Surabaya, 30 Januari 2025 – Program Pengabdian Masyarakat “Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) bersama Kantor Wilayah IV KPPU (Kanwil IV): Peduli Usaha Kecil dan Mikro” menjadi program terbaru yang diinisiasi Kanwil IV dengan FEB UNAIR sebagai bentuk implementasi kerjasama yang sudah terjalin dengan baik diantara kedua belah pihak. Program ini telah dimulai sejak pendaftaran dibuka pada tanggal 23 Desember 2024 dan resmi dimulai pada 2 Januari 2025 hingga resmi ditutup hari ini, 30 Januari 2025. Acara penutupan program yang digelar di Aula K.R.T. Fadjar Notonegoro FEB UNAIR ini dihadiri oleh Kanwil IV, Wakil Dekan I FEB UNAIR, Dosen FEB UNAIR, serta mahasiswa FEB UNAIR yang telah rampung dalam menyelesaikan program Pengabdian Masyarakat dimaksud. Acara dibuka dengan dengan laporan kegiatan sekaligus sambutan yang disampaikan oleh Dr. Wisnu Wibowo, S.E, M.Si, yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan I FEB UNAIR dan dilanjutkan oleh sambutan Kanwil IV yang diwakili oleh Romi Pradhana Aryo selaku Kepala Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil IV KPPU. Adapun dalam sambutannya, Dr. Wisnu Wibowo, S.E, M.Si mengucapkan rasa terimakasih dan apresiasi penuh atas kolaborasi dengan KPPU dalam menyukseskan Program Pengabdian Masyarakat FEB Unair.
“Program ini sangat layak dan pantas untuk diteruskan oleh KPPU dan FEB UNAIR”, ucapnya. Hal itu karena selain dapat meningkatkan wawasan pada mahasiswa dalam dunia usaha dan UMK, program ini juga memperkuat keterampilan mereka dalam menganalisis masalah serta merumuskan strategi bisnis. Kegiatan ini menjadi bagian dari kerja sama jangka panjang antara FEB Unair dan KPPU dalam memperkuat persaingan usaha yang sehat di berbagai wilayah.
Program ini melibatkan 61 mahasiswa dari berbagai program studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dengan persentase partisipasi program studi Ekonomi Islam (30%), Akuntansi (44%), Manajemen (8%), dan Ekonomi Pembangunan (18%). Wisnu menyebutkan bahwa kegiatan ini mencakup 11 kabupaten/kota di empat provinsi, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, dengan Surabaya menjadi daerah dengan partisipasi Usaha Mikro Kecil (UMK) terbanyak. Terhitung sebanyak 172 pelaku UMK telah mendapatkan pendampingan oleh mahasiswa peserta program dalam berbagai aspek, seperti: Digitalisasi, Pemasaran, Keuangan Digital, Branding. “Pada era sekarang, selain masyarakat perlu untuk menyesuaikan digitalisasi, tetapi digitalisasi juga memerlukan penyesuaian, terutama masalah utama kerap terjadi dalam kegiatan usaha yang memiliki keterbatasan SDM operasional. Menciptakan identitas kokoh dibalik branding dan labelling juga menjadi prioritas utama. Dengan terjamahnya improvisasi pada tiap aspek tersebut, diyakini dapat meningkatkan daya saing para perlaku usaha kecil di era digital seperti sekarang”, ungkap Wisnu.
Romi dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kerjasama yang terjalin dengan FEB UNAIR sehingga bisa melibatkan mahasiswa sebagai perwakilan untuk terjun langsung secara praktik dalam mendukung keberlangsungan UMK dan memperkuat peran KPPU khususnya dalam pengawasan persaingan usaha serta kemitraan yang sehat sebagaimana diamanatkan oleh UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Romi menegaskan bahwa Kanwil IV akan terus berfokus pada pengembangan ekonomi digital, energi, pangan, serta dukungan terhadap UMK sebagai bagian dari agenda strategis tahun 2025. “Program ini bertujuan guna melatih intuisi mahasiswa dalam berpikir, memecahkan persoalan, menyusun solusi serta empati terhadap kondisi usaha mikro dan kecil di sekitar, serta melatih komitmen, integritas serta penerapan ilmu yang telah ditempuh di kampus”, jelas Romi. Kepala Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil IV ini mengapresiasi para mahasiswa peserta program ini yang telah mengidentifikasi permasalahan kemudian menyusun program dan aksi nyata bagi para pelaku usaha mikro dan kecil di sekitar, sehingga kehadiran Kanwil IV KPPU dan FEB UNAIR dapat diketahui dan dirasakan masyarakat.
