EtIndonesia. Pada hari Senin (14/10), pejabat lokal di negara Afrika Barat, Guinea, mengumumkan bahwa terjadi sebuah aksi protes di wilayah timur negara tersebut terhadap perusahaan tambang asal Tiongkok. Para demonstran terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan, yang mengakibatkan sedikitnya dua orang tewas.
Menurut laporan gabungan dari AFP dan media Afrika, aksi protes yang terjadi pada hari Sabtu (13/10) di Kesa Konkoi, dekat perbatasan Republik Mali, memicu kerusuhan.
Pejabat lokal mengatakan bahwa protes tersebut juga menyebabkan empat orang terluka dan sekitar 40 orang ditangkap.
Warga setempat memprotes tindakan perusahaan tambang yang mereka klaim telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan menghancurkan lahan pertanian.
Selama protes, seorang pria berusia 25 tahun tewas tertembak di dadanya, dan seketika meningkatkan eskalasi kekerasan. Kemudian, seorang anak berusia kurang dari dua tahun meninggal akibat sesak napas setelah terpapar gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan.
Seorang warga yang melarikan diri dari lokasi kejadian mengatakan kepada wartawan AFP: “Situasi yang menyedihkan ini disebabkan oleh intervensi pasukan pertahanan dan keamanan, yang menembaki pengunjuk rasa dan menggunakan gas air mata.”
Abou Diallo, wakil kepala delegasi dari kota terdekat Dialakoro, mengonfirmasi jumlah korban dan menyesali situasi tersebut.
“Desa itu sudah kosong. Semua orang telah pergi,” katanya kepada AFP. “Polisi seharusnya menjaga ketertiban, tetapi tindakan kekerasan mereka telah menyebabkan trauma bagi penduduk.”
Guinea memiliki cadangan besar bauksit, bijih besi, dan emas, dan banyak perusahaan Tiongkok yang menambang sumber daya alam di negara tersebut.
Meskipun Guinea kaya akan sumber daya alam, negara ini masih menjadi salah satu negara paling kurang berkembang di dunia. Sejak kudeta militer pada tahun 2021, negara ini dipimpin oleh pemerintah militer, dan aksi protes seringkali dihadapi dengan penindasan yang brutal. (jhn/yn)