EtIndonesia. Selama berabad-abad, selain cerita rakyat tentang putri duyung dan makhluk air, banyak orang mengaku telah melihat makhluk misterius di kolam gelap, sungai, atau laut.
Legenda tentang makhluk air telah ada sejak lama. Penulis Rusia, Gleb Gorbovsky, telah mengumpulkan cerita dari berbagai sumber yang mengaku pernah menyaksikan makhluk air secara langsung, termasuk dari beberapa tokoh terkenal.
Pada tahun 1522, seorang pelukis membuat ukiran kayu untuk menggambarkan perjalanan keliling dunia Magellan, yang memperlihatkan putri duyung di dekat kapal.
Dalam catatan perjalanan Henry Hudson pada 15 Juni 1608, tertulis: “Hari ini kami melihat makhluk yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Bagian dada dan punggungnya seperti wanita, kulitnya putih, rambutnya hitam mengkilap, dan bagian bawahnya adalah ekor seperti lumba-lumba.”
Penulis Ivan Turgenev pernah bertemu dengan makhluk perempuan mirip kera saat berenang di sungai. Dia menceritakan pengalamannya kepada Guy de Maupassant, seorang penulis Prancis yang kemudian menuliskan kejadian tersebut dalam novelnya, The Horla.
Menurut Gorbovsky, wilayah Karelia di Rusia dikenal sebagai “tanah leluhur” makhluk mirip ikan. Di desa-desa sekitar Danau Vied, penduduk sering melihat makhluk air sepanjang 1,5 meter dengan kepala bulat, rambut panjang, lengan, dan paha yang putih, namun tubuhnya berwarna cokelat. Di wilayah Rusia lainnya, warga setempat juga melaporkan penampakan berbagai makhluk aneh.
Pada tahun 1982, penyelam militer Soviet bertemu dengan makhluk yang sangat mirip manusia di Danau Baikal. Mereka memiliki tubuh setinggi 3 meter, mengenakan pakaian perak ketat, tidak membawa alat bantu pernapasan, dan berenang dengan kecepatan tinggi di kedalaman 50 meter. Upaya untuk menangkap makhluk ini mengakibatkan beberapa penyelam militer Soviet kehilangan nyawanya. Perintah penyelidikan pun dikeluarkan oleh Panglima Angkatan Darat Soviet, termasuk daftar danau dalam yang menunjukkan fenomena serupa dengan “perenang Baikal”. Fenomena ini mencakup penampakan makhluk bawah air, benda bulat besar yang tenggelam atau mengapung, serta cahaya terang yang muncul dari dasar air. Semua dokumen ini tergolong sangat rahasia Soviet kala itu.
Pada tahun 1973, awak kapal Soviet Anton Makarenko melaporkan melihat “roda bercahaya besar” berputar di bawah air di Selat Malaka. Pada tahun 1983, awak kapal Yugoslavia Sherbino melihat fenomena serupa di Teluk Persia. Dalam 20 tahun terakhir, kapal-kapal di Kepulauan Kuril, Laut Andaman, Teluk Benggala, dan perairan Indonesia juga melaporkan penampakan “roda” semacam itu.
Mengenai keberadaan manusia bawah air, para ilmuwan memiliki pandangan yang berbeda. Menurut ahli zoologi, deskripsi makhluk ini memiliki banyak kesamaan sejak zaman Aristoteles. Putri duyung khas memiliki penglihatan binokular (dua mata melihat ke arah yang sama), ibu jari yang terpisah dari jari lainnya, dan kepala besar, menunjukkan otak yang berkembang. Bagian bawah tubuhnya menyerupai sirip paus. Karena polusi lingkungan dan penangkapan ikan berlebihan, makhluk amfibi ini hampir punah.
Beberapa peneliti Rusia percaya bahwa putri duyung adalah kerabat manusia salju (yeti). Ada yang bahkan mengusulkan bahwa putri duyung adalah betina dari manusia salju, dan sering ditemukan di air karena makanan tersedia di sana. Namun, teori ini mendapat banyak sanggahan.
Peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Moskow, Sisoeyev (transliterasi-red), berpendapat bahwa para pelaut mungkin salah mengira dugong atau sapi laut sebagai putri duyung. Hewan mamalia ini memiliki tubuh sepanjang 2-4 meter, sirip depan seperti dayung, tanpa kaki belakang, dan hanya memiliki ekor seperti sirip. Dari dekat, mereka jelas tidak mirip manusia, tetapi dalam air, terutama di bawah sinar bulan, postur dan suara mereka bisa mirip manusia.
Penulis Rusia Aleksandr Belyaev menulis novel terkenal Manusia Amfibi yang didasarkan pada legenda tentang seorang anak bernama Francisco dari 300 tahun lalu. Pada usia lima tahun, Francisco bisa bertahan di dalam air selama beberapa menit. Pada Februari 1674, dia berenang di anak sungai Atlantik dan tidak pernah kembali. Lima tahun kemudian, dia ditemukan oleh nelayan dengan tubuh yang memiliki sisik cokelat seperti ikan di sepanjang tulang belakang dan perutnya. Jaring antara jarinya seperti cakar katak. Francisco dibawa ke biara, tetapi melarikan diri ke laut lagi setelah 10 hari.
Pada tahun 1991, kantor berita TASS melaporkan seorang wanita di Peru melahirkan bayi bernama Edwin dengan tubuh bersisik seperti ikan, tanpa daun telinga, dan hidungnya hanya berupa dua lubang kecil. Dia meninggal pada hari kesembilan. Di Philipina, dilaporkan lahir bayi dengan insang yang memungkinkan mereka bertahan di air hingga lebih dari 10 menit. Dokter Rusia, dr. Chistyakova, menyebut kondisi ini sebagai “fenomena dugong”, di mana kaki bayi lahir menyatu seperti ekor ikan.
Dari sudut pandang fisiologi, mungkinkah makhluk mirip manusia hidup lama di bawah air tanpa teknologi? Jika mungkin, bisa jadi dasar laut sudah menjadi habitat mereka. Ilmuwan Amerika, Sanderson, mengajukan hipotesis bahwa ada peradaban bawah laut. Dia berpendapat bahwa manusia mencari peradaban alien di luar angkasa, tetapi mengapa tidak mencari lebih dekat, di kedalaman laut? (jhn/yn)