EtIndonesia. Sejak diperkenalkan ke dunia kedokteran lebih dari 180 tahun yang lalu, sebagian besar anestesi umum masih belum banyak diketahui. Meskipun ini adalah salah satu teknik medis yang paling aman, kita masih belum sepenuhnya memahami bagaimana obat anestesi berfungsi di otak. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience memberikan pencerahan baru tentang kompleksitas proses tersebut.
Dalam penelitian terhadap lalat buah, para peneliti menemukan mekanisme potensial obat anestesi untuk berinteraksi dengan jenis neuron (sel otak) tertentu, dan semuanya berkaitan dengan protein. Otak manusia mempunyai sekitar 86 miliar neuron, dan tidak semuanya sama; perbedaan inilah yang memungkinkan anestesi umum menjadi efektif.
Secara umum, neuron di otak terbagi menjadi dua jenis. Neuron “rangsangan” adalah yang pertama, dan biasanya bertugas membuat kita tetap terjaga dan waspada. Tujuan dari jenis neuron kedua, yang dikenal sebagai “penghambatan”, adalah untuk mengatur dan mengendalikan neuron rangsang. Neuron rangsang dan penghambat selalu aktif dan menyeimbangkan satu sama lain dalam kehidupan kita sehari-hari.
Neuron penghambat di otak “membungkam” neuron rangsang yang membuat kita tetap terjaga saat kita tidur. Anda bisa merasa semakin lelah di siang hari sebagai akibat dari hal ini, yang berkembang secara bertahap seiring berjalannya waktu.
Anestesi umum mempercepat proses ini dengan menekan neuron yang tereksitasi tanpa mempengaruhi neuron penghambat. Inilah sebabnya ahli anestesi Anda akan memberi tahu Anda bahwa mereka akan “menidurkan Anda” selama prosedur berlangsung karena pada dasarnya hal tersebut sama.
Meskipun alasan mengapa anestesi menyebabkan pasien tertidur telah diketahui, misteri yang masih tersisa adalah mengapa pasien tetap tidak sadarkan diri selama operasi. Jika Anda pergi tidur malam ini, tertidur, dan seseorang mencoba melakukan operasi pada Anda, Anda akan terkejut. Alasan mengapa pasien tetap tertidur selama operasi dengan anestesi umum masih menjadi perdebatan di lapangan.
Para peneliti telah mengajukan sejumlah hipotesis yang masuk akal selama beberapa dekade terakhir, namun semuanya tampaknya mengarah pada penyebab mendasar yang sama. Saat dibius total, neuron berhenti berkomunikasi satu sama lain.
Mungkin terdengar agak aneh membayangkan “sel berbicara satu sama lain”, namun ini adalah premis dasar dalam ilmu saraf. Otak kita tidak dapat berfungsi sama sekali tanpa hubungan ini. Ini juga memungkinkan otak memantau apa yang terjadi di seluruh tubuh.
Protein perlu berinteraksi dengan neuron agar mereka dapat berkomunikasi. Membuat neuron menghasilkan bahan kimia yang dikenal sebagai neurotransmiter adalah salah satu fungsi protein ini. Penelitian menemukan bahwa kapasitas protein ini untuk melepaskan neurotransmiter terganggu oleh anestesi umum, namun hanya pada neuron rangsang. (yn)
Sumber: wionews