Kepala Intelijen Taiwan: Latihan Militer Tiongkok Mengepung Taiwan Menjadi Bumerang

‘Operasi tekanan militer ini tidak bertanggung jawab, tidak proporsional, dan merusak stabilitas,’ kata Pentagon

Frank Fang – The Epoch Times

TAIPEI, Taiwan—Keputusan Partai Komunis Tiongkok untuk mengggelar latihan militer yang mengepung Taiwan berbalik merugikan. Pasalnya, reaksi internasional yang menentang langkah tersebut, menurut kepala intelijen Taiwan.

Tsai Ming-yen, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, memberi penjelasan kepada legislator Taiwan di Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan pada 16 Oktober mengenai latihan militer Tiongkok “Joint Sword-2024B” yang berlangsung dua hari sebelumnya.

“Latihan militer komunis Tiongkok ini memberikan dampak negatif karena membuat komunitas internasional lebih mendukung Taiwan,” kata Tsai kepada wartawan sebelum pertemuannya.

Dalam diskusi dengan seorang legislator di pertemuan tersebut, Tsai menyoroti pernyataan Pentagon yang ia gambarkan sebagai “sangat keras” dalam mengkritik latihan militer rezim Tiongkok.

Beijing mengerahkan angkatan darat, laut, udara, dan roket dalam latihan skala besar pada 14 Oktober, mengatakan bahwa langkah militer ini dimaksudkan sebagai peringatan terhadap “tindakan separatis” di Taiwan.

Empat hari sebelumnya, ketika Taiwan merayakan Hari Nasional, Presiden Taiwan Lai Ching-te menyampaikan pidato yang berjanji untuk “menolak aneksasi atau pelanggaran terhadap kedaulatan kami.”

Partai Komunis Tiongkok (PKT) memandang Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan telah mengancam akan merebut pulau tersebut dengan kekuatan militer. Pada Rabu, Chen Binhua, juru bicara Kantor Urusan Taiwan Tiongkok, mengatakan dalam sebuah briefing rutin bahwa Beijing “tidak akan pernah berkomitmen” untuk melepaskan penggunaan kekuatan terhadap Taiwan.

Australia, Uni Eropa, Jepang, dan Inggris menyatakan kekhawatiran atas latihan militer terbaru rezim Tiongkok. Departemen Luar Negeri AS dan sekelompok anggota parlemen bipartisan juga mengkritik tindakan rezim tersebut.

“Operasi tekanan militer ini tidak bertanggung jawab, tidak proporsional, dan merusak stabilitas,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa pidato Hari Nasional Lai adalah “pidato domestik yang rutin,” namun Beijing memilih untuk menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan “tindakan militer provokatif.”

Ketua Partai Republik dan Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS sama-sama menyampaikan kecaman mereka di platform media sosial X.

“Latihan militer PKT di sekitar Taiwan tidak lebih dari taktik intimidasi. Tidak ada yang diuntungkan dari agresi PKT di Selat Taiwan,” tulis Rep. Michael McCaul (R-Texas) pada 14 Oktober.

“Latihan militer ini di sekitar Taiwan sembrono dan saya mendesak Beijing untuk berhenti merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan melalui provokasi sepihak yang berbahaya ini,” tulis Rep. Gregory Meeks (D-N.Y.) pada 15 Oktober.

Latihan Militer

Tsai juga mengatakan kepada wartawan bahwa latihan pada hari Senin lebih singkat dan lebih kecil skalanya dibandingkan latihan militer Tiongkok serupa pada Mei, yang disebut latihan “Joint Sword-2024A” dan berlangsung selama dua hari.

Latihan pada bulan Mei terjadi hanya beberapa hari setelah Lai menyampaikan pidato pelantikannya, di mana ia mengatakan bahwa komunis Tiongkok dan Taiwan demokratis “tidak saling bergantung.”

Meskipun latihan kali ini lebih kecil skalanya, Tsai mengatakan Tiongkok mengerahkan lebih banyak aset udara.

Kementerian pertahanan Taiwan melaporkan bahwa jumlah pesawat militer Tiongkok yang berada di sekitar pulau tersebut mencapai rekor tertinggi dalam sehari, yaitu 153 pesawat dari sekitar pukul 5 pagi hari Senin hingga 6 pagi hari Selasa.

Penjaga Pantai Tiongkok juga mengirim kapal untuk misi patroli di sekitar Taiwan pada hari Senin. Menurut Tsai, Tiongkok mengerahkan total 18 kapal, termasuk 16 kapal Penjaga Pantai.

Tsai mengatakan kepada para legislator bahwa pengerahan kapal Penjaga Pantai oleh Tiongkok merupakan bagian dari taktik “zona abu-abu”. Ia mengatakan Beijing bermaksud menunjukkan bahwa mereka memiliki “kendali nyata” atas Selat Taiwan.

Selain di bidang militer, Tsai mengatakan ada medan perang terpisah pada hari Senin yang melibatkan operasi perang hukum, perang opini publik, dan perang psikologis yang dilakukan Tiongkok.

Pada Selasa, Biro Investigasi Kementerian Kehakiman Taiwan merilis laporan yang mengatakan bahwa Tiongkok sedang melakukan perang kognitif dengan menyebarkan informasi palsu secara online pada hari Senin, termasuk klaim bahwa militer Taiwan gagal merespons dengan cepat, pejabat Penjaga Pantai Taiwan minum alkohol pada Minggu malam, dan kapal yang membawa gas alam cair tidak bisa merapat di pelabuhan Taiwan.

Biro tersebut meminta rakyat Taiwan untuk waspada, dengan mencatat bahwa “kekuatan siber asing” telah mencuri akun dan kata sandi pengguna platform media sosial populer yang digunakan di Taiwan.

“Kami akan terus memperkuat komunikasi strategis dan berbagi intelijen dengan sekutu internasional kami sehingga kami dapat memahami niat politik Partai Komunis Tiongkok dan perkembangan militer terkait untuk memberikan peringatan dini dan menanggapi berbagai situasi,” kata Tsai kepada wartawan.


Reuters berkontribusi dalam laporan ini.