Rusia Tembakkan Rudal ke Kyiv, Biden Siapkan Pengumuman Bantuan Terakhir untuk Ukraina

 Rusia dan Ukraina  pada Jumat (20 Desember) saling melancarkan serangan rudal di wilayah satu sama lain. Di sisi lain, pemerintah Biden dilaporkan akan mengumumkan paket dukungan militer terakhir untuk Ukraina dalam beberapa hari ke depan senilai US$1,2 miliar.

ETIndonesia. Pada Jumat dini hari, ledakan dahsyat terdengar di Kyiv. Pihak Ukraina melaporkan bahwa militer Rusia meluncurkan delapan rudal, termasuk rudal hipersonik Kinzhal dan rudal balistik Iskander/KN-23.

Serangan ini menewaskan satu orang, melukai sembilan lainnya, dan merusak sejumlah bangunan. Bangunan yang menjadi lokasi kedutaan besar dari enam negara, termasuk Portugal dan Argentina, juga mengalami kerusakan serius. Puing-puing rudal yang jatuh memicu kebakaran.


“Pagi kami dimulai dengan ledakan. Awalnya saya mencoba mengabaikannya, tetapi untungnya suami saya menyuruh saya berlindung di kamar mandi. Jika tidak, semua pecahan kaca ini akan mengenai saya,” ujar Warga Kyiv, Larysa Pustyntseva. 

Moskow mengklaim bahwa target serangan ini termasuk pusat komando Badan Keamanan Ukraina (SBU) sebagai balasan atas serangan Ukraina menggunakan senjata Barat yang menyerang kilang minyak Rusia.

Di sisi lain, di wilayah Rusia, rudal Ukraina menghantam kota Rylsk di wilayah Kursk, menyebabkan korban luka. Gubernur setempat menyatakan bahwa Ukraina menggunakan sistem roket HIMARS buatan AS.

Dalam hal bantuan internasional, pada Kamis (19 Desember), Uni Eropa mengumumkan dukungan keuangan tambahan sebesar €30 miliar untuk Ukraina hingga tahun 2025 dan mengadopsi putaran ke-15 sanksi terhadap Rusia.


“Paket ini menutup celah dan membatasi penghindaran, khususnya terkait dengan apa yang disebut armada bayangan,” ujar Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa. 

Selain itu, menurut sumber Reuters, pemerintah Biden berencana menggunakan seluruh sisa dana dalam Program Bantuan Keamanan Ukraina (USAI) untuk membeli senjata senilai US$1,2 miliar bagi Ukraina, termasuk sistem intersepsi udara dan amunisi artileri.

Namun demikian, dikarenakan peralatan militer dalam program USAI diperoleh dari industri pertahanan atau mitra kerja sama, bukan dari stok AS, pengiriman senjata ini ke medan perang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Pengamat menilai langkah ini mungkin menjadi salah satu tindakan terakhir pemerintahan Biden dalam mendukung Ukraina sebelum masa jabatannya berakhir. Ada ketidakpastian apakah pemerintahan Trump yang baru terpilih akan terus memberikan dukungan militer langsung dalam skala besar kepada Ukraina.

Sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina, AS telah berkomitmen memberikan bantuan senilai US$175 miliar kepada Ukraina, termasuk sekitar US$61,4 miliar untuk bantuan keamanan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS