Penyintas yang Selamat dari Pengambilan Organ Secara Paksa Partai Komunis Tiongkok Berbicara di Washington,  Menceritakan Langsung Pengalamannya

Tao Ming, Sheng Yan, dan Jack Bradley melaporkan di Washington, D.C.

Kejahatan Partai Komunis Tiongkok atas pengambilan organ manusia secara paksa dari orang yang masih hidup telah terungkap lagi.  Pada  Rabu (3 Juli), praktisi Falun Gong dari timur laut Tiongkok, Cheng Peiming, di Washington, D.C., menceritakan pengalaman hidupnya yang hampir tewas saat dianiaya. 

Cheng Peiming, 58 tahun, mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1998. Pada  Desember 2001, dia secara ilegal dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena memberitahu publik fakta sebenarnya tentang penganiayaan yang dilakukan PKT terhadap Falun Gong. Selama penahanannya, selain berulang kali disiksa, Cheng Peiming mengatakan bahwa ia telah dua kali mengalami upaya otoritas Komunis Tiongkok mengambil organ hidup-hidup.

Praktisi Falun Gong Cheng Peiming menunjukkan bekas luka sepanjang 35 cm di tubuhnya dari operasi pengambilan organ hidup yang pertama. (Madalina Vasiliu / Epoch Times Inggris)

Cheng Peiming: “Pada pukul 20.00, saya sadar dan tidak dalam kondisi kesehatan yang buruk. Namun mereka (polisi) secara paksa mengantar saya ke Rumah Sakit Keempat Daqing. Polisi memberitahukan kepada keluarga saya bahwa hidup saya dalam bahaya, dan (diklaim) Angka kematian akibat pembedahan adalah 80%.

Pada tahun 2006, tanpa adanya kondisi fisik yang abnormal, Cheng Peiming kembali dibawa ke rumah sakit untuk menjalani apa yang disebut sebagai operasi. Saat penjaga penjara tidak memperhatikan, ia berhasil melarikan diri, dan segera setelah itu, Kementerian Keamanan Publik Tiongkok mencarinya di mana-mana.

Sayatan yang dialami korban (NTD)

Cheng Peiming: “Pada 2 Maret sore, saudara perempuan saya datang. Penjaga penjara memberitahunya bahwa saya telah menelan pisau, dan kemungkinan kematian operasi adalah 80%. Kemudian saudara perempuan saya pergi dengan menangis. Saya memiliki firasat buruk.”

Menurut para ahli medis Amerika Serikat, hati kiri Cheng Peiming secara paksa diambil pada  2004. Meskipun sebagian hati telah tumbuh kembali, hasil CT scan menunjukkan bekas luka dan tanda-tanda pengambilan organ yang jelas. Sampai saat ini, terdapat bekas luka sepanjang 35 cm di tubuhnya.

Dr. Charles Lee berbicara dalam konferensi pers tentang Cheng Peiming , seorang praktisi Falun Gong yang selamat dari rezim pengambilan paksa organ tubuh oleh Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok, di Washington pada 3 Juli 2024 (Madalina Vasiliu / The Epoch Times)

Cheng Peiming: “Saya batuk setiap hari, tulang rusuk kiri saya mati rasa dan sakit. Hingga kini, tulang rusuk kiri, tulang rusuk, dan punggung saya masih terasa sakit.”

Cheng Peiming adalah korban pertama yang diketahui selamat dari pengambilan organ secara paksa di Tiongkok. 

Pemeriksaan medis mengonfirmasi bahwa sebagian hati Cheng telah diangkat. Setelah tiba di Amerika pada tahun 2020, Cheng Peiming menjalani 9 kali pemeriksaan gambar medis yang berbeda, termasuk 3 kali CT scan, 3 kali pemeriksaan ultrasonografi, 2 kali pemeriksaan sinar-X dengan salah satunya menggunakan kontras barium, dan 1 kali pemeriksaan MRI.

Dr. Charles Lee menyatakan saat konfrensi pers bahwa, “Berdasarkan analisis hasil-hasil pemeriksaan ini, dapat dipastikan bahwa bagian hati sebelah kiri telah diangkat. Operasi pengangkatan ini hanya dapat ditelusuri kembali hingga November 2004.”

Li menjelaskan bahwa pengangkatan bagian kiri hati dapat digunakan untuk transplantasi hati dari donor hidup kepada pasien anak-anak.

