Pemindaian Peristiwa Terkini oleh Jin Ran
Fokus hari ini Tentang pelenyapan pemimpin Hizbullah. Tewasnya pemimpin Pusat UAV Rusia Kolonel Aleksey V. Kolomeitsev. Operasi rahasia yang dipimpin sendiri oleh direktur intelijen militer Ukraina. Pengiriman tahap pertama rudal Harpoon tiba di Taiwan. Secara diam-diam batalion lapis baja Taiwan berlatih di Amerika Serikat.
Israel Berhasil Menghancurkan Kelompok Hizbullah
Masih ingatkah Anda dengan isu yang penulis sampaikan pada edisi sebelumnya beberapa hari lalu, penulis mengatakan bahwa lima dari enam orang pemimpin Hizbullah di Lebanon telah terbunuh dalam serangan Israel, sehingga hanya menyisakan seorang petinggi Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah. Sekarang penulis memberitahukan Anda bahwa Israel telah berhasil menghancurkan kelompok Hizbullah. Nasrallah baru saja tewas dalam serangan militer Israel.
Pada 27 September, militer Israel mengumumkan bahwa Nasrallah, pemimpin tertinggi Hizbullah Lebanon, tewas dalam serangan udara yang dilakukan Israel di Beirut, ibu kota Lebanon. Pada saat yang sama, orang kedua di pasukan Hizbullah yang sebelumnya telah terluka dalam peristiwa meledaknya pager dan walkie-talkie kini ikut tewas dalam serangan tersebut.
Beberapa media menyimpulkan bahwa melalui serangkaian serangan yang dilakukan Israel, yaitu putaran pertama serangan lewat pager dan walkie-talkie, putaran kedua serangan 1.600 rudal dan bom presisi, dan kali ini lewat bom yang bisa menembus bumi untuk melakukan pemenggalan kepala terhadap target yang ditentukan, telah membuat kelompok Hizbullah Lebanon yang selama ini menjadi tokoh dominan di Timur Tengah, hancur dalam serangan Israel yang tidak mengirim pasukan.
Dari 19 nama petinggi Hizbullah, hanya tersisa satu, yakni Panglima Hizbullah Ali Rida, yang belum dipastikan nasibnya. Sedangkan yang lain sudah dihabisi oleh Israel.
Hal ini juga bisa menjadi catatan sejarah. Jangan lupa bahwa Hizbullah bukanlah pemain kecil yang bersembunyi di balik layar. Ia adalah partai politik yang menguasai sebagian kekuatan negara, dan memiliki jumlah pasukan yang besar serta senjata yang canggih. Ia semestinya tidak begitu cepat rontok terpukul dalam situasi tanpa kontak senjata dengan pasukan Israel di medan perang.
Perintah Pengeboman Dikeluarkan dari New York, AS
Operasi pemenggalan terhadap pemimpin tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah cukup dramatis.
Pada 27 September malam, ledakan dahsyat terjadi di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon. Kita mungkin tidak menyangka kalau perintah pengeboman itu dikeluarkan di New York, AS oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang hadir di Majelis Umum PBB, New York, dan tiba-tiba menerima laporan dari badan intelijen Israel, bahwa pemimpin tertinggi Hizbullah Hassan Nasrallah telah kembali ke gedung markas Hizbullah di Beirut untuk mengadakan pertemuan darurat dengan Iran. Kabarnya, Nasrallah kembali ke markas dengan didampingi oleh 2 orang penerusnya, yaitu sepupu dan menantunya adalah untuk mengkomunikasikan masalah pergantian personel utama Hizbullah.
Perlu kita ketahui bahwa Hassan Nasrallah ini sudah bertahun-tahun hidup mengasingkan diri karena takut dengan ancaman pemenggalan kepala yang dikeluarkan Israel, bahkan ia berpidato di tempat rahasia.
Menurut organisasi intelijen Israel Mossad, belakangan terungkap bahwa perjalanan Perdana Menteri Israel ke Amerika Serikat adalah untuk menurunkan sensitivitas Hizbullah dan Iran sehingga kurang waspada terhadap ancaman. Akhirnya peluang tersebut dimanfaatkan oleh militer Israel yang mendapat perintah Netanyahu langsung dari kamar hotel tempat penginapannya di New York.
Lantas, senjata apa yang digunakan militer Israel untuk melakukan operasi pemenggalan tersebut ? Rupanya, militer Israel memerintahkan pesawat tempur F-15 yang juga dikenal sebagai “truk bom udara” buatan Amerika Serikat, untuk segera mengudara guna menetapkan sasaran pengeboman. Dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, kali ini militer Israel memfilmkan proses pengeboman sejak jet tempur F-15 lepas landas saat masih fajar hingga kembali ke pangkalan pada malam hari usai misi.
