ETIndonesia. Setelah Presiden Donald Trump dilantik, Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS dengan suara bulat 22:0 menyetujui nominasi Marco Rubio sebagai Menteri Luar Negeri pada Senin (20/1/2025). Pada malam harinya, Senat secara keseluruhan mengonfirmasi penunjukan Rubio untuk posisi tersebut dengan suara bulat.
Pemungutan suara ini menjadi konfirmasi pertama untuk anggota kabinet Trump. Penunjukan Rubio mendapat dukungan besar dari Partai Demokrat di Senat, yang menyebutnya sebagai kandidat yang sangat cocok untuk jabatan ini.
Pemungutan suara untuk konfirmasi dilakukan beberapa jam setelah Trump dilantik sebagai presiden. Dengan hasil 99 suara mendukung dan 0 menolak, tidak ada senator yang menentang nominasi Rubio.
“Kehormatan Besar”
Pada Senin malam, Rubio menyampaikan bahwa mendapatkan dukungan dari rekan-rekannya di Senat adalah “kehormatan besar.”
“Saya berharap ini karena mereka mengenal saya. Saya merasa sebagian besar dari mereka memberikan suara untuk saya karena mereka yakin saya akan menjalankan tugas ini dengan baik. Mungkin ada beberapa yang hanya ingin ‘menyingkirkan’ saya,” candanya.
“Namun, terlepas dari itu, ini adalah kehormatan besar. Saya pasti akan merindukan hari-hari saya di sini, hubungan ini, tetapi ini adalah pekerjaan penting di saat yang penting, dan saya merasa sangat terhormat,” ujar Rubio saat meninggalkan Senat.
Perjalanan Karier dan Hubungannya dengan Trump
Rubio sebelumnya menyatakan bahwa ia akan mengundurkan diri dari posisinya sebagai senator pada Senin malam. Ia sedang menjalani periode ketiga sebagai senator dari negara bagian Florida. Setelah kalah dari Trump dalam pemilu pendahuluan Partai Republik tahun 2016, Rubio hampir memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi.
Namun, dalam lebih dari delapan tahun terakhir, hubungan antara Rubio dan Trump semakin erat, termasuk keselarasan pandangan mereka. Pada April tahun lalu, Rubio memilih menolak pemberian bantuan tambahan untuk Ukraina. Selama masa jabatan pertama Trump, Rubio menjadi penasihat utama Trump dalam isu-isu terkait Amerika Latin.
Rubio juga mendapatkan penghormatan dari rekan-rekannya di Senat, dan ia menjadi tokoh senior dari Partai Republik di Komite Intelijen Senat.
Dukungan dari Kedua Partai
Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Senator James Risch, pada Senin pagi menyatakan bahwa komite telah dengan suara bulat menyetujui nominasi Rubio sebagai Menteri Luar Negeri.
Rubio dikenal memiliki sikap keras terhadap PKT dan dukungan kuat terhadap Israel.
Rubio Kecam Keras PKT dan Dukung Israel
Rubio, 53 tahun, secara tegas mengkritik pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel. Sebagai anak dari imigran Kuba, Rubio mendorong langkah-langkah keras terhadap negara komunis tersebut dan sekutunya, terutama pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Dalam sidang konfirmasi, Rubio memperingatkan bahwa Amerika Serikat harus mengubah arah kebijakan untuk menghindari ketergantungan yang lebih besar pada Tiongkok. Ia berjanji akan menyusun kebijakan luar negeri yang kuat dengan menitikberatkan pada kepentingan nasional AS.
Rubio juga mempererat hubungan dengan keluarga Trump dan penasihat dekatnya melalui partisipasinya dalam program “Paycheck Protection Program” (PPP). Program ini merupakan skema pinjaman untuk usaha kecil yang diluncurkan beberapa minggu setelah pandemi COVID-19 dimulai, bertujuan memberikan akses kredit kepada usaha kecil di seluruh negeri. Rubio bekerja sama erat dengan Ivanka Trump, putri Presiden Trump, untuk memperluas kredit pajak anak, yang menjadi salah satu pencapaian besar pemerintahan Trump.
Kebijakan Luar Negeri yang Tegas
Dalam hal kebijakan luar negeri, Rubio dikenal memiliki sikap yang tegas. Ia akan memainkan peran penting dalam mewujudkan banyak janji kampanye Trump, mulai dari mengakhiri perang Ukraina, melawan infiltrasi PKT yang semakin meluas, hingga mendorong gencatan senjata di Gaza.
Rubio: Perang Rusia-Ukraina Harus Berakhir, Kedua Pihak Perlu Berkompromi
Setelah dikonfirmasi sebagai Menteri Luar Negeri, Rubio menyatakan bahwa ia tidak dapat menetapkan tenggat waktu untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Namun, kepada wartawan ia menegaskan bahwa kedua belah pihak harus melakukan “beberapa kompromi” sebagai bagian alami dari penyelesaian konflik, sambil mengakui bahwa Rusia adalah “agresor.”
“Kami ingin perang ini berakhir. Itu sangat jelas. Anda telah mendengar Presiden mengatakan bahwa dia ingin menjadi presiden yang memfasilitasi perdamaian dan mengakhiri konflik, tetapi ini akan menjadi hal yang sangat kompleks,” kata Rubio.
“Hal-hal seperti ini memang rumit. Saya tidak dapat menentukan kerangka waktu, tetapi saya hanya dapat mengatakan bahwa untuk mengakhiri konflik antara kedua pihak, jika kedua belah pihak tidak dapat mencapai tujuan maksimal mereka, maka keduanya harus rela mengorbankan sesuatu,” ujarnya.
“Kami tidak akan terlalu dini berbicara tentang negosiasi. Negosiasi pada level ini dan dengan taruhan sebesar ini sebaiknya dilakukan melalui jalur diplomasi, bukan di forum publik,” jelas Rubio. “Jelas, baik Rusia maupun Ukraina harus membuat keputusan akhir tentang apa yang akan mereka setujui.”
Ketika ditanya kapan gencatan senjata di Ukraina dapat dimulai, Rubio menjawab, “Ini akan menjadi prioritas utama Presiden, jadi hampir pasti akan dimulai segera.”
Rubio menambahkan bahwa beberapa langkah awal sebenarnya sudah dimulai. “Kita semua berharap beberapa pekerjaan dasar telah selesai, tetapi ini tetap merupakan konflik yang rumit,” katanya. “Ini adalah konflik yang kompleks dan berdarah, dan harus segera diakhiri.” (hui)
Sumber : Theepochtimes.com