oleh Li Yun, Qiu Yue, dan Wang Yanqiao dari New Tang Dynasty Television
Sejak awal tahun ini, lebih dari 50 bank di Tiongkok akhirnya tutup, dengan hampir 1.500 cabang ditutup. Para ekonom menganalisis bahwa krisis keuangan di Tiongkok mungkin akan tiba dan lebih banyak bank yang akan tutup di masa depan.
Menurut data terbaru yang diumumkan oleh Biro Pengawasan Keuangan Tiongkok, setidaknya 50 bank kecil dan menengah telah dibubarkan tahun ini dengan sebagian besar dari mereka adalah bank-bank kecil di pedesaan.
Sementara itu, gelombang penggabungan dan restrukturisasi bank kecil dan menengah semakin cepat. Misalnya, Bank Komersial Pedesaan Liaoning telah menyerap dan menggabungkan 36 bank kecil pedesaan; Bank Komersial Pedesaan Shenyang bergabung dengan 30 serikat kredit pedesaan.
Para ahli percaya bahwa resesi ekonomi yang parah di Tiongkok, kebangkrutan bank, penutupan, serta penggabungan dan restrukturisasi adalah tren yang tak terhindarkan.
BACA JUGA : 40 Bank di Tiongkok Menghilang dalam Sepekan, 337 Bank Diklasifikasikan Berisiko Tinggi
BACA JUGA : 18 Bank di Tiongkok Secara Berjamaah Menurunkan Suku Bunga Deposito, Kaum Muda Tetap Memilih Berhemat
BACA JUGA : Perbankan di Tiongkok Menghadapi Masa Sulit, 11 Bank yang Terdaftar di Bursa Saham Meminta “Gaji Kembali”
“Begitu banyak bank yang tutup sekaligus adalah hal yang sangat serius. Alasannya jelas dikarenakan ekonomi Tiongkok yang mengalami resesi parah, bahkan kegiatan pembiayaan dan keuangan perusahaan nyata telah menurun, yang menyebabkan penurunan keuntungan bank, munculnya kredit macet, aliran dana yang tidak normal atau kekurangan dana, serta mengalami kerugian besar,” ujar Professor Xie Tian dari University of South Carolina, Amerika Serikat.
Para ahli memprediksi bahwa lebih banyak bank kecil dan menengah kemungkinan akan tutup di masa depan.
“Karena kita melihat bahwa dorongan utama untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebelumnya, baik itu tiga pilar utama atau pendorong pertumbuhan ekonomi baru, tampaknya tidak mampu merangsang ekonomi secara efektif. Jadi, masalah resesi ekonomi Tiongkok mungkin akan berlanjut untuk beberapa waktu dan lebih banyak bank mungkin menghadapi risiko kebangkrutan yang sama,” ujar Xie Tian.
Menurut statistik yang tidak lengkap dari Biro Pengawasan Keuangan Tiongkok, hingga 25 Juli, hampir 1.500 cabang bank ditutup, termasuk bank-bank besar milik negara, bank komersial kota, dan bank komersial pedesaan.
Pada tahun 2023 dan 2022, masing-masing 2.756 dan 2.383 cabang bank komersial di Tiongkok telah ditutup.
Analisis menunjukkan bahwa gelombang penutupan bank biasanya menjadi pertanda tentang akan tibanya krisis keuangan.
“Jika bank di negara ini tidak dapat beroperasi, itu berarti ekonomi negara tersebut memiliki masalah besar, termasuk industri perbankan dan sektor real estate yang lesu serta rendahnya pinjaman perusahaan dan konsumsi masyarakat. Banyak negara telah mengalami krisis keuangan serupa. Di Eropa, Amerika, atau Taiwan, biasanya diambil langkah untuk membiarkan bank-bank tersebut bangkrut, kemudian melakukan konsolidasi untuk menyembuhkan luka dengan cepat. Namun, strategi Partai Komunis Tiongkok adalah menunggu perubahan dengan mengulur waktu, sehingga lebih banyak bank di Tiongkok mungkin akan bangkrut di masa depan,” kata Ekonom Taiwan Huang Shicong. (Hui)