Warga di Nanjing, Tiongkok Mengalami Kelumpuhan Wajah Setelah Terinfeksi “Flu A”, Dokter Peringatkan Risiko Efek Samping

ETindonesia. Pandemi di Tiongkok terus meningkat. Baru-baru ini, beberapa warga di Nanjing mengalami kelumpuhan wajah setelah terinfeksi “Flu A”. Gejala tersebut meliputi sudut mulut yang miring, kesulitan menutup mata, dan lain-lain. Dokter memperingatkan bahwa jika tidak ditangani tepat waktu, kondisi ini bisa meninggalkan efek samping seperti wajah asimetris atau kelemahan otot.

Menurut laporan dari Yangtze Evening News, seorang warga Nanjing bernama Zhang (42 tahun) baru-baru ini mengalami demam, batuk, dan nyeri tubuh. Ia kemudian didiagnosis dengan “Flu A”. Namun, selama masa perawatan, ia tiba-tiba menyadari bahwa sisi kiri wajahnya menjadi kaku, tidak bisa tersenyum normal, sulit menutup mata, serta mengalami rasa sakit di belakang telinga.

Zhang kemudian menjalani perawatan di departemen neurologi Rumah Sakit Angkatan Udara Wilayah Timur dan didiagnosis mengalami kelumpuhan wajah.

Direktur departemen neurologi, Jiao Dongsheng, menyebutkan bahwa departemennya baru-baru ini menerima beberapa pasien dengan kondisi serupa, yang semuanya mengalami kelumpuhan wajah tak lama setelah terjangkit flu. 

“Gejala-gejalanya meliputi sudut mulut miring, kesulitan menutup mata, perbedaan ukuran mata, hilangnya garis kerutan di dahi, hingga penurunan indra pengecap di ujung lidah. Beberapa pasien bahkan mengalami kesulitan menelan air, kebocoran saat minum, atau air liur yang terus-menerus keluar. Karena kelumpuhan otot wajah, sisa makanan juga sering tertinggal di dalam mulut, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.”

Ia menjelaskan bahwa sebagian besar pasien kelumpuhan wajah akan menunjukkan perbaikan signifikan dalam 7-10 hari. Namun, sekitar 1/3 pasien membutuhkan waktu 1-2 bulan untuk sembuh total. Jika tidak ditangani dengan cepat, sekitar 10% pasien dapat mengalami efek samping seperti asimetri wajah atau kelemahan otot wajah.

“Beberapa orang awalnya mengira itu hanya sakit gigi. Namun, ketika gejalanya memburuk dan mereka datang ke rumah sakit, mereka sudah melewatkan waktu terbaik untuk perawatan,” kata Jiao Dongsheng. Ia mengingatkan bahwa orangtua yang terinfeksi flu harus segera mencari perawatan medis, dikarenakan selain kelumpuhan wajah, mereka juga berisiko mengalami stroke akut.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa sebuah rumah sakit di Nanjing baru-baru ini menerima beberapa pasien kelumpuhan wajah,  sebagian besar sebelumnya terinfeksi flu sekitar 7-10 hari sebelum keluhan muncul.

Berita tentang kelumpuhan wajah setelah terinfeksi Flu A ini memicu perhatian publik. Beberapa warganet daratan Tiongkok menulis, “Flu A sedang parah akhir-akhir ini, kita harus waspada.” Yang lain berkata, “Saya baru saja kena, pagi ini saya sadar wajah saya lumpuh.” Ada pula yang mengatakan, “Ibu saya juga mengalaminya.”

Sebelumnya, selama pandemi COVID-19  banyak orang juga melaporkan kelumpuhan wajah setelah terinfeksi virus tersebut. Hal ini menyebabkan banyak orang curiga bahwa istilah “Flu A” yang digunakan dalam laporan resmi sebenarnya adalah kode lain untuk COVID-19.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) terus menutupi kebenaran tentang situasi pandemi di dalam negeri, dan media setempat jarang melaporkannya. Namun, sejak akhir 2024, beberapa wilayah di Tiongkok kembali mengalami lonjakan kasus demam, dengan banyak rumah sakit penuh sesak. Bahkan, staf krematorium di media sosial mengungkapkan bahwa jumlah kematian baru-baru ini meningkat, sehingga masyarakat diimbau untuk waspada.

Pada 16 Januari, media pemerintah PKT,  Xinhua, secara mengejutkan melaporkan langkah-langkah pencegahan pandemi yang dilakukan oleh mekanisme pencegahan dan pengendalian Dewan Negara PKT, di mana COVID-19 kembali disebutkan. Mereka juga menyerukan penguatan pengendalian pandemi di perbatasan, tempat penginapan, perjalanan, dan restoran, serta memastikan kesiapan penanganan medis dan keadaan darurat.

Pada 17 Januari, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengakui adanya penyebaran penyakit saluran pernapasan, tetapi menyatakan bahwa “Human metapneumovirus (HMPV) ” bukanlah virus baru dan hanya mencakup sebagian kecil kasus. Fenomena aneh ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar Tiongkok sedang mengalami gelombang pandemi baru. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS