EtIndonesia. Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah militer Israel melancarkan serangan terhadap jaringan terowongan milik Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.
Menurut laporan New York Post, terowongan sepanjang hampir 2 kilometer itu tidak hanya berfungsi sebagai jalur penyelundupan senjata tetapi juga sebagai markas pertahanan yang lengkap. Pasukan Israel melaporkan bahwa mereka menemukan sejumlah besar senapan AK-47, bahan peledak, peluncur roket, senapan sniper, rudal anti-kendaraan, dan berbagai senjata lainnya di dalam terowongan tersebut. Selain itu, terowongan ini dilengkapi fasilitas memadai seperti listrik, jaringan pipa, kamar tidur, kamar mandi, hingga cadangan makanan kaleng yang cukup untuk lebih dari 100 orang bersenjata.
Pasukan Israel menghadapi perlawanan dari anggota Hizbullah ketika mereka masuk ke dalam terowongan. Pertempuran sengit di ruang terbatas ini berakhir setelah pasukan Israel berhasil merebut kendali penuh.
Dalam terowongan tersebut juga ditemukan memiliki perangkap dan ranjau, menunjukkan bahwa fasilitas ini didesain untuk pertahanan jangka panjang. Menurut Jerusalem Post, ledakan dalam serangan ini begitu kuat sehingga getarannya terdeteksi di 284 komunitas Israel dan Tepi Barat.
Israel Temukan Tiga Terowongan Lain yang Dibangun Hizbullah
Militer Israel mengklaim telah menemukan setidaknya tiga terowongan lain yang melanggar perbatasan dan merupakan bagian dari rencana Hizbullah untuk memperluas kontrol hingga ke wilayah Galilea, Israel utara. Israel menyebut temuan ini sebagai bagian dari ancaman strategis Hizbullah terhadap keamanan nasionalnya dan meluncurkan serangan balasan terhadap Iran sebagai balasan langsung atas ketegangan yang meningkat.
Respons Internasional: Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat
Sebagai tanggapan atas serangan ini, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada 28 Oktober 2024 untuk membahas situasi di Timur Tengah. Mantan Wakil Direktur Intelijen Nasional AS untuk Timur Tengah, Panikov, menekankan bahwa peran Amerika Serikat sangat penting dalam mengontrol eskalasi ini.
Dia mengatakan: “Jika pemerintahan Biden tidak mengambil langkah untuk menekan Israel agar tidak menyerang fasilitas nuklir atau energi Iran, keputusan Israel mungkin akan berbeda.”
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menepis spekulasi mengenai pengaruh Amerika atas tindakan Israel. Dalam pernyataan resminya, dia menegaskan bahwa pemilihan target Israel berdasarkan kepentingan nasional semata, tanpa campur tangan dari pihak luar.
Iran Siap Membalas, Peringatan dari Presiden Mesir
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam konferensi pers di Teheran, menegaskan bahwa Iran tidak akan menyerahkan hak untuk membalas serangan Israel. Ia meminta Amerika Serikat untuk menekan Israel agar tidak bertindak lebih jauh.
“Iran tidak akan menahan diri, dan kami berhak membela diri,” kata Baghaei, yang disertai dukungan dari Presiden Mesir yang menyatakan bahwa Iran memiliki hak untuk melindungi kedaulatannya.
Di sisi lain, laporan dari platform media sosial X menyebutkan bahwa Iran siap melakukan balasan dalam waktu 24 jam dan mengancam akan menembakkan 4.000 rudal ke Israel. Meski informasi ini belum dapat dikonfirmasi secara independen, ancaman tersebut memicu kekhawatiran eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
Presiden AS Joe Biden Mengimbau untuk Menahan Diri
Presiden AS Joe Biden menyerukan agar kedua belah pihak menghindari eskalasi yang dapat memicu perang besar di Timur Tengah. AS khawatir bahwa jika konflik antara Israel dan Iran terus memanas, hal ini dapat melebar menjadi konflik regional yang lebih luas, yang berpotensi menjerat negara-negara lain dalam pergolakan ini, termasuk Gaza yang saat ini juga berada dalam situasi tegang.
Serangan Israel Berhasil Melemahkan Pertahanan Iran, Kata Netanyahu
Pada 27 Oktober 2024, Netanyahu kembali menyampaikan pernyataan bahwa serangan Israel berhasil merusak kemampuan pertahanan Iran. Dia menegaskan bahwa operasi ini merupakan langkah preventif Israel untuk mengurangi ancaman di perbatasan dan melindungi warganya dari serangan kelompok militan yang berafiliasi dengan Iran.
Dinamika Politik di Asia: Jepang Menggelar Pemilu untuk Dewan Perwakilan Rakyat
Di tengah-tengah konflik Timur Tengah ini, Jepang baru saja mengadakan pemilu ke-50 untuk Dewan Perwakilan Rakyat pada 27 Oktober 2024. Hasil pemilu ini menunjukkan kekalahan besar bagi Partai Demokrat Liberal yang telah berkuasa selama hampir 12 tahun. Partai yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shigeru Ishiba kehilangan 56 kursi dalam pemilihan kali ini, memicu spekulasi mengenai masa depan Ishiba sebagai perdana menteri. Dengan kekalahan ini, Ishiba mungkin menghadapi ancaman pemakzulan, terutama jika parlemen Jepang memilih kandidat lain dalam pemilihan perdana menteri mendatang.
Kesimpulan
Situasi geopolitik di Timur Tengah menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat, dengan keterlibatan militer dan diplomasi tingkat tinggi dari berbagai negara. Serangan Israel terhadap terowongan Hizbullah, sikap tegas Iran untuk membalas, serta panggilan AS untuk menahan diri menandakan kompleksitas konflik yang sedang berlangsung. Pertemuan Dewan Keamanan PBB diharapkan dapat memberikan solusi diplomatik untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Di sisi lain, ketidakstabilan politik di Jepang menjadi sorotan, menunjukkan bahwa situasi geopolitik global tidak hanya terpusat pada konflik Timur Tengah namun juga berdampak pada dinamika kekuasaan di Asia.