Jenis bom apa yang digunakan untuk membunuh pemimpin Hizbullah ? Ternyata Israel menggunakan bom penembus bumi berpemandu presisi MK-84 buatan Amerika Serikat yang berbobot 2.000 pon. Ia juga disebut bom “Palu” karena kekuatan penghancurnya yang sangat besar. Penulis tidak tahu berapa banyak bom serupa yang diberikan Amerika Serikat kepada Taiwan, namun setidaknya AS telah memberikan puluhan ribu bom MK-84 kepada Israel.
Usai melakukan operasi tersebut Perdana Menteri Israel Netanyahu mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri sisa jadwal konferensi PBB di Amerika Serikat untuk pulang lebih awal. Sebenarnya Netanyahu tidak perlu menginap lebih lama di New York, karena kehadirannya di New York semata hanya untuk memancing pengenduran kewaspadaan Hizbullah dan Iran. Reuters mengungkapkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei segera dipindahkan ke bunker rahasia untuk mencegah operasi yang sama dari Israel.
Saat ini, Hizbullah di Lebanon tidak mempunyai pemimpin, dan rantai komandonya dari atas ke bawah terputus. Tentara Israel telah mengerahkan sejumlah besar tank dan kendaraan lapis baja ke daerah perbatasan utara dan mungkin akan melancarkan serangan darat terhadap pasukan Hizbullah di Lebanon untuk mengejar kemenangan.
Beberapa ahli telah memperkirakan bahwa setelah Hizbullah dilenyapkan, target berikutnya yang akan dihadapi tentara Israel selanjutnya mungkin adalah angkatan bersenjata Houthi di Yaman, atau Iran yang berada di balik antek-anteknya ini. Usai menyelesaikan misinya, pilot pesawat tempur F-15 Israel yang melakukan operasi pemenggalan kepala tersebut melontarkan pernyataan keras kepada public : “Kami akan menyerang musuh, siapa pun dan di mana pun dia berada”.
Apa yang akan dilakukan Israel selanjutnya, mari kita tunggu setelah Netanyahu kembali ke Israel. Yang tidak penulis duga adalah pemerintah Lebanon yang tiba-tiba bersikap keras tak lama setelah Hassan Nasrallah terbunuh, langsung menginstruksikan seluruh pesawat Iran yang hendak mendarat di Bandara Beirut untuk berbalik arah, dan melarang pesawat Iran mendarat di Lebanon. Hal yang lebih mengejutkan adalah kematian pemimpin Hizbullah justru mengundang perayaan masyarakat Lebanon.
Tewasnya Pimpinan Pusat UAV Rusia dan Operasi Rahasia yang Dipimpin Sendiri oleh Direktur Intelijen Militer Ukraina
Jumat (27 September) malam, bersamaan dengan operasi pemenggalan kepala terhadap pemimpin Hizbullah, agen rahasia Ukraina juga melancarkan operasi pembunuhan terhadap Kolonel Aleksey Vladimirovich Kolomeitsev, Direktur Pusat Kendaraan Udara Tak Berawak Nasional ke-924 Kementerian Pertahanan Rusia di dekat Moskow.
Badan intelijen militer Ukraina mengatakan bahwa ini adalah operasi khusus yang dilakukan oleh gerakan perlawanan lokal. Pusat UAV Rusia tersebut secara khusus bertanggung jawab untuk melatih para ahli tempur drone, terutama pelatihan penggunaan drone penyerang “Witness” buatan Iran yang dikirim dalam jumlah besar untuk melakukan pemboman di Ukraina. Diperkirakan operasi pembunuhan terhadap Kolomeitsev ini tidak terlepas dari pimpinan langsung tokoh paling misterius dan berdarah dingin di militer Ukraina, yakni Jenderal Kyrylo Budanov.
Setiap kali Budanov menampilkan wajah sinisnya dalam foto atau melontarkan pernyataan yang membingungkan dunia luar, tak lama kemudian muncul kabar bahwa pihak militer Rusia mengalami pukulan telak.
Pada hari kedua operasi pemenggalan kepala, yaitu 28 September, Budanov merilis video yang menggambarkan dirinya nerda di wilayah Kharkiv, Ukraina, sedang melaksanakan tugas khusus di suatu tempat bersama tim agen bawahannya.
Terlihat bahwa tempat yang didatangi adalah zona perang, karena banyak puing bekas tembakan artileri terlihat di sekitarnya. Betapa istimewanya tugas yang diemban, betapa pentingnya tokoh yang ditargetkan, sampai membutuhkan seorang kepala biro intelijen untuk turun tangan memimpin operasi dengan mempertaruhkan nyawanya.
Rudal Harpoon tiba di Taiwan, Diam-diam Batalion Lapis Baja Taiwan Berlatih di AS
Pada 27 September, kiriman tahap pertama peralatan rudal Harpoon berbasis darat (juga disebut berbasis pantai) yang dibeli oleh Taiwan dari Amerika Serikat telah tiba di Kaohsiung, Taiwan. Taiwan telah membeli total 100 set sistem rudal anti-kapal Harpoon dan 400 buah rudal Harpoon dari Amerika Serikat yang pengirimannya akan dibagi menjadi dua tahap : total 32 set sistem rudal dan 128 buah rudal Harpoon akan dikirimkan pada akhir tahun 2026. Dan sisanya selambatnya pada tahun 2028.
