ETIndonesia. Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) pada Jumat (20 Desember) mengumumkan melalui platform X bahwa dua pemimpin ISIS, termasuk Abu Yusuf, pemimpin ISIS, tewas dalam serangan udara di Suriah.
Pada hari yang sama, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merilis video yang menunjukkan penghancuran terowongan Hamas sepanjang hampir 5 mil di Beit Lahia, utara Gaza.
Militer menyatakan bahwa di salah satu terowongan tersebut ditemukan peralatan militer, senjata, dan peta milik Pasukan Pertahanan Israel yang dicuri oleh teroris Hamas selama serangan 7 Oktober tahun lalu.
Pada Kamis (19 Desember), pasukan AS di Suriah melancarkan serangan udara yang menewaskan Abu Yusuf, pemimpin ISIS di wilayah tersebut. CENTCOM menegaskan bahwa AS akan bekerja sama dengan sekutu regional untuk memastikan ISIS tidak memanfaatkan situasi di Suriah untuk kembali bangkit.
“Jumlah pasukan kami di lokasi saat ini jauh melebihi 900 personel, itu yang dapat kami sampaikan,” ujar Juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Patrick Ryder.
Di hari yang sama, Ahmed al-Sharaa, pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (kelompok yang saat ini menjadi penguasa de facto Suriah), bertemu dengan Asisten Menteri Luar Negeri AS Barbara Leaf di Damaskus. Dalam pertemuan tersebut, Ahmed berjanji tidak akan membiarkan adanya aktivitas kelompok teroris di wilayahnya. Sebagai balasan, pihak AS mengumumkan akan mencabut hadiah US$10 juta yang sebelumnya ditawarkan untuk penangkapannya.
Departemen Luar Negeri AS juga mengumumkan bahwa Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat, Barbara Leaf, bersama mantan Utusan Khusus untuk Suriah, Daniel Rubinstein, dan Utusan Khusus untuk Negosiasi Penyanderaan, Roger Carstens, telah tiba di Suriah. Delegasi ini bertemu dengan pemimpin sementara Suriah untuk membahas bantuan bagi pemerintah baru dan memastikan Iran tidak memiliki pengaruh di Suriah di masa mendatang.
Ini adalah kunjungan resmi pertama diplomat AS ke Suriah sejak penutupan Kedutaan Besar AS di Damaskus pada tahun 2012.
Pada 8 Desember, pasukan pemberontak Suriah berhasil merebut kendali Damaskus, memaksa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri setelah perang saudara selama 13 tahun, sekaligus mengakhiri pemerintahan keluarganya yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Perkembangan ini membuka peluang bagi pembentukan pemerintahan demokratis yang pro-Barat di Suriah di masa mendatang. (Hui)
Sumber : NTDTV.com