Perang Pertama Korut Menjadi Umpan Meriam, Organisasi Lituania: Hanya 1 Tentara yang Selamat dengan Bersembunyi di Bawah Mayat Rekannya

Menurut laporan media Korea Selatan, pada 25 Oktober, tentara Korea Utara hampir mengalami kehancuran total dalam pertempuran pertama mereka dengan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, dengan hanya seorang tentara yang selamat karena bersembunyi di bawah mayat rekan-rekannya yang telah tewas.

ETIndonesia. Media Korea Selatan melaporkan melalui saluran Telegram pro-Ukraina-“ExileNova” bahwa pada 31 Oktober waktu setempat, seorang tentara Korea Utara yang terluka ditampilkan sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit, dengan kepala dan wajahnya dibalut perban yang penuh dengan noda darah. 

Dalam rekaman yang tersebar, tentara tersebut menggunakan aksen Korea Utara dan mengklaim dirinya sebagai satu-satunya yang selamat, menuduh tentara Rusia menipu mereka dengan mengirim mereka ke Kursk.

“Mereka (tentara Rusia) mengatakan kepada kami bahwa kami hanya perlu tinggal di fasilitas perlindungan, tidak akan ada serangan atau pertempuran yang perlu dihadapi, tetapi itu adalah kebohongan. Kami dipaksa untuk bertempur di Kursk,” katanya.

Dia juga menyatakan bahwa mereka belum sempat melakukan pengintaian di medan pertempuran sebelum diserang oleh tentara Ukraina, dimana 40 anggota regu mereka tewas dan dia selamat dengan bersembunyi di bawah jasad teman-temannya. Keaslian video ini belum bisa diverifikasi sepenuhnya.

Menurut sumber, hal ini dilakukan oleh drone buatan Ukraina yang dikenal sebagai “Vampire Drone,” dengan kapasitas maksimum hingga 15 kilogram. Dalam pertempuran ini, tank-tank angkatan bersenjata Rusia juga hancur menjadi bola api. Dan, bagi tentara Korea Utara kemungkinan , “semua ini terasa terlalu asing.”

Menurut sumber yang dihubungi Jonas Ohman, kepala organisasi Lithuania “Blue/Yellow”, Korea Utara telah mengirim pasukannya untuk berlatih di Belarusia enam bulan sebelumnya dan baru-baru ini dipindahkan ke Rusia dengan jumlah awal dari 1.500 personel meningkat menjadi 12.000 personel. Informasi intelijen yang diterima menyebutkan bahwa jumlah ini bisa bertambah hingga 88.000 personel.

Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB menyebutkan bahwa tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia tidak hanya mengenakan seragam Angkatan Bersenjata Rusia dan membawa senjata kecil buatan Rusia, tetapi mereka juga mendapatkan dokumen identitas Rusia untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Beberapa hal ini sesuai dengan situasi yang dijelaskan oleh Oman.

Menurut Ohman bahwa aktivitas tentara Korea Utara di Kursk kemungkinan besar hanya sebagai percobaan, dan tentara mereka kini diperlakukan sebagai umpan meriam; jika strategi ini efektif, mereka akan digabungkan ke dalam Angkatan Bersenjata Rusia. Namun, kesenjangan bahasa tampaknya juga menimbulkan beberapa masalah bagi Angkatan Bersenjata Rusia. Ohman menyatakan bahwa Rusia mengirim tentara dari Korea Utara untuk dilatih menggunakan kapal atau pesawat Antonov AN-124 besar, tetapi karena kesulitan bahasa, hal ini membuat para komandan Rusia kesulitan.

Menurut Ohman, kepemimpinan militer Korea Utara kemungkinan tidak terlibat langsung dalam operasi tersebut, dan tentara-tentara tersebut seolah-olah dianggap sebagai budak yang langsung diserahkan kepada Rusia. Ia juga mendengar bahwa tentara-tentara tersebut diancam untuk tidak menyerah di garis depan, jika tidak, keluarga mereka akan menderita.

Sementara itu, Menlu AS Antony Blinken pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Korea Selatan pada  31 Oktober menyatakan bahwa ada sekitar 8.000 tentara Korea Utara yang ditempatkan di wilayah Kursk, Rusia, dan diperkirakan akan segera bergabung dalam pertempuran melawan Ukraina. Blinken juga menyerukan kepada Tiongkok untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Korea Utara untuk menghentikan tindakan provokatifnya.

Di sisi lain, Ohman mengungkapkan bahwa Ukraina telah mengerahkan beberapa pasukan khusus ke Kursk, yang dilengkapi dengan peralatan canggih. Selain menghadapi musuh secara langsung, mereka juga mencoba meyakinkan pasukan Korea Utara untuk menyerah melalui negosiasi.

Organisasi “Blue/Yellow” yang berbasis di Lithuania, yang dikenal mendukung Ukraina sejak krisis Krimea 2014, memiliki akses ke informasi frontline dan tingkat atas di Ukraina. Ohman, yang kerap membagikan informasi dari intelijen militer dan pasukan bersenjata Ukraina, menegaskan bahwa informasi yang ia bagikan sebelumnya telah dikonfirmasi oleh sumber resmi. (Jhon)

Sumber : NTDTV.com