Pada CT scan Cheng Peiming, terlihat bahwa bagian 2 dan 3 dari sisi kiri hatinya hilang. Biasanya, perbandingan hati kiri dan kanan pada pria Asia adalah sekitar 45%:55%, namun pada scan tersebut, perbandingan Cheng adalah 27%:73%.

Bukti lain yang menunjukkan bahwa hati Cheng sebagian diangkat adalah adanya bekas luka (scar). Secara medis, setelah sebagian hati diangkat, akan terbentuk permukaan potongan yang rata dan bekas luka akan terbentuk dalam beberapa hari. Dalam beberapa bulan berikutnya, bagian hati yang tersisa akan membesar untuk mengkompensasi kehilangan. Dalam kasus ini, bagian 4 dari hati akan memperluas ke ruang yang sebelumnya diambil.

Hasil CT scan Cheng menunjukkan bahwa bagian 4 dan separuh kanan hatinya membesar; dan jaringan bekas luka terlihat dalam rekonstruksi 3D dari CT scan.

Dr Charles Lee memperkenalkan bahwa sepuluh dokter dari Amerika Serikat, Taiwan, dan tempat lainnya turut serta dalam menganalisis hasil tes ini, termasuk salah satu pelopor transplantasi hati sebagian dan pakar bedah hepatobiliari terkemuka, yang semuanya menyetujui temuan di atas.

Setelah Cheng Peiming datang ke Amerika, dia telah diawasi, dilecehkan, bahkan hampir dibunuh. Cheng sendiri juga mendesak pemerintah Amerika untuk memberinya perlindungan keamanan.

Pada hari yang sama, Senator Demokrat AS, Bob Menendez, menyerukan kepada Partai Komunis Tiongkok untuk menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong. Dalam pernyataannya, ia menulis: “Puluhan ribu warga Tiongkok dipenjara, disiksa, dipaksa bekerja keras karena keyakinan mereka, dan ada tuduhan yang dapat dipercaya bahwa mereka mengalami pengambilan organ secara paksa.”

Falun Gong

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah disiplin spiritual yang diperkenalkan kepada masyarakat Tiongkok pada 1992. Latihan ini mendorong para pengikutnya untuk hidup dengan prinsip-prinsip Sejati-baik-Sabar. Pada 1999, menurut perkiraan resmi, setidaknya 70 juta orang telah mengikuti latihan ini.

Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang menganggap popularitas Falun Gong sebagai ancaman terhadap kekuasaan politiknya, meluncurkan kampanye penganiayaan nasional pada Juli 1999 yang bertujuan untuk menghancurkan latihan ini. Sejak saat itu, jutaan orang telah ditahan di dalam penjara, kamp kerja paksa, dan fasilitas lainnya, dengan ratusan ribu orang disiksa selama dipenjara dan jumlah yang tak terhitung jumlahnya dibunuh, menurut Falun Dafa Information Center.

Awal Juni ini, David Matas, seorang ahli hak asasi manusia internasional, memperkirakan bahwa rezim Tiongkok mungkin menghasilkan sekitar $8,9 miliar per tahun dari praktik pengambilan organ secara paksa.

Tiongkok telah lama menjadi salah satu tujuan utama untuk transplantasi organ, di mana rumah sakit secara teratur menawarkan waktu tunggu yang singkat bagi pasien untuk mendapatkan organ yang cocok.

Masalah ini menjadi sorotan di negara bagian Delaware pada 20 Juni, ketika DPR negara bagian tersebut dengan suara bulat meloloskan resolusi bersamaan (HCR143). Resolusi tersebut meminta anggota parlemen untuk mendorong komunitas medis di negara bagian tersebut untuk “mengedukasi warga Delaware tentang risiko perjalanan ke Tiongkok untuk transplantasi organ [dan] untuk membantu mencegah warga Delaware agar tidak terlibat dalam pembunuhan dalam bentuk pengambilan paksa organ tubuh para tahanan hati nurani.”

DPR AS meloloskan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong (H.R. 4132) pada 25 Juni. RUU tersebut akan mengharuskan Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi terhadap individu asing yang “secara sadar bertanggung jawab atas, terlibat dalam, atau telah terlibat dalam” praktik pengambilan paksa organ tubuh oleh PKT. (Hui)