Israel Mengecek Kemungkinan Tewasnya Pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Gaza

Sebuah gambar grafis, yang diduga menunjukkan tubuh Yahya Sinwar, mulai beredar di media sosial pada  Kamis 17 Oktober 2024, namun kematiannya belum dikonfirmasi

Chris Summers

Militer Israel mengatakan sedang memeriksa apakah pemimpin Hamas Yahya Sinwar termasuk di antara tiga orang yang tewas dalam operasi militer di Gaza. Sinwar, 62 tahun, dianggap oleh Israel sebagai dalang di balik invasi 7 Oktober 2023, di mana para orang-orang yang dipimpin Hamas melancarkan pembantaian di wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.

Sinwar mengambil alih Hamas setelah pemimpin sebelumnya, Ismail Haniyeh, tewas pada Juli dalam ledakan yang ditargetkan di sebuah rumah tamu di ibu kota Iran, Teheran.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada  Kamis mengatakan dalam sebuah unggahan di X: “Selama operasi IDF di Gaza, 3 teroris dieliminasi. IDF dan ISA sedang memeriksa kemungkinan bahwa salah satu dari teroris tersebut adalah Yahya Sinwar. Pada tahap ini, identitas para teroris belum dapat dikonfirmasi.”

“Di gedung tempat para teroris dieliminasi, tidak ada tanda-tanda keberadaan sandera di area tersebut. Pasukan yang beroperasi di area tersebut terus beroperasi dengan kehati-hatian yang diperlukan.”

Sebuah gambar grafis yang diduga menunjukkan tubuh Sinwar yang sudah tewas beredar di media sosial pada  Kamis di tengah laporan bahwa ia tewas dalam “operasi militer” Israel di Gaza.

IDF sedang melakukan tes DNA pada tubuh yang diyakini sebagai Sinwar.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, memposting di X sebuah ayat dari Perjanjian Lama: “Engkau akan mengejar musuhmu, dan mereka akan jatuh di hadapanmu oleh pedang—Imamat 26.”

“Musuh kita tidak bisa bersembunyi. Kami akan mengejar dan mengeliminasi mereka.”

Sinwar diyakini tinggal di jaringan terowongan bawah tanah di Jalur Gaza, bersama dengan para militan Hamas yang terus melawan pasukan Israel. Hamas menghabiskan lebih dari satu dekade untuk membangun labirin terowongan yang luas.

Pada Desember 2023, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan di X, “Hanya masalah waktu sampai kami menemukannya.”

Sinwar telah menjadi pejabat tertinggi kelompok  tersebut di Gaza sejak 2017, namun Haniyeh tetap menjadi atasannya hingga Juli 2024.

Lahir di kamp pengungsi di kota Khan Younis, Gaza selatan, Sinwar bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an, naik menjadi tokoh penting sebagai pendiri sayap intelijen kelompok tersebut, yang dikenal sebagai Majd.

Pada tahun 1989, Sinwar dijatuhi hukuman empat kali penjara seumur hidup berturut-turut karena menculik dan membunuh dua tentara Israel.

Ia tetap berada di penjara Israel hingga 2021, ketika Israel membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina sebagai imbalan atas tentara Israel Gilad Shalit, yang ditangkap oleh Hamas dan ditahan di Gaza selama lima tahun.

Sejak dibebaskan dari penjara, Sinwar  terlibat dalam banyak serangan terhadap Israel, termasuk Perang 11 Hari pada Mei 2021, di mana Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina menembakkan roket ke Israel dan menyebabkan serangan udara balasan dari Israel di Gaza.

Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Sinwar sebagai teroris global. Penetapan ini berarti bahwa warga negara AS dilarang memberikan bantuan finansial atau material kepadanya, dan aset apa pun yang mungkin dimilikinya di Amerika Serikat harus dibekukan.

Pada Februari, militer Israel merilis video yang diduga menunjukkan Sinwar bepergian melalui terowongan di bawah Khan Younis pada 10 Oktober bersama beberapa anggota keluarganya.

“Perburuan terhadap Sinwar tidak akan berhenti sampai kami menangkapnya, mati atau hidup,” kata juru bicara IDF Daniel Hagari dalam konferensi pers saat merilis rekaman tersebut, seraya mencatat bahwa video tersebut diambil dari kamera pengintai di dalam terowongan, di mana para tentara memburu Sinwar sejak mereka mengepung rumahnya pada  Desember lalu.

Associated Press dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.