EtIndonesia. Mitsubishi Corp., Jepang, mengungkapkan bahwa seorang trader tembaga Tiongkok di bawah naungan perusahaan tersebut diduga terlibat dalam penipuan yang menyebabkan kerugian lebih dari Rp 1,4 triliun.
Menurut laporan dari Bloomberg, sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan bahwa Mitsubishi telah memecat trader tembaga yang berbasis di Shanghai, Gong Huayong.
Gong Huayong adalah trader tembaga yang bekerja untuk divisi perusahaan di Tiongkok dan ditemukan melakukan transaksi yang tidak sah dengan beberapa perusahaan lokal, termasuk perusahaan yang terkait dengan Gong Huayong sendiri.
Dalam laporan keuangan kuartalannya yang terbaru, Mitsubishi Corp. mengungkapkan kerugian sebesar 13,8 miliar yen (sekitar Rp 1,46 triliun) yang dikaitkan dengan “kerugian bisnis perdagangan di Tiongkok,” namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Seorang juru bicara perusahaan pada hari Rabu (4/12) mengkonfirmasi bahwa kerugian tersebut terkait dengan tindakan Gong, tetapi menambahkan bahwa tidak akan ada kerugian lebih lanjut yang timbul dari masalah ini. Saham Mitsubishi turun sebanyak 2,1% akibat berita ini, namun kemudian membaik, dan pada hari Rabu pukul 11 pagi waktu Timur AS, sahamnya turun 1,1%.
Juru bicara tersebut juga mengonfirmasi bahwa Gong telah dipecat dan telah diajukan tuntutan pidana. Perusahaan menyatakan akan bekerja sama dengan pihak berwenang, namun menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai kasus pidana yang disebutkan.
Menurut laporan tersebut, Gong mungkin telah meninggalkan Tiongkok untuk urusan dinas sebelum Mitsubishi sepenuhnya mengungkapkan tindakannya, dan tidak kembali lagi.
Sumber mengatakan bahwa skandal ini mungkin membuat Mitsubishi yang konservatif, menjadi lebih berhati-hati lagi. Khususnya, staf Tiongkok di perusahaan tersebut khawatir mereka mungkin akan tertekan atau terpengaruh oleh insiden ini. Namun, ini bukan pertama kalinya sebuah perusahaan multinasional terlibat dalam skandal perdagangan komoditas.
Pada tahun 2019, Mitsubishi menutup divisi perdagangan minyaknya di Singapura setelah kerugian lebih dari 300 juta dolar AS akibat perdagangan yang tidak sah oleh seorang trader Tiongkok, meskipun trader tersebut melalui pengacara mengatakan bahwa ia bertindak sesuai arahan manajemen dan kerugian tersebut disebabkan oleh “penyelesaian posisi derivatif yang terlalu dini.”
Selain itu, pada Oktober lalu, Trafigura Group, raksasa perdagangan Swiss, menghadapi kerugian sebesar 1,1 miliar dolar AS di Mongolia karena perilaku tidak pantas oleh staf internal.(jhn/yn)