PBB  Tidak Akan Menarik Pasukan UNIFIL dari Lebanon Selatan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu meminta agar UNIFIL ditarik, dengan mengklaim mereka “memberikan perisai manusia” kepada Hizbullah

Chris Summers

Dewan Keamanan PBB menolak tunduk pada tekanan Israel untuk menarik pasukan perdamaian dari Lebanon Selatan dan mendesak kedua  pihak untuk menghormati netralitasnya. 

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 14 Oktober, Dewan Keamanan PBB juga menyampaikan “keprihatinan mendalam” atas meningkatnya korban sipil, penghancuran infrastruktur, dan jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal di Lebanon.

Kepala penjaga perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, mengatakan kepada wartawan di New York pada 14 Oktober bahwa pasukan perdamaian akan tetap berada di posisinya meskipun ada permintaan dari Israel agar mereka bergerak tiga mil ke utara.

Pasukan Israel memasuki Lebanon selatan pada 1 Oktober untuk menumpas militan Hizbullah yang menembakkan roket ke seberang perbatasan. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh pasukan penjaga perdamaian PBB, (The U.N. Interim Force in Lebanon- UNIFIL), “memberikan perisai manusia” kepada teroris. 

Pada 13 Oktober, dalam pidato video yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Netanyahu mengatakan: “Kami menyesalkan cedera yang dialami tentara UNIFIL, dan kami melakukan segala daya kami untuk mencegah cedera ini. Namun cara yang sederhana dan jelas untuk memastikan hal ini adalah dengan segera mengeluarkan mereka dari zona bahaya.”

Hamas—yang melancarkan serangan tak beralasan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang—bersekutu dengan Hizbullah, dan Israel kini berperang di dua front.

Hormati Keamanan UNIFIL

Dalam pernyataan 14 Oktober, yang dibacakan oleh Duta Besar Swiss untuk PBB, Pascale Baeriswyl, presiden Dewan Keamanan, semua pihak didesak “untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel UNIFIL dan markas PBB.”

PBB dan Israel saling tuduh pada 14 Oktober tentang sebuah insiden di pangkalan UNIFIL di Ramyah. PBB mengatakan dua tank Merkava Israel menghancurkan gerbang utama pangkalan tersebut dan masuk secara paksa. Setelah mereka pergi, peluru meledak 100 meter jauhnya, melepaskan asap yang melayang ke pangkalan dan membuat personel PBB cedera, menurut pernyataan pasukan tersebut.

Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan kepada wartawan: “Lima penjaga perdamaian terluka dalam insiden ini, termasuk satu penjaga perdamaian yang mengalami luka tembak. Sumber tembakan tersebut belum dikonfirmasi oleh UNIFIL.” Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Hizbullah telah menembakkan rudal anti-tank ke pasukan Israel, melukai 25 dari mereka. Serangan Hizbullah sangat dekat dengan pos UNIFIL, dan sebuah tank yang membantu mengevakuasi korban di bawah tembakan kemudian mundur ke pos UNIFIL, menurut IDF.

“Ini bukan serangan terhadap pangkalan. Bukan mencoba masuk ke pangkalan. Ini adalah tank di bawah tembakan berat, dalam peristiwa korban massal, mundur untuk keluar dari bahaya,” kata juru bicara internasional militer Israel, Nadav Shoshani, kepada wartawan.

Pernyataan Dewan Keamanan PBB menyerukan semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional, yang mewajibkan perlindungan terhadap warga sipil. Isi pernyataan juga menyerukan implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan 1701, yang mengakhiri perang Israel–Hizbullah tahun 2006, “dan mengakui perlunya langkah-langkah praktis lebih lanjut untuk mencapai hasil tersebut.”

Resolusi itu menyerukan agar tentara Lebanon ditempatkan di seluruh Lebanon selatan dan militan Hizbullah dilucuti, namun tidak ada yang terlaksana.

Duta Besar Rusia Menuduh Israel

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan: “UNIFIL tidak dapat mencegah permusuhan. UNIFIL sedang dipertaruhkan dan satu negara secara terbuka mengancam personelnya, yang tidak dapat diterima.”

Dewan Keamanan terpecah sejak 7 Oktober 2023 dalam konflik ini, dengan Amerika Serikat mendukung Israel secara tegas, sementara kekhawatiran dan dukungan bagi warga sipil Palestina dan Lebanon semakin meningkat di antara beberapa anggota dewan lainnya. Namun Dewan Keamanan bersatu dalam isu Lebanon.

Duta Besar AS Robert Wood mengatakan kepada wartawan, “Bagus bahwa dewan dapat berbicara dengan satu suara tentang apa yang ada di benak semua orang di seluruh dunia saat ini, dan itu adalah situasi di Lebanon.”

Wood mengatakan pernyataan Dewan Keamanan mengirim pesan kepada rakyat Lebanon, “bahwa dewan peduli, bahwa dewan memantau masalah ini dan hari ini dewan berbicara dengan satu suara.”

Diperkirakan 1.400 orang telah tewas di Lebanon dalam sebulan terakhir, menurut otoritas Lebanon. Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang merupakan militan Hizbullah dan berapa yang merupakan warga sipil. PBB juga memperkirakan bahwa sekitar 1,2 juta orang telah mengungsi di dalam negeri di Lebanon selama sebulan terakhir.

Serangan roket dan drone Hizbullah telah menewaskan sekitar 60 orang Israel dalam 12 bulan terakhir, termasuk empat tentara Israel yang tewas dalam serangan di pangkalan Brigade Golani di Binyamina pada 13 Oktober.

Laporan ini juga didukung oleh Associated Press dan Reuters.