yang paling terkena dampak gelombang epidemi lanjutan COVID-19 ini. Setiap hari rumah sakit dipenuhi pasien. Saat ini, jumlah kematian akibat epidemi di Beijing meningkat tajam, sedangkan rumah duka dan krematorium di pinggiran kota mulai tidak mampu menampung permintaan.
Mr. Li, warga negara Beijing mengatakan : “Selama periode akhir bulan November hingga awal Desember ini, jumlah jenazah di beberapa rumah duka atau krematorium pinggiran kota Beijing telah kembali memuncak”.
Tidak hanya di Beijing, tetapi menurut penuturan warga sipil yang tinggal di Timur Laut Tiongkok, bahwa beberapa anggota famili dan koleganya telah meninggal dunia karena epidemi akhir-akhir ini. “Tidak sulit bagi kita menemukan adegan barisan yang sedang mengantar jenazah baik saat berjalan di jalanan kota maupun pedesaan”, katanya.
Mr. Hou, warga Kota Harbin mengatakan : “Memang ada banyak kematian di Timur Laut. Hari ini saya menghadiri kremasi 2 jenazah lanjut usia berusia 70-an dan 80-an. Bergiliran di satu tungku. Sehari terdapat lebih dari 70 jenazah yang menanti kreamsi, jadi perlu mengantri. Kremasi berlangsung mulai jam 6 pagi setiap harinya, namun setelah siang, tidak ada pembakaran jenazah lagi karena tidak boleh ada penguburan, itu sebabnya jadwal kremasi sangat padat”.
Mr. Lin, seorang warga Kota Changchun menuturkan : “Ada banyak kematian sekarang, karena setiap hari kita dapat melihat di jalanan orang-orang yang sedang mengantar jenazah ke rumah duka atau krematorium. Ada kebiasaan tradisional di Tiongkok. kendaraan pembawa jenazah melaju lambat sambil menebarkan uang kertas di jalanan. Sedikitnya 5 atau 6 orang warga di komunitas kami yang meninggal baru-baru ini. Ada yang meninggal di rumah, ada yang di rumah sakit. Ada yang karena batuk dan demam, kedua kakak perempuan saya juga meninggal karena demam yang tidak kunjung mereda”.
Dong Yuhong, pakar virologi dan penyakit menular mengingatkan masyarakat untuk menjaga kekebalan tubuh dan memberikan perhatian yang cukup terhadap varian baru dari virus korona ini. (sin)