EtIndonesia. Sebuah tim dokumenter menemukan jenazah manusia di Gunung Everest yang tampaknya milik seorang pria yang hilang saat mencoba mendaki puncak tersebut 100 tahun lalu, majalah National Geographic melaporkan pada hari Jumat (11/10).
Perubahan iklim menipiskan salju dan es di sekitar Himalaya, semakin memperlihatkan jenazah pendaki gunung yang meninggal saat mengejar impian mereka untuk mendaki gunung tertinggi di dunia.
Pendaki Inggris Andrew Irvine hilang pada tahun 1924 bersama rekan pendaki George Mallory saat keduanya berusaha menjadi orang pertama yang mencapai puncak Everest, 8.848 meter di atas permukaan laut.
Jenazah Mallory ditemukan pada tahun 1999 tetapi petunjuk tentang nasib Irvine sulit dipahami sampai tim National Geographic menemukan sepatu bot, yang masih menutupi sisa-sisa kaki, di Gletser Rongbuk Tengah di puncak tersebut.
Setelah diperiksa lebih dekat, mereka menemukan kaus kaki dengan “label merah yang bertuliskan A.C. IRVINE”, demikian laporan majalah tersebut.
Penemuan tersebut dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai lokasi barang-barang pribadi tim dan dapat membantu memecahkan salah satu misteri pendakian gunung yang paling abadi: apakah Irvine dan Mallory pernah berhasil mencapai puncak.
Hal itu dapat mengukuhkan Irvine dan Mallory sebagai orang pertama yang berhasil mendaki puncak tersebut, hampir tiga dekade sebelum puncak pertama yang diakui saat ini pada tahun 1953 oleh pendaki Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.
“Itu menceritakan keseluruhan kisah tentang apa yang mungkin terjadi,” kata keponakan buyut Irvine, Julie Summers, kepada National Geographic.
Anggota keluarga Irvine dilaporkan menawarkan untuk berbagi sampel DNA guna mengonfirmasi identitas jenazah tersebut.
Irvine berusia 22 tahun saat dia hilang. Dia, bersama Mallory, terakhir terlihat oleh salah satu anggota ekspedisi mereka pada sore hari tanggal 8 Juni 1924, setelah memulai pendakian terakhir mereka ke puncak pagi itu.
Irvine diyakini membawa kamera rompi — penemuannya dapat menulis ulang sejarah pendakian gunung.
Fotografer dan sutradara Jimmy Chin, yang merupakan bagian dari tim National Geographic, yakin penemuan itu “tentu saja mempersempit area pencarian” untuk kamera yang sulit ditemukan itu.
Lebih dari 300 orang telah tewas di gunung itu sejak ekspedisi dimulai pada tahun 1920-an.
Beberapa orang tersembunyi di balik salju atau tertelan jurang yang dalam.
Yang lainnya, masih mengenakan perlengkapan pendakian warna-warni, telah menjadi tengara dalam perjalanan menuju puncak dan dianugerahi julukan humor tiang gantungan, termasuk “Sepatu Bot Hijau” dan “Si Putri Tidur”.(yn)
Sumber: wionews