Jepang pada Kamis (18 Januari) menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat untuk membeli 400 rudal jelajah Tomahawk dan menghendaki percepatan penempatan rudal jarak jauh untuk menghadapi ancaman militer Tiongkok.
Pada Kamis, Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel dan Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara serta pejabat lainnya menghadiri upacara penandatanganan tersebut.
“Proses pengadaan ini adalah awal dari keseluruhan kegiatan kerjasama Amerika Serikat dengan Jepang, baik dalam hal teknologi maupun pelatihan, yang memberikan kredibilitas tertentu pada masalah pencegahan kolektif kita. Hal inilah yang memang kita harapkan,” kata Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel.
Sebelumnya, Amerika Serikat menyetujui penjualan rudal Tomahawk senilai USD. 2,35 miliar, 200 rudal Blok IV, dan 200 rudal Blok V yang ditingkatkan. Rudal ini dapat diluncurkan dari kapal perang dan mencapai sasaran yang berjarak 1.600 kilometer.
Pada Desember tahun lalu, Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara mengumumkan bahwa karena meningkatnya ancaman militer dari PKT dan Korea Utara, Jepang menghadapi lingkungan keamanan yang “paling serius” sejak Perang Dunia II. Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mempercepat penempatan rudal balistik satu tahun lebih cepat dari rencana sebelumnya, yakni mulai tahun anggaran 2025. Dan memperkuat kerja sama militer dengan Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan negara lainnya.
“Kedua negara kita akan meningkatkan kerjasama untuk menyelesaikan banyak tugas di masa mendatang,” kata Menhan Minoru Kihara.
Pemerintahan Fumio Kishida telah berjanji untuk menggandakan belanja pertahanan tahunan menjadi JPY. 10 triliun (setara USD. 68 miliar) pada 2027. Jepang hendak menjadikan negaranya terbesar ketiga dalam belanja militer setelah Amerika Serikat dan Tiongkok. (sin)