EtIndonesia. Kyiv menuduh Moskow melakukan serangan dengan rudal balistik antarbenua (ICBM) untuk pertama kalinya, sebuah tuduhan yang belum dikonfirmasi oleh Kremlin. Namun, dalam sebuah insiden yang tidak biasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, tiba-tiba menerima telepon selama briefing pers dan diperintahkan oleh pihak tidak dikenal untuk tidak mengomentari hal tersebut.
Menurut laporan AFP, Zakharova sedang melakukan briefing pers rutin ketika tiba-tiba dia menerima panggilan telepon. Seorang pria yang tidak diidentifikasi dan yang menyebutnya dengan nama kecil “Masha”—sebuah panggilan akrab untuk Maria—berbicara melalui speaker.
Suara dari speaker tersebut terdengar jelas mengatakan kepadanya: “Mengenai pembicaraan orang-orang Barat tentang serangan rudal Yuzhmash, kami sama sekali tidak boleh berkomentar.”
CNN melaporkan bahwa Yuzhmash adalah nama lama untuk Pivdenmash, sebuah pabrik mesin di Dnipro, Ukraina, yang beroperasi selama era Soviet.
Zakharova menjawab: “Mengerti, terima kasih,” dan kemudian memutus sambungan telepon.
CNN mencatat bahwa saat ini belum jelas apakah insiden ini disengaja atau tidak, yang tanpa sengaja mengungkapkan informasi intelijen tentang serangan malam terhadap Ukraina, yang tampaknya menyasar apa yang dulu dikenal sebagai kompleks Yuzhmash.
Kyiv mengklaim bahwa rudal tersebut, yang tidak dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, ditargetkan ke Kota Dnipro di bagian tengah Ukraina. Kremlin sebelumnya belum mengonfirmasi penggunaan senjata tersebut tetapi menekankan bahwa mereka berusaha sebisa mungkin untuk menghindari konflik nuklir.
Uni Eropa menyatakan bahwa tindakan tersebut menandai “eskalasi yang signifikan” oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Juru bicara untuk kebijakan luar negeri dan keamanan Uni Eropa, Peter Stano, mengatakan kepada wartawan: “Sambil menilai semua fakta, jelas bahwa serangan ini akan sekali lagi menandai eskalasi yang signifikan dari pihak Putin.”
Stano juga menyatakan bahwa, jika terkonfirmasi, penggunaan rudal balistik antarbenua ini menyirattkan bahwa perang “telah mengalami perubahan kuantitatif dan kualitatif.”
Pemerintah Inggris juga memperingatkan bahwa jika Rusia menyerang Ukraina dengan rudal balistik antarbenua, hal itu akan membawa konflik ke level yang baru dan menyatakan “kekhawatiran mendalam” atas hal tersebut.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris, mengatakan kepada wartawan: “Jika benar, jelas, itu adalah tindakan jahat, ceroboh, dan eskalatif dari Rusia akan menambah daftar panjang.”
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris, John Healey, mengatakan bahwa Rusia “selama beberapa bulan” terakhir telah berencana untuk menyerang Ukraina dengan rudal balistik. Namun, dia tidak mengonfirmasi kebenaran dari tuduhan Kyiv.
Dia mengatakan kepada Komite Pertahanan Parlemen: “Ada beberapa hal yang belum terkonfirmasi. Namun, media melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan jenis rudal balistik baru ke Ukraina, dan kami tahu mereka telah mempersiapkannya selama berbulan-bulan.”
Healey menambahkan bahwa situasi di Ukraina saat ini “sangat serius.” Dia mengatakan: “Garis depan sekarang lebih tidak stabil dari sebelumnya sejak Rusia memulai invasi penuh pada tahun 2022.” (jhn/yn)