Biden Bertemu dengan Trump di Gedung Putih

Presiden Biden mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya dan menyatakan berharap akan ada transisi yang mulus. Trump menyampaikan apresiasinya atas pernyataan presiden.

ETIndonesia. Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertemu dengan Presiden terpilih Donald Trump selama hampir dua jam di Ruang Oval pada 13 November, di mana keduanya berkomitmen untuk memastikan transfer kekuasaan yang mulus.

Dalam pernyataan singkat sebelum pertemuan mereka, Biden mengucapkan selamat kepada Trump dan mengatakan bahwa pemerintahannya akan membantu memenuhi kebutuhan presiden terpilih dalam transisi ini. 

“Selamat, dan saya menantikan transisi yang mulus seperti yang kita bicarakan,” kata Biden. “Selamat datang. Selamat datang kembali.”

Trump berterima kasih kepada presiden, seraya menambahkan, “Politik itu sulit, dan dalam banyak hal, bukan dunia yang menyenangkan, tetapi hari ini adalah dunia yang menyenangkan.” “[Transisi] ini akan berjalan semulus mungkin, dan saya sangat menghargai itu, Joe,” kata Trump.

Ibu negara Jill Biden bergabung dengan presiden dalam menyambut Trump saat tiba di Gedung Putih dan memberikan surat ucapan selamat yang ditulis tangan untuk Melania Trump, menurut Gedung Putih. Calon ibu negara tidak hadir dalam pertemuan tersebut pada 13 November.

Pertemuan ini menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih untuk pertama kalinya dalam empat tahun setelah kemenangan telaknya pada pemilu 5 November. Kemenangannya menjadi puncak dari comeback secara signifikan setelah kekalahannya dalam pencalonan kembali melawan Biden pada 2020.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa presiden dan timnya fokus untuk memastikan bahwa transisi ini berjalan efektif dan efisien. Dalam briefing kepada media pada 12 November, Jean-Pierre mengatakan bahwa Biden menggelar pertemuan ini karena dia “percaya pada norma-norma.” 

“Dia mengatakan bahwa rakyat Amerika pantas mendapatkan ini. Mereka layak mendapatkan transfer kekuasaan yang damai,” katanya.

Setelah pertemuan tersebut, Jean-Pierre mengatakan bahwa durasi hampir dua jam menunjukkan pentingnya pembahasan, karena keduanya melakukan diskusi mendalam tentang berbagai isu. Dia juga mencatat bahwa pertemuan itu “sangat bersahabat, sangat sopan, dan substantif,” menambahkan bahwa presiden terpilih datang ke Ruang Oval dengan “serangkaian pertanyaan rinci.”

Pada 10 November 2016, Presiden Barack Obama mengundang Presiden terpilih Trump ke Gedung Putih sebagai bagian dari tradisi. Namun, setelah perselisihan mengenai hasil pemilu 2020, Trump tidak memberikan undangan serupa kepada Presiden terpilih Joe Biden. Pertemuan pada 13 November antara Biden dan Trump mencerminkan perubahan signifikan dalam hubungan antara kedua presiden.

“Presiden Trump menantikan pertemuan ini, yang akan segera berlangsung, dan sangat menghargai panggilan tersebut,” kata Steven Cheung, direktur komunikasi kampanye Trump, dalam pernyataan tersebut.

Topik Utama: Ukraina dan Pendanaan Pemerintah

Biden dan Trump “membahas isu-isu keamanan nasional dan kebijakan domestik  penting yang dihadapi bangsa dan dunia,” kata Jean-Pierre dalam konferensi pers pada  13 November.

“Presiden Biden juga mengangkat beberapa hal penting dalam daftar tugas Kongres untuk sesi lame-duck, termasuk mendanai pemerintah dan menyediakan dana tambahan untuk bencana yang diminta oleh presiden,” ujarnya.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengkonfirmasi bahwa Biden mengatakan kepada presiden terpilih agar tidak meninggalkan Ukraina.

“Presiden Biden memperkuat pandangannya bahwa posisi Amerika Serikat dengan Ukraina secara berkelanjutan adalah untuk kepentingan keamanan nasional kita,” kata Sullivan dalam konferensi pers. “Dia akan terus menyampaikan hal ini, baik secara pribadi maupun publik.”

Keduanya terakhir bertemu pada peringatan 23 tahun tragedi 11 September di New York City. 

Senator Elizabeth Warren (D-Mass.) pada 11 November mengkritik tim transisi Trump. “Donald Trump dan tim transisinya sudah melanggar hukum,” kata Warren dalam unggahan di platform media sosial X pada 11 November. “Saya tahu karena saya menulis undang-undangnya. Presiden yang akan datang diharuskan mencegah konflik kepentingan dan menandatangani perjanjian etika.”

Warren bereaksi terhadap laporan berita bahwa tim transisi Trump belum menandatangani perjanjian dengan Gedung Putih Biden dan Administrasi Layanan Umum (General Services Administration), sebuah lembaga federal yang memiliki peran penting dalam proses transisi presiden. Perjanjian tersebut akan memberi akses kepada tim Trump untuk ruang kantor federal, email yang aman, dan dana yang ditujukan untuk upaya transisi.

Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan pada 7 November bahwa tim Trump “menyatakan mereka berniat” untuk menandatangani perjanjian tersebut.

Sebelum pertemuan di Gedung Putih pada 13 November, Trump bertemu dengan anggota parlemen dari Partai Republik di Kongres Amerika Serikat. 

Sumber : The Epoch Times