oleh Li Yun dan Wang Yanqiao dari New Tang Dynasty Television
Harga properti di Tiongkok terus mengalami penurunan secara signifikan, dengan beberapa properti baru dan lama di Shenzhen dijual dengan diskon hingga 50%. Namun demikian, beberapa agen real estate menyatakan bahwa meskipun sudah lama dipasarkan, hasil penjualan untuk mengurangi stok masih belum memuaskan.
Seorang host live streaming bernama “Boge Shenzhen” mengatakan, “Bangunan ini dijual dengan diskon 50%, sungguh keterlaluan, setelah diskon hanya RMB.20.000 per meter persegi, dan bahkan dilengkapi dengan platform pribadi seluas 150 meter persegi.”
Seorang host live streaming lainnya, “Fengjie Talk House”, menyebutkan bahwa properti berkualitas di distrik Futian sekarang dijual dengan diskon 50%, dengan rumah berukuran 80 meter persegi yang diubah menjadi tiga kamar tidur dengan dua kamar mandi, dengan luas total mencapai 110 meter persegi, dijual dengan harga total RMB.350.000 , termasuk dekorasi lengkap.
Penyiar “Shenzhen House Viewing” menyebutkan bahwa perusahaan milik negara Tiongkok, China Overseas, juga menjual propertinya dengan diskon 50%, bahkan menawarkan dekorasi mewah secara gratis.
Pada tahun 2023, beberapa pengembang di berbagai daerah di Tiongkok dihukum karena menjual properti mereka dengan harga diskon, dengan alasan “secara tidak sah menurunkan harga secara signifikan, mengganggu tatanan normal pasar real estate”. Lalu, mengapa sekarang pengembang diperbolehkan menjual rumah dengan diskon 50%?
“Kita tahu bahwa para pengembang ini sebagian besar memiliki latar belakang pemerintah, beberapa di antaranya adalah kaki tangan dari pejabat pemerintah, seperti Xu Jiayin. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah mungkin membantu para pengembang ini untuk keluar dari masalah, meskipun hanya mendapatkan setengah dari dana, tetapi ini bisa membantu mereka keluar dari jebakan utang. Pada dasarnya, ini berarti menggunakan uang pemerintah, uang rakyat, untuk membantu pengembang keluar dari kehancuran real estate, yang sebenarnya tidak adil bagi rakyat,” ujar Professor Xie Tian dari Aiken Business School, University of South Carolina, Amerika Serikat.
Baru-baru ini, di distrik Futian, Shenzhen, ada properti bernama “Saibao Yipin Yuan” yang awalnya dijual seharga RMB 6 juta, juga dijual dengan diskon 50%. Media Tiongkok melaporkan bahwa properti ini sudah dibuka selama empat tahun, tetapi penjualan untuk mengurangi stok masih belum memuaskan.
Karyawan dari kantor hukum Chen Chuang di California, Amerika Serikat, bernama Liang Shaohua mengatakan, “Orang-orang selalu berpikir bahwa kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou bisa bertahan karena permintaannya cukup kuat. Namun, dengan tren besar penurunan harga properti di kota-kota besar, menengah, hingga kecil, seluruh pasar properti berada di ambang kehancuran.”
Data menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun 2024, hanya dua proyek apartemen di Shenzhen yang mendapat persetujuan, sementara pasokan apartemen komersial terus menurun drastis dan volume transaksi apartemen juga turun tajam.
Menurut laporan dari Bloomberg Industry Research, setidaknya ada 48 juta unit rumah di Tiongkok yang sudah terjual tetapi belum selesai dibangun. Ditambah dengan banyaknya bangunan yang terbengkalai di berbagai daerah, hal ini memperlambat pemulihan ekonomi Tiongkok, menunjukkan bahwa krisis real estate sulit untuk diatasi. (Hui)