Apakah Mamut Berbulu Punah Karena Hidungnya yang Tersumbat? Penelitian Mengatakan Demikian

EtIndonesia. Sebelum punah, mamut berbulu kemungkinan berjuang melawan alergi, yang mungkin juga berperan dalam kepunahan mereka dari Bumi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim ahli kimia dan zoologi menunjukkan bahwa makhluk-makhluk ini juga memiliki indra penciuman yang berkurang sehingga membuat perkawinan menjadi lebih sulit.

Para peneliti menganalisis jaringan mamut beku dan menemukan antibodi dan alergen di dalamnya. Hal ini membuat mereka menyimpulkan bahwa mamut menghadapi alergi yang memengaruhi mereka dalam banyak hal.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Earth History and Biodiversity.

“Ini adalah penelitian pertama yang menemukan fragmen imunoglobulin pada sisa-sisa yang berusia puluhan ribu tahun,” kata penulis pertama penelitian tersebut, Gleb Zilberstein, kepada The Telegraph.

Menurut beberapa penelitian, mamut berbulu menghuni Amerika Utara, Asia, dan Eropa utara. Mereka punah sekitar 4.000 tahun yang lalu, tetapi alasan untuk ini selalu bersifat spekulatif. Perubahan iklim dan perburuan oleh manusia selalu dianggap sebagai alasan utama untuk hal ini.

Namun, penemuan terbaru menunjukkan bahwa alergi mungkin menjadi salah satu alasan kepunahan mereka.

Mamut adalah kerabat purba gajah modern yang mengandalkan indra penciuman mereka untuk menemukan makanan, air, dan pasangan kawin. Namun, para peneliti mengatakan bahwa hidung tersumbat akibat serbuk sari mungkin telah menghambat indra penciuman mamut berbulu, sehingga menyulitkan mereka untuk melanjutkan cara hidup mereka.

“Perkembangan alergi dari serbuk sari tanaman, perubahan toksisitas alergi serbuk sari, peningkatan periode pelepasan serbuk sari atau munculnya sejumlah besar tanaman berbunga selama perubahan iklim, dapat menyebabkan penurunan kepekaan terhadap bau pada hewan selama musim kawin,” kata penelitian tersebut.

Karena hewan-hewan tersebut tidak dapat menemukan pasangan karena penyumbatan hidung yang menghambat indra penciuman mereka, hubungan seksual di antara spesies tersebut mengalami penurunan, menurut penelitian tersebut.

Jejak antibodi yang berkembang sebagai respons imun terhadap infeksi ditemukan pada mamut beku yang ditemukan di Siberia. Senyawa organik yang terkait dengan serbuk sari juga ada, yang menunjukkan bahwa mamut kemungkinan menghirup udara yang mengandung serbuk sari.

Para peneliti mengatakan bahwa kondisi ini seperti demam serbuk sari kuno dan memengaruhi kemampuan mereka untuk berkembang. Spesies tanaman baru muncul selama masa kepunahan mamut, yaitu periode pemanasan global. Serbuk sari yang dilepaskan oleh tanaman ini mungkin telah menyebabkan masalah pernapasan dan penciuman bagi hewan-hewan tersebut. (yn)

Sumber: wionews