Model yang dibeli Taiwan adalah model Block II (U). U mewakili model peningkatan kinerja terbaru. Ia memiliki jangkauan 148 kilometer, yang sebenarnya lebih jauh jangkauannya daripada peralatan tombak aktif milik militer AS. Lebar rata-rata Selat Taiwan adalah 180 kilometer, yang pada dasarnya dapat menjangkau seluruh perairan di sisi Taiwan dari garis tengah Selat Taiwan.
Rencana Taiwan adalah menggabungkan 400 buah rudal anti-kapal “Harpoon” dan rudal anti-kapal seri “Hsiung Feng” buatan Taiwan untuk membentuk empat kelompok peluncuran yang ditempatkan di utara, tengah, selatan dan timur pulau guna pertahanan.
Presiden Taiwan Lai Ching-te memimpin pertemuan pertamanya di Komite Ketahanan Pertahanan Seluruh Masyarakat yang baru ia bentuk pada 26 September. Lai menekankan perluasan kerja sama pemerintah-sipil dan integrasi kesiapan tempur yang komprehensif dan aktif untuk menjadikan Taiwan lebih tangguh secara strategis. Ketahanan yang diusulkan oleh Lai Ching-te tidak hanya mengacu pada kesiapan militer saja, namun mencakup empat aspek dengan perspektif yang lebih luas dan berwawasan ke depan : yaitu, meningkatkan empat ketahanan Taiwan secara keseluruhan yaitu pertahanan nasional, penghidupan masyarakat, pencegahan bencana, dan demokrasi.
Seakan menyambut pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Lai Ching-te, Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (European Council on Foreign Relations. ECFR), sebuah lembaga pemikir independen, baru-baru ini merilis ringkasan kebijakan berjudul “Kejam, cepat dan akurat : Implikasi sanksi terkait Ukraina terhadap konflik Taiwan” yang berisikan tekanan bahwa Uni Eropa harus siap mengambil sanksi yang cepat dan tegas untuk menghadapi kemungkinan krisis.
Selain itu juga menyebutkan, bahwa meskipun sanksi terhadap Rusia gagal mencegah invasi mereka ke Ukraina, tetapi pembelajaran dari sanksi tersebut sangat penting untuk melawan potensi tindakan Tiongkok terhadap Taiwan. Penulis ringkasan tersebut bahkan menyatakan secara langsung : “Jika Uni Eropa secara jelas mengeluarkan ancaman sanksi terhadap isu Taiwan, hal itu dapat mengubah cara Partai Komunis Tiongkok memperlakukan Taiwan”.
Berbeda dengan negara-negara Eropa yang ingin menggunakan sanksi ekonomi untuk menghalangi Partai Komunis Tiongkok menginvasi Taiwan, Amerika Serikat memberikan bantuan militer kepada Taiwan untuk mencapai tujuan mengalahkan musuh tanpa berperang.
Pada 24 September, Komite Pengawasan dan Akuntabilitas Dewan Perwakilan Rakyat AS mengadakan sidang dengar pendapat tentang “Perang Politik Tiongkok Melawan Amerika Serikat”. Mantan Duta Besar AS untuk Fiji Joseph Cella mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa militer Taiwan sedang menerima pelatihan tempur di Pusat Peperangan Seluruh Domain Garda Nasional untuk Darat, Laut, Udara, Luar Angkasa, dan Siber Amerika Serikat yang berada di Michigan. Yang mengejutkan adalah personel yang mengikuti latihan ini bukan hanya sejumlah kecil kader penting, tetapi batalyon campuran tatanan baru yang terdiri dari Brigade Senapan Bermotor ke-333 Angkatan Darat Taiwan dan Brigade Lapis Baja ke-542.
Sejak tahun lalu, mereka telah menerima pelatihan ketat di Amerika Serikat, juga telah dilibatkan dalam latihan serangan “Summer North” militer AS. Tak hanya itu, Brigade Lapis Baja ke-542 Angkatan Darat Taiwan akan segera berangkat ke negara bagian Hawaii di Amerika Serikat untuk mendapat pelatihan dari militer AS. Selain mempelajari teknik dan taktik persenjataan Amerika, yang tidak kalah penting adalah menguasai konsep tempur terkini yang dirangkum militer AS dari pengalaman perang sebelumnya.
Dr. Shen Ming-Shih, Direktur Institut Penelitian Keamanan Nasional dari Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan : (Melalui pelatihan) dapat memperluas wawasan militer Taiwan dan memahami tren dalam pelatihan militer internasional, terutama berbagi kepada militer Taiwan pembelajaran yang diperoleh Amerika Serikat dari perang Rusia-Ukraina. Karena hal ini dapat secara langsung mendorong kemajuan bagi militer Taiwan. (Lin/mgln)