Pada 7 November 2024 malam, para penggemar klub sepak bola Israel di Amsterdam, Belanda, mengalami serangan yang mengakibatkan lima orang dirawat di rumah sakit dan puluhan orang ditangkap. Kepolisian Belanda menyatakan bahwa ini adalah sebuah insiden anti-Semitisme. Pemerintah Belanda dan Israel sama-sama mengutuk kejadian ini.
ETIndonesia. Pada Jum’at (8/11), kepala polisi sementara Amsterdam, Peter Holla, menyatakan dalam konferensi pers bahwa para penggemar klub sepak bola bola Israel “diserang secara sengaja”. Dia menyatakan bahwa pelaku yang mengendarai sepeda motor menyerang para penggemar klub bola Israel dan kemudian cepat melarikan diri, membuat sulit bagi polisi untuk mengejar mereka.
Pemerintah kota Amsterdam, kepolisian, dan kejaksaan menyatakan bahwa para perusuh “secara aktif mencari pendukung Israel untuk menyerang dan menyerang di berbagai tempat di kota”. Tindakan kekerasan tersebut merupakan antisemitisme.
Dalam konferensi pers, walikota Amsterdam, Femke Halsema, menyatakan bahwa penggemar klub bola Israel mengalami “serangan, penghinaan, dan serangan kembang api”, dan polisi anti-huru hara turun tangan untuk melindungi mereka serta mengawal mereka ke hotel.
Dia menyebutkan setidaknya lima orang telah mendapatkan perawatan rumah sakit. Walikota juga mengumumkan bahwa mulai 8 November, Amsterdam akan melarang segala bentuk demonstrasi selama tiga hari.
Penggemar klub sepak bola Israel menceritakan pengalaman mereka dikepung
Seorang penggemar klub bola Israel mengatakan bahwa dia dan temannya meninggalkan stadion setelah pertandingan.
Saat itu ada seseorang—dia tidak melihat siapa sosok orang tersebut—melemparkan batu kepadanya, mengenai kepalanya dan menyebabkan pendarahan. Dia menuturkan, sekelompok pria Arab mulai mengejarnya, lalu dia dan temannya segera naik taksi, bergabung dengan penggemar lainnya. Kemudian, mereka berlindung di sebuah hotel.
Dia menceritakan, “Saya sangat ketakutan, ini sangat mengejutkan. Hal seperti ini tidak seharusnya terjadi pada siapa pun, terutama di Amsterdam. Banyak teman saya yang terluka, diculik, dan dirampok, sementara polisi tidak datang untuk membantu kami.”
Kepolisian Amsterdam di platform media sosial X menyatakan bahwa mereka telah memulai penyelidikan besar-besaran terhadap sejumlah insiden kekerasan. Seorang jaksa setempat menyatakan bahwa lebih dari 60 orang telah ditahan, dengan sepuluh orang masih ditahan pada hari Jumat.
Kecaman dari Para Pejabat Pemerintah
Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengatakan dia “terkejut” dengan serangan anti-Yahudi terhadap warga negara Israel dan menyebutnya “sangat tidak dapat diterima”.
Dia menyatakan, “Ini jelas merupakan kekerasan anti-Yahudi yang ditargetkan pada orang Israel,” dan serangan tersebut “benar-benar skandal memalukan.”
Schoof mengatakan, dia telah menjamin kepada Netanyahu melalui telepon bahwa “pelaku akan diidentifikasi dan dituntut.”
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan: “Kami tidak akan mengabaikan gambaran keras warga negara kami yang diserang di Amsterdam,” Netanyahu “menganggap serius insiden mengerikan ini.”
Dia meminta pemerintah Belanda untuk mengambil “tindakan keras dan cepat” terhadap para pelaku. Kantor Netanyahu juga menyatakan bahwa dia meminta peningkatan perlindungan keamanan bagi komunitas Yahudi di Belanda.
Presiden Israel, Isaac Herzog, melakukan panggilan dengan Raja Belanda Willem-Alexander, yang “menyatakan kejutan dan kemarahan mendalam” atas serangan terhadap penggemar klub sepak bola Israel.
Herzog juga menyebutkan raja menyatakan kepadanya bahwa Belanda tidak dapat melindungi komunitas Yahudinya selama Perang Dunia II—di bawah pendudukan dan penganiayaan Nazi—dan sekali lagi gagal melakukannya pada Kamis malam.
Setelah insiden itu, Menteri Luar Negeri Israel segera terbang ke Belanda. Israel awalnya memerintahkan dua pesawat untuk membawa penggemar klub sepak bola Israel kembali ke negara, tetapi kemudian kantor Perdana Menteri menyatakan akan membantu warganya mengatur penerbangan komersial.
Badan Anti-Terorisme Tidak Menemukan Ancaman
Karena konflik di Timur Tengah, tim sepak bola Israel menghadapi ancaman keamanan saat bermain di berbagai negara selama setahun terakhir. Sebelum pertandingan Liga Eropa antara Ajax (klub sepak bola Yahudi Belanda) dan Maccabi Tel Aviv pada Kamis malam, otoritas Amsterdam telah melarang demonstrasi pro-Palestina di dekat stadion.
Walikota Halsema menyatakan bahwa badan pengawas anti-terorisme Belanda tidak menemukan ancaman spesifik terhadap penggemar sepak bola Israel sebelum pertandingan, yang mengejutkan kepolisian setempat.
Dia mengatakan, saat itu ada sekitar 200 polisi di pusat kota Amsterdam, namun mereka terhindar dari penyerang yang mengendarai sepeda motor. Pemerintah Belanda menyatakan bahwa akan ada lebih banyak polisi berpatroli di Amsterdam dalam beberapa hari ke depan, dan akan meningkatkan keamanan pada institusi Yahudi di kota ini, yang memiliki komunitas Yahudi besar. Kota ini adalah tempat Anne Frank dan keluarganya bersembunyi dari pendudukan Nazi selama Perang Dunia II. Di hari menjelang pertandingan, ketegangan terus meningkat.
Menurut laporan NOS, stasiun penyiaran Belanda, pada hari Rabu, bendera Palestina yang terpasang di sebuah gedung di pusat kota dicopot. Selain itu juga ada video yang menunjukkan, bahwa sebelum pertandingan, pendukung Maccabi Tel Aviv FC meneriakkan slogan anti-Arab.
Pertandingan di Prancis Akan Berlangsung Seperti Biasa
Karena khawatir akan keamanan dalam menyambut tim Israel, pada September lalu, asosiasi sepak bola Belgia menolak untuk menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola Liga Eropa. Pertandingan itu kemudian dilangsungkan di Hongaria tanpa penonton. Insiden kekerasan di Amsterdam pasti akan menyebabkan pemeriksaan keamanan untuk pertandingan yang akan diikuti oleh tim Israel yang akan datang.
UEFA – the Union of European Football Associations telah mengumumkan pada Senin bahwa pertandingan Maccabi Tel Aviv yang dijadwalkan 28 November melawan tim Turkiye akan dipindahkan ke lokasi netral “setelah keputusan otoritas Turkiye”.
Namun lokasinya masih belum ditentukan. Tetapi, pihak Prancis menyatakan bahwa pertandingan yang dijadwalkan pada 14 November di Paris antara tim nasional Israel dan Prancis akan berlangsung seperti biasa.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau mengatakan pada hari Kamis, “Saya pikir karena alasan simbolis, kita tidak bisa menyerah, dan tidak boleh kalah.” Dia juga menekankan, “Menyerang saudara-saudara Yahudi kami, berarti menyerang Republik (Perancis).” (Jhon)
Sumber : Epochtimes.com