7 Orang Tewas di Israel Utara Setelah Serangan Roket Hingga Tewasnya Wakil Komandan Pasukan Elit Hizbullah

Kelompok militan tersebut meluncurkan dua serangan terpisah di Israel utara pada Kamis 31 Oktober 2024, menurut pejabat setempat

ETIndonesia. Tujuh orang—termasuk empat pekerja asing dan tiga warga Israel—tewas di Israel utara pada Kamis setelah dua serangan roket terpisah yang diluncurkan dari Lebanon oleh kelompok Hizbullah, demikian pejabat setempat mengonfirmasi.

Seorang petani Israel dan empat pekerja pertanian asal Thailand termasuk di antara korban tewas ketika roket menghantam dekat Metula, kota paling utara Israel di perbatasan dengan Lebanon, kata pejabat Israel dan Thailand.

Beberapa jam kemudian, seorang pria berusia 30 tahun dan seorang wanita berusia 60 tahun tewas ketika Hizbullah menembakkan sekitar 25 roket dari Lebanon, yang menghantam sebuah kebun zaitun di pinggiran kota pelabuhan Haifa di utara Israel. 

Dua orang lainnya terluka dalam serangan roket tersebut, kata Magen David Adom, organisasi medis darurat utama Israel.

Serangan roket pada hari Kamis ini menjadi serangan lintas batas paling mematikan di Israel sejak negara tersebut melancarkan invasi darat ke Lebanon pada awal Oktober. Israel mengatakan invasi ini merupakan bagian dari upaya untuk menghancurkan senjata dan infrastruktur—termasuk fasilitas penyimpanan dan pos pengamatan—milik Hezbollah, yang didukung oleh Iran.

Militer Israel mengatakan 90 proyektil ditembakkan dari Lebanon pada Kamis. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi tujuh kematian dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X, sambil berjanji untuk tidak membiarkan “serangan mematikan Hizbullah tak terjawab.”

Hizbullah belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket pada Kamis tersebut.

Sehari sebelum serangan tersebut, Angkatan Udara Israel mengatakan telah membunuh wakil kepala Pasukan Radwan elite Hezbollah, Mustafa Ahmad Shahadi, dalam sebuah serangan di wilayah Nabatieh di Lebanon selatan.

Israel Menewaskan Wakil Komandan Pasukan Radwan Elite Hizbullah

Shahadi “menginisiasi berbagai serangan teroris terhadap Israel dan mengawasi serangan terhadap tentara IDF di Lebanon selatan,” menurut angkatan udara Israel. Dia juga sebelumnya bertanggung jawab atas operasi Pasukan Radwan selama pertempuran di Suriah dari 2012 hingga 2017, menurut pernyataan dari angkatan udara.

Angkatan udara mengatakan eliminasi Shahadi adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk “mengurangi kemampuan Pasukan Radwan Hizbullah untuk mengarahkan dan melaksanakan aktivitas teroris terhadap pasukan IDF dan komunitas di perbatasan utara, khususnya rencana ‘Taklukkan Galilea’.” Pasukan Israel mengatakan Hizbullah merencanakan serangan mirip “gaya 7 Oktober” di Israel.

Serangan Kamis di Israel utara terjadi sehari setelah kementerian kesehatan Lebanon mengatakan 19 orang, termasuk delapan wanita, tewas akibat serangan Israel di dua kota di daerah Baalbek. 

IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa serangan tersebut menghantam “pusat komando dan kontrol serta infrastruktur teroris yang digunakan oleh organisasi teroris Hizbullah” di wilayah tersebut. Mereka tidak mengomentari kematian tersebut.

Pada Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam konferensi pers bahwa para diplomat senior AS saat ini sedang bernegosiasi dengan Israel tentang gencatan senjata di Lebanon dan Gaza, di mana Israel telah melancarkan invasi lebih dari setahun yang lalu yang menargetkan Hamas.

Blinken mengatakan bahwa negosiator telah membuat “kemajuan” menuju mencapai “pemahaman mengenai apa yang diperlukan” untuk pelaksanaan efektif Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 2006 dengan tujuan menjaga perdamaian di perbatasan antara Hizbullah dan Israel.

Menteri luar negeri AS tersebut mengatakan penting untuk memastikan Washington mendapat kejelasan dari Lebanon dan Israel mengenai apa yang diperlukan di bawah Resolusi 1701 agar pelaksanaannya efektif. Ini termasuk penarikan pasukan Hizbullah dari perbatasan, pengerahan angkatan bersenjata Lebanon, pembentukan otoritas di mana mereka akan bertindak, dan mekanisme penegakan yang sesuai, kata Blinken.

“Saya bisa katakan bahwa berdasarkan perjalanan saya baru-baru ini ke wilayah tersebut, dan upaya yang sedang berlangsung saat ini, kami telah membuat kemajuan yang baik pada pemahaman tersebut,” kata Blinken.

Reuters dan Associated Press berkontribusi pada laporan ini

Sumber : The Epoch Times