Diet Tinggi-Protein dan Tinggi-Lemak Membantu Penderita Diabetes Tipe 2 Mencapai Kemandirian Insulin

Ellen Wan

Dr. Mizuno Masato, Direktur Institut Kesehatan dan Penyakit-Penyakit Gizi Jepang dan seorang dokter spesialis penyakit dalam, mengembangkan novel diet tinggi-protein dan tinggi-lemak. Setelah itu, berat badannya turun 13,97 kg dalam setahun dan juga menerapkan diet tersebut untuk menghentikan pemberian insulin pada penderita diabetes tipe 2.

Diet tinggi-protein dan tinggi-lemak melibatkan konsumsi 40 persen protein, 50 persen lemak, dan 10 persen karbohidrat tiap kali makan. Hal ini berbeda dengan konsep tradisional diet seimbang, yang biasanya terdiri dari 20 persen protein, 20 persen lemak, dan 60 persen karbohidrat.

Dr. Mizuno Masato menyebutkan dalam sebuah artikel di majalah kesehatan berjudul “Kedamaian Pikiran“ bahwa ia dulu menderita pradiabetes. Dengan tinggi badan 5 kaki 3 inci (1,60 meter) dan berat badan 169 pon (76,7 kg) ia memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30, dianggap obesitas.

Selain itu, ia menderita penyakit perlemakan hati non-alkohol. Kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c), yang mencerminkan kadar gula darah, meningkat menjadi 6,5 persen, lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk diagnosis diabetes.

“Saat itu, saya sering makan buah-buahan dan makanan penutup bahkan setelah makan lengkap. Saya berupaya membatasi asupan kalori saya, tetapi saya tidak dapat menahan rasa lapar dan berakhir makan berlebihan sehingga mengakibatkan berat badan bertambah dari waktu ke waktu,” ujarnya.

Prihatin dengan risiko-risiko kesehatan dari penambahan berat badan yang terus-menerus, Dr. Mizuno Masato mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengembangkan sendiri diet tinggi-protein dan tinggi-lemak. Setelah menerapkan diet tersebut selama setahun, selain mengalami banyak penurunan berat badannya, hasil uji fungsi hatinya kembali normal, dan kadar hemoglobin terglikasinya turun menjadi 5,2 persen. Yang terpenting, ia menjadi sangat energik, dan hidupnya berubah.

Semua Penderita Mencapai Kemandirian Insulin

Selama 10 tahun terakhir, Dr. Mizuno Masato telah merawat banyak penderita diabetes di sebuah pusat perawatan diabetes di Tokyo. Ia menyatakan, “Saya telah menyaksikan status quo diabetes yang tidak membaik meskipun mengikuti pedoman konvensional.” Karena kesuksesan pribadinya dalam menerapkan diet tinggi-protein dan tinggi-lemak membuatnya percaya diri, ia menganjurkan diet tersebut kepada beberapa penderita diabetesnya.

Dalam bukunya “Cara Menurunkan Gula Darah Tanpa Ketergantungan Obat,” Dr. Mizuno Masato menyebutkan bahwa ia mengobati 84 penderita diabetes tipe 2 antara 2014 hingga 2018. Penderita ini awalnya perlu   mengelola sendiri insulin di rumah, namun setelah menerapkan pola makan ala Dr. Mizuno Masato, semua penderita diabetes itu mencapai kemandirian insulin.

Khususnya, salah satu penderita awalnya menyuntikkan hingga 97 unit insulin setiap hari. Penderita lain dengan riwayat diabetes tipe 2 selama 25 tahun menyuntikkan 76 unit insulin setiap hari mampu menghentikan suntikan insulin dan bahkan terjadi penurunan berat badan 17,42 pon (7,9 kg) setelah enam bulan.

Mengurangi Ketergantungan pada Obat-Obatan

Insulin yang diproduksi tubuh mampu menurunkan kadar gula darah hingga tingkat yang stabil. Namun, pada penderita diabetes tipe 2, sel-sel menjadi kurang sensitif terhadap insulin, yang menyebabkan resistensi insulin. Akibatnya, gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel-sel, sehingga menyebabkan kadar gula darah yang tinggi.

Dr. Mizuno Masato percaya bahwa meskipun obat-obat dan suntikan adalah tindakan yang menyelamatkan nyawa terhadap kadar gula darah yang tinggi, mempertahankan kadar gula darah yang stabil lebih dibutuhkan daripada obat-obat dan suntikan ini.

Dr. Mizuno Masato menjelaskan, jika tidak dikelola dengan hati-hati, suntikan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia. Gejala-gejala hipoglikemia mencakup rasa lapar yang hebat, keringat dingin, kulit pucat, kehilangan kesadaran, dan kejang-kejang.

Apalagi jika obat-obat atau suntikan menghasilkan kadar insulin yang terlalu tinggi di dalam tubuh, meski menurunkan kadar gula darah, namun kadar insulin yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit yang lebih mengancam jiwa, seperti nefropati diabetik dan retinopati diabetik.

Oleh karena itu, Dr. Mizuno Masato menganjurkan untuk mempertahankan kadar insulin yang disuntikkan secara eksternal pada kadar minimum yang diperlukan saat mengikuti diet kaya protein dan lemak dan membatasi asupan karbohidrat.

Sumber-Sumber Protein dan Lemak

Dr. Mizuno Masato percaya penderita-penderita diabetes membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi dibandingkan orang yang sehat untuk memelihara dan memperbaiki tubuhnya. 

Seorang penderita dengan berat badan  132,28 pon (60 kg) perlu mengonsumsi 3 hingga 4 ons protein setiap hari, seukuran telapak tangan terbuka.

Dr. Mizuno Masato sangat menganjurkan untuk mengkonsumsi protein hewani, termasuk daging (sapi, babi, ayam, atau domba), telur, dan ikan. Telur, khususnya, kaya akan protein berkualitas tinggi. Meskipun tingkat penyerapan protein dari ikan adalah lebih rendah, namun keunggulannya adalah menyediakan dua lemak bermanfaat, yaitu DHA dan EPA.

Dr. Mizuno Masato menyarankan untuk mengonsumsi lemak yang terdapat pada daging hewan dan ikan, serta sumber-sumber nabati seperti minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak biji rami. Ia sangat menyarankan untuk menolak mengkonsumsi lemak berbahaya seperti margarin, mentega, dan minyak lobak, yang mengandung kadar lemak trans yang tinggi.

Ia juga menekankan agar penderita yang menerima suntikan atau mengonsumsi obat-obatan yang mengeluarkan insulin tidak boleh beralih ke diet tinggi-protein dan tinggi-lemak tanpa konsultasi dokter terlebih dahulu. (vv)

Artikel aslinya lihat High-Protein, High-Fat Diet Helps Type 2 Diabetes Patients Achieve Insulin Independence