Topan Yagi di Vietnam Menewaskan 179 Orang dan 145 Hilang, Hanoi Terendam Banjir Akibat Sungai Merah Meluap

Reuters

Ibukota Vietnam, Hanoi, mengevakuasi ribuan orang yang tinggal di dekat Sungai Merah saat airnya meluap naik ke level tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun, membanjiri jalanan beberapa hari setelah Topan Yagi menghantam bagian utara negara itu yang mana menewaskan  179 orang.

Topan terkuat di Asia tahun ini, Yagi membawa angin kencang dan hujan lebat saat bergerak ke barat setelah mendarat pada  Sabtu 9 September 2024, menyebabkan runtuhnya jembatan pada minggu ini saat menerjang provinsi-provinsi sepanjang Sungai Merah, sungai terbesar di daerah tersebut.

“Rumah saya sekarang menjadi bagian dari sungai,” kata Nguyen Van Hung (56) yang tinggal di sebuah lingkungan di tepi Sungai Merah.

Di seluruh Vietnam, topan, tanah longsor, dan banjir yang menyusulnya telah menewaskan 179 orang, sementara 145 lainnya hilang, menurut perkiraan pemerintah.

Perusahaan listrik milik negara Vietnam, EVN, mengatakan pada  Rabu 11 September bahwa mereka telah  memutus aliran listrik di beberapa bagian yang dilanda banjir di ibukota karena alasan keamanan.

Mai Van Khiem, direktur Pusat Prakiraan Hidrometeorologi Vietnam, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Sungai Merah berada pada level tertinggi dalam dua dekade dan diperkirakan hujan lebih lanjut akan turun dalam dua hari ke depan.

Beberapa sekolah di Hanoi memberitahukan kepada para siswanya agar tinggal di rumah selama sisa minggu ini, sementara ribuan penduduk di daerah dataran rendah telah dievakuasi, menurut laporan pemerintah dan media negara.

Lebih dekat ke pusat kota, yayasan amal Blue Dragon Children’s Foundation mengevakuasi kantornya pada  Selasa setelah pihak berwenang memperingatkan risiko banjir.

“Orang-orang bergerak panik, memindahkan motor mereka, memindahkan barang-barang,” kata juru bicara Carlota Torres Lliro, menyampaikan keprihatinannya terhadap puluhan anak-anak dan keluarga yang tinggal di penampungan sementara di tepi sungai.

EVN mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah menghentikan pelepasan air dari bendungan PLTA Hoa Binh, yang terbesar kedua di Vietnam utara, ke sungai cabang Sungai Merah, Sungai Da, untuk mengurangi aliran air.

Otoritas Vietnam juga menyatakan kekhawatiran pada  Rabu tentang pembangkit listrik tenaga air Tiongkok yang melepaskan air ke sungai cabang Sungai Merah lainnya, Sungai Lo, yang dikenal di Tiongkok sebagai Panlongjiang, dengan Beijing menyatakan bahwa kedua negara bekerja sama dalam pencegahan banjir.

Pukulan Berat Terhadap Pabrik

Yagi menimbulkan kehancuran di banyak pabrik dan membanjiri gudang-gudang di pusat-pusat industri pesisir yang berorientasi ekspor di sebelah timur Hanoi, memaksa penutupan, dengan beberapa diperkirakan baru bisa beroperasi penuh kembali setelah beberapa minggu, kata para eksekutif.

Gangguan ini mengancam rantai pasokan global karena Vietnam menjadi tuan rumah bagi operasi besar perusahaan multinasional yang sebagian besar mengirim produk ke Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara maju lainnya.

Di tempat lain, di provinsi-provinsi utara ibukota, tanah longsor yang dipicu oleh banjir hebat menewaskan puluhan orang.

“Lantai pertama rumah saya benar-benar terendam air,” kata Nguyen Duc Tam, seorang penduduk berusia 40 tahun dari Thai Nguyen, sebuah kota sekitar 60 km dari Hanoi.

“Sekarang kami tidak punya air bersih dan listrik,” katanya.

Penduduk lain, Hoang Hai Luan (30) mengatakan dia tidak pernah mengalami banjir seperti itu selama lebih dari 20 tahun di daerah tersebut.

“Barang-barang saya dan mungkin milik banyak orang lainnya hilang sama sekali.”

Di antara pabrik-pabrik yang berada di pinggiran kota dengan sekitar 400.000 penduduk, terdapat fasilitas besar Samsung Electronics, yang mengirimkan sekitar setengah dari smartphone-nya ke seluruh dunia dari Vietnam.

Tidak ada tanda-tanda banjir di fasilitas tersebut pada Rabu, menurut saksi mata dari Reuters.

Oleh Khanh Vu dan Francesco Guarascio