Pandemi Flu di Tiongkok Semakin Parah, Banyak Orangtua Menangis Kehilangan Anak Mereka secara Mendadak

ETIndonesia. Semakin dekatnya Tahun Baru Imlek 2025, rumah sakit di berbagai wilayah Tiongkok dipenuhi oleh pasien. Banyak orangtua menangis mengisahkan anak-anak mereka yang meninggal dunia akibat flu. Masyarakat di berbagai daerah juga melaporkan bahwa banyak orang di sekitar mereka mengalami gejala flu parah hingga dirawat di rumah sakit, bahkan berkembang menjadi “paru-paru putih” (white lung) yang fatal. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan  apakah  ledakan gelombang baru dari pandemi COVID-19 telah tiba.

Keramaian di Rumah Sakit

Seorang warga mengatakan: “Terlalu banyak orang! Virusnya sangat ganas kali ini, bahkan semua loket di rumah sakit penuh dengan antrian.”

Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, video yang diunggah oleh masyarakat menunjukkan antrian panjang di ruang gawat darurat rumah sakit yang dipenuhi pasien siang dan malam.

Menurut laporan pemantauan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok, tingkat positif virus flu terus meningkat, dengan lebih dari 99% adalah influenza tipe A (flu A).

Seorang dokter di Tiongkok menyebutkan: “Kali ini flu A terasa lebih parah dibandingkan COVID-19. Virus ini tampaknya secara khusus menyerang anak-anak, yang menjadi kelompok paling rentan terinfeksi dan mudah mengalami kejang demam.”

Kekhawatiran Orang Tua

Banyak orangtua mengunggah video yang menunjukkan anak-anak mereka mengalami kejang demam tinggi, sementara mereka sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

Seorang warga Shanghai, Li, mengatakan: “Banyak sekali anak-anak yang sakit flu di Shanghai. Mereka bilang ini flu A, tapi saya merasa ini versi lain dari COVID-19. Rumah sakit benar-benar penuh sesak.”

Masyarakat di berbagai wilayah mencurigai bahwa “flu A” ini sebenarnya adalah gelombang baru pandemi COVID-19.

Seorang warga Heilongjiang, Zheng, mengatakan: “Bagian paru-paru di rumah sakit sangat penuh. Banyak yang terlihat seperti flu biasa, tetapi berbeda dari flu normal. Ini seperti varian baru virus COVID-19. Dokter dan rumah sakit tampaknya menghindari menyebut nama virus tersebut.”

Laporan Kematian

Di media sosial Tiongkok, banyak masyarakat berbagi pengalaman kehilangan kerabat yang meninggal akibat gejala flu. Para korban mayoritas adalah anak muda dan anak-anak.

Pada 16 Januari, seorang gadis dari Shaanxi menyebut bahwa teman baiknya yang berusia 16 tahun meninggal dunia akibat komplikasi flu yang menyebabkan “paru-paru putih”. Seorang orang tua di Shanxi menyebutkan bahwa ia melihat dua anak meninggal akibat “flu A” di ruang gawat darurat, satu berusia 13 tahun dan satu lagi kurang dari 2 tahun.

Seorang warga Yunnan melaporkan bahwa keponakannya tiba-tiba mengalami demam tinggi, dan hanya dalam setengah hari dokter menyatakan otak keponakannya sudah tidak berfungsi.

Kekurangan Obat

Banyak daerah juga melaporkan kekurangan obat-obatan.

Seorang warga Shandong, He, mengatakan: “Hampir semua keluarga terkena demam atau flu. Anak saya demam hingga 39°C, tetapi rumah sakit penuh. Kami hanya bisa pergi ke klinik desa, tetapi bahkan obat seperti oseltamivir sudah habis.”

Kasus Dewasa yang Parah

Selain anak-anak, banyak orang dewasa juga dirawat di rumah sakit akibat gejala flu, bahkan ada yang meninggal dunia.

He melanjutkan: “Jika demam tidak turun dalam dua hari, dokter akan meminta Anda dirawat di rumah sakit dan menjalani rontgen. Mereka tidak secara terang-terangan menyebut ‘paru-paru putih’, hanya menyarankan rawat inap dan observasi. Kasus peradangan jantung pada anak-anak juga semakin parah.”

Rumah Sakit Penuh

Video menunjukkan bahwa di sebuah rumah sakit di wilayah selatan, tempat tidur darurat ditempatkan di lorong dan aula.

Seorang warga Hebei, Liu, mengatakan: “Semua rumah sakit penuh. Banyak pasien bahkan tidak mendapat tempat tidur. Salah satu teman saya yang sakit mengatakan lorong pun dipenuhi pasien. Ada juga yang meninggal secara mendadak.”

Peningkatan Kasus Meninggal Mendadak

Di berbagai wilayah, warga melaporkan peningkatan kasus kematian mendadak akibat serangan jantung dan stroke pada usia muda.

He menambahkan: “Serangan jantung dan stroke pada usia muda sangat umum. Di desa saya, ada satu orang berusia tiga puluhan yang berhasil diselamatkan, tetapi banyak yang tidak. Ada yang berusia lima puluh atau enam puluh tahun, dan bahkan ada yang masih berusia tiga puluhan.”

Seorang blogger di Hebei mengatakan bahwa ayahnya yang berusia 55 tahun, yang sebelumnya sehat, meninggal dunia secara mendadak akibat serangan jantung. Ia menyebut semakin banyak orang muda yang meninggal dalam enam bulan terakhir.

Seorang warganet Jiangsu berkomentar: “Lihat saja kuburan, sekitar 40% adalah orang berusia 50 hingga 60 tahun.”

Pada Agustus 2023, pendiri Falun Gong, Master Li Hongzhi, menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 terutama ditujukan kepada Partai Komunis Tiongkok serta mereka yang mendukung, melayani, atau membela partai tersebut. Ia menambahkan bahwa banyak anak muda juga menjadi korban.

Li memberikan saran: “Jauhi Partai Komunis Tiongkok dan jangan mendukung partai tersebut.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS