EtIndonesia. Pada Rabu, 15 Januari, Presiden terpilih AS Donald Trump menyatakan optimisme bahwa para sandera yang ditahan Hamas di Gaza akan segera dibebaskan. Pernyataan ini menyusul pengumuman Presiden Joe Biden mengenai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang dicapai antara Israel dan Hamas, yang dijadwalkan mulai berlaku pada 19 Januari.
Trump menulis di platform media sosialnya, Truth Social: “Kami telah mencapai kesepakatan terkait sandera di Timur Tengah. Mereka akan segera dibebaskan. Terima kasih semua!”
Berbagai media melaporkan bahwa perwakilan dari kedua belah pihak telah menyetujui kesepakatan ini. Seorang pejabat yang mengetahui jalannya negosiasi mengatakan kepada Reuters bahwa perjanjian gencatan senjata ini mencakup periode awal selama enam minggu.
Isi utama perjanjian meliputi:
- Penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.
- Hamas membebaskan para sandera.
- Israel melepaskan sejumlah tahanan Palestina.
Sumber lain yang dikutip oleh BBC menyebutkan bahwa perjanjian ini dicapai setelah pertemuan terpisah di Doha antara Perdana Menteri Qatar, perwakilan Hamas, dan perwakilan Israel. Seorang pejabat Palestina juga mengonfirmasi bahwa Hamas secara lisan menyetujui usulan ini, sementara persetujuan resmi dalam bentuk tertulis masih menunggu detail lebih lanjut.
Kantor Perdana Menteri Israel dalam pernyataannya menyebut bahwa ada beberapa masalah teknis yang masih perlu diselesaikan, tetapi mereka berharap detail tersebut dapat dirampungkan pada malam itu.
Seorang pejabat Israel yang terlibat dalam negosiasi mengatakan kepada CNN bahwa isu utama yang sedang dibahas adalah identitas para tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.
Tekanan Internasional
Kesepakatan ini terjadi di tengah tekanan internasional, terutama dari Amerika Serikat. Dengan pelantikan Trump yang semakin dekat, dia berulang kali menyerukan agar kesepakatan ini segera tercapai. Trump juga memperingatkan Hamas bahwa mereka akan menghadapi “konsekuensi neraka” jika tidak membebaskan para sandera.
Steve Witkoff, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, bekerja sama dengan tim Presiden Biden untuk mendorong kesepakatan ini. Qatar memainkan peran kunci sebagai mediator, dengan negosiasi intensif yang berlangsung di ibu kota Doha.
Menurut laporan BBC, dari 251 sandera yang diculik pada 7 Oktober 2023, 94 orang masih ditahan di Gaza. Diperkirakan, 60 di antaranya masih hidup, sementara 34 lainnya telah meninggal dunia.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, memperpendek kunjungannya ke Eropa untuk kembali ke Israel guna menghadiri rapat kabinet keamanan terkait kesepakatan ini. Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa mereka sedang menyelesaikan detail terakhir sebelum membuat pengumuman resmi.
Di Tel Aviv, demonstrasi terus berlanjut dengan keluarga korban dan pendukung mereka mendesak pemerintah untuk bertindak lebih tegas dalam memastikan pembebasan sandera.
Meskipun kesepakatan ini membawa harapan baru, berbagai pihak tetap waspada terhadap kemungkinan hambatan dalam implementasinya. Identitas tahanan yang akan dibebaskan dan mekanisme pembebasan sandera adalah isu-isu sensitif yang membutuhkan kehati-hatian ekstra untuk memastikan kesepakatan berjalan lancar.
Kesepakatan ini, jika berhasil diwujudkan, bukan hanya menjadi langkah besar untuk mengakhiri konflik di Gaza tetapi juga menjadi pencapaian diplomatik yang signifikan menjelang pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat. Dunia kini menantikan bagaimana perkembangan ini akan terwujud dalam beberapa hari ke depan.(jhn/yn)