Dalam acara ini juga menampilkan penayangan dokumentasi berupa rekapitulasi sebagai bentuk apresiasi mahasiwa selama program berjalan, dan sekaligus penyerahan sertifikat kepada perwakilan mahasiswa yang telah berkontribusi dalam program pengabdian masyarakat ini. Pemaparan hasil program pengabdian secara lengkap dan runtut dipaparkan oleh 2 kelompok mahasiswa perwakilan, mengenai program pengabdian masyarakat.
Kelompok 13: Sudut Peduli UMK (Sagtita Audiyah, Nuril Auliya, Fidela Albina)
Fokus utama yakni memberdayakan UMK, melalui : a) Digitalisasi, b) Branding, dan c) Pengelolaan keuangan. Berdasarkan observasi program Pengabdian Masyarakat (3-20 Januari 2025), ditemukannya identifikasi masalah bahwa mayoritas UMK masih menggunakan sistem tradisional. Berakar dari situ, Kelompok 13 ingin membantu dalam adaptasi digitalisasi kepada mitra UMK.
Hasil dan Dampak yang terealisasi, beberapa UMK seperti contoh: Nasi Jagung Ibu Yuli, Nasi Pecel Ibu Sumini, Jamu Ibu Wiji, mulai meng-implementasikan penjualan digital, seperti mempunyai platform online melalui WhatsApp Bussiness, pembayaran menggunakan QR-code, dan pengaksesan i-Menu. Dengan program ini, UMKM mitra mendapatkan peningkatan daya saing dan keterampilan digital untuk pengembangan usaha jangka panjang. Selain itu, mahasiswa FEB Unair juga memberikan bantuan seperti pembuatan banner, sticker sebagai pemenuhan kebutuhan branding. Walaupun selama berjalannya program Kelompok 13 menghadapi banyak tantangan dan resiko, tetapi mereka berhasil menggaet sebanyak 17 mitra UMKM.
Kelompok 5: Pemberdayaan UMK di Ponorogo
Pemaparan hasil oleh Kelompok 5 memiliki inti yang kurang lebih sama dengan Kelompok 13. Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM melalui: a) Digitalisasi, 2) Branding, dan 3) Kolaborasi dengan mitra pemasaran. Dengan Fokus utama adalah membantu UMKM seperti Keripik Tempe Arum, Ceriping Pisang Mekar Sari, Azka Thoreng, dan Rumah Harapan Mulya dalam aspek pemasaran, legalitas, dan efisiensi produksi.
Beberapa kendala yang diidentifikasi meliputi keterbatasan bahan baku, pemasaran yang masih bergantung pada metode tradisional, serta belum adanya legalitas usaha seperti NIB. Solusi yang direlaisasikan oleh Mahasiswa adalah sosialisasi digitalisasi dengan adaptasi pengguna WhatsApp Business untuk pembuatan katalog online, desain logo dan kartu nama identitas usaha sebagai bentuk branding, serta pencarian mitra pemasaran seperti Swalayan Surya Slahung dan Galeri Batik Soemowarso.
Dampak dari program ini cukup signifikan, dengan peningkatan jangkauan pemasaran, produk yang lebih profesional, serta keberlanjutan mitra usaha. Harapannya, program ini dapat terus berkembang dan menjadi langkah awal untuk kompetisi nasional dalam bidang pengabdian masyarakat. Selain itu, program ini juga mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam pemberdayaan UMKM serta memperkuat sinergi antara FEB Unair dan KPPU dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat dan inklusif.
Program ini direncanakan untuk diajukan ke kompetisi nasional seperti PPK Ormawa. FEB Unair juga mendorong partisipasi lebih luas dari organisasi mahasiswa dalam kegiatan pengabdian masyarakat serupa. Mahasiswa yang turut serta dalam program ini berpeluang mendapatkan konversi SKS serta penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi apabila berhasil
Acara resmi ditutup oleh Dyah Paramita, S.I.Kom, M.Si selaku Kepala Bagian Administrasi Kanwil IV KPPU. Dyah turut mengapresiasi sinergi antara FEB UNAIR dan Kanwil IV KPPU serta berharap agar kolaborasi ini dapat terus berlanjut untuk mendukung pertumbuhan UMK yang lebih inklusif dan berdaya saing tinggi di era digital. Dengan demikian, program pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata bagi perkembangan UMK di berbagai daerah serta memperkuat peran mahasiswa dalam kontribusi sosial dan ekonomi.