Bom Berantai di Utara Suriah: Turki Targetkan Milisi Kurdi yang Didukung Amerika

EtIndonesia. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, mengungkapkan kemungkinan intervensi militer di Suriah pasca runtuhnya rezim Bashar al-Assad. Pernyataan ini disampaikan dalam laporan Associated Press  pada 20 Desember 2024, menyoroti potensi target intervensi Turki terhadap kelompok milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).

Konflik Berkecamuk di Utara Suriah

Saat ini, wilayah utara Suriah tengah mengalami konflik intens antara milisi yang didukung Turki dan pemberontak Kurdi. Konflik ini semakin memanas setelah minggu lalu Turki melakukan pemboman terus-menerus terhadap posisi pasukan Kurdi di perbatasan tengah Suriah. Pasukan  Turki menyatakan bahwa upaya mediasi yang difasilitasi oleh AS belum berhasil memastikan gencatan senjata yang langgeng di kawasan tersebut.

Seruan Perlawanan dari Kelompok Kurdi

Sebagai respons terhadap tekanan militer Turki, kelompok Kurdi kini mengimbau warga sipil dan militer setempat untuk mengangkat senjata dan bergabung dalam perlawanan bersama. Mereka meyakini bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya jalan untuk meraih kemenangan dan menjaga kedaulatan wilayah mereka.

Peningkatan Kehadiran Militer AS di Suriah

Pada 20 Desember , Kementerian Pertahanan AS mengumumkan peningkatan jumlah tentara Amerika di timur laut Suriah dari sekitar 900 personel menjadi 2.000 personel. Penambahan ini telah direncanakan sebelum jatuhnya rezim Assad dan bertujuan untuk memperkuat stabilitas regional serta mendukung pasukan Kurdi dalam menghadapi ancaman militer Turki.

Langkah Diplomatik AS Menuju Pemerintahan Baru Suriah

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam wawancaranya dengan Bloomberg pada hari yang sama, menyatakan bahwa Gedung Putih tengah mempertimbangkan pengiriman pejabat AS ke Suriah untuk mendorong transisi pemerintahan yang stabil. Langkah ini ditandai dengan pengiriman delegasi diplomatik resmi ke Damaskus, menandai kunjungan pertama sejak penutupan Kedutaan Besar AS di kota tersebut pada 2012.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa diplomat senior Timur Tengah, Leif, bersama dengan Utusan Khusus Presiden untuk Urusan Sandera,  Roger Carstens, akan bertemu dengan pemerintah baru Suriah. Ini merupakan langkah penting dalam upaya AS untuk mendukung transisi politik di Suriah dan memastikan pemerintahan baru tidak mendukung kelompok ekstremis.

Respons Turki dan Iran terhadap Perkembangan di Suriah

Pada awal pekan ini, Erdoğan mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, akan mengunjungi pemerintah baru Suriah. Langkah ini menunjukkan upaya Turki untuk terlibat dalam proses transisi politik di negara tersebut. Sementara itu, dua pejabat Iran menyampaikan kepada Reuters bahwa menjelang kejatuhan Assad, Turki aktif mendukung kelompok pemberontak yang berusaha menggulingkan rezim tersebut, menambah kompleksitas hubungan regional di kawasan Suriah.

Masa Depan Politik dan Keamanan di Suriah

Dengan berbagai aktor regional dan internasional yang terlibat, masa depan politik dan keamanan di Suriah tetap tidak menentu. Intervensi militer Turki, dukungan AS terhadap pasukan Kurdi, serta upaya diplomatik untuk membentuk pemerintahan baru menjadi faktor kunci yang akan menentukan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut.

Pihak internasional kini tengah mengamati perkembangan ini dengan seksama, berharap adanya solusi diplomatik yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas di Suriah pasca runtuhnya rezim Assad.

FOKUS DUNIA

NEWS