Banjir di Lioning, Tiongkok Memicu Wabah Penyakit, Rumah Sakit Penuh Sesak dengan Pasien 

Xiong Bin dan Bonnie NTD

Setelah banjir besar di Kabupaten Jianchang, Provinsi Liaoning, banyak korban dan petugas penyelamat mengalami demam, flu, dan diare. Sementara itu, wabah penyakit di Shenyang, Liaoning, juga meningkat, menyebabkan rumah sakit penuh sesak dengan pasien.

Setelah banjir besar pada 20 Agustus di Kabupaten Jianchang, sebagian besar tim penyelamat dari luar daerah sudah meninggalkan lokasi. Menurut seorang relawan yang beberapa kali mengirimkan bantuan ke daerah bencana, kondisi di daerah tersebut sangat buruk, dan banyak orang mengalami demam dan flu.

“Banyak orang kehilangan tempat tinggal dan tinggal di tenda, malam hari sangat dingin, sehingga mereka jatuh sakit, termasuk saya sendiri yang juga mengalami diare. Setelah bencana besar, biasanya akan ada wabah penyakit besar, ini adalah pengalaman yang sudah diketahui,” kata relawan bernama Zhang.

Relawan lain yang menggunakan nama samaran “Lao Hu” mengatakan: “Daerah bencana sangat parah, semuanya hancur, situasinya sangat buruk. Saya tidak tahu apakah saya alergi atau apa, tetapi saya merasa sangat tidak nyaman, sudah beberapa hari flu, mungkin saya kena COVID, tubuh saya lemah sekali, tetapi saya tetap datang untuk membantu sebisa mungkin.”

Seorang penyelamat dari Shenyang, yang menggunakan nama samaran Li Cheng, menyebutkan bahwa setelah kembali ke rumah beberapa hari yang lalu, ia mulai demam dan diare, dan anggota tim penyelamat lain yang bersamanya juga mengalami gejala yang sama.

“Banyak yang mengalami demam dan flu di daerah bencana. Seorang perawat di rumah sakit mengatakan bahwa sekarang sangat banyak orang yang mengalami diare di sana. Saya sendiri sudah mulai diare, bahkan mengalami dehidrasi. Saya merasa seperti kena COVID juga, mulut terasa pahit, tidak ada rasa, dan tubuh berkeringat dingin,” kata seorang penyelamat lain dari Shenyang yang menggunakan nama samaran Lin Dong.

Seorang warga Desa Bajiazi, Wang, mengatakan bahwa pada tanggal 20, banjir mencapai setinggi satu lantai bangunan di desa mereka, dan orang-orang naik ke atap, basah kuyup, lapar, dan kedinginan, banyak yang jatuh sakit.

Wang juga mengatakan: “Banyak yang terkena wabah, banyak yang flu. Saya sendiri merasa hidung saya tidak enak, kemarin demam tinggi, terus menggigil. Orang tua berusia 90 tahun berkata belum pernah melihat air sebanyak ini, air masuk desa, kami tidak sempat membawa apa-apa, hanya keluar. Banyak bendungan yang dibuka, satu bendungan bisa merusak dua desa.”

Di daerah bencana, banyak orang juga mengalami bisul dan infeksi di kaki, hingga saat ini belum mendapat bantuan medis.

Seorang penyelamat dari Shenyang, Lin Dong, juga mengatakan: “Semua sumber air terkontaminasi, sekarang kami hanya bisa minum air mineral. Beberapa orang mengalami luka di kaki mereka akibat terendam air yang tercemar parah. Bau busuk sangat kuat, bahkan dengan masker saya tidak tahan.”

Relawan Zhang mengatakan: “Kaki saya terinfeksi, di beberapa tempat kami harus menyeberangi sungai, dan ada banyak bangkai sapi dan domba di sungai, sangat menyedihkan. Banyak warga desa yang terkena air kotor ini dan mengalami bengkak besar, pakaian yang terkena air tidak bisa dipakai lagi.”

Selama dua bulan terakhir, beberapa daerah di Liaoning dilanda banjir. Saat ini, wabah COVID-19 di Shenyang kembali meningkat. Pada 28 Agustus, Pusat Pengendalian Penyakit Shenyang menghimbau masyarakat untuk memakai masker saat keluar rumah.

“Banyak orang yang demam dan flu, rumah sakit penuh sesak, bahkan di lorong-lorong rumah sakit ada tempat tidur. Serangan jantung dan stroke juga semakin banyak. Banjir besar menewaskan banyak orang, tetapi tidak dilaporkan oleh pemerintah. Bendungan dibuka saat hujan, warga tidak tahu, dan jumlah orang yang sakit semakin banyak,” ujar seorang warga Shenyang, Li. (